Berita Bali

Banyak Pantai di Bali Tidak Ramah Penyu Bertelur, Begini Penjelasan BKSDA

Pantai-pantai di Bali diisukan tidak ramah untuk para penyu bertelur, berikut penjelasan BKSDA Bali

Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari | Editor: Irma Budiarti
Tribun Bali/Rizal Fanany
Pantai Segara, Sanur, Denpasar, Bali, Sabtu 18 September 2021. Penataan kawasan Sanur akan difokuskan pada Walk Way atau jogging track. Selain itu juga dilakukan penataan pada kawasan koservasi penyu, pedagang dan UMKM. Pantai-pantai di Bali diisukan tidak ramah untuk para penyu bertelur, berikut penjelasan BKSDA Bali 

Laporan Wartawan Tribun Bali, Ni Luh Putu Wahyuni Sri Utami 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Banyak Pantai di Bali Tidak Ramah Penyu Bertelur, Begini Penjelasan BKSDA.

Pantai-pantai di Bali diisukan tidak ramah untuk para penyu bertelur.

Mengenai hal tersebut, Kepala BKSDA Bali Raden Agus Budi Sentosa memberikan penjelasannya, Kamis 20 Januari 2022. 

"Sebetulnya ada beberapa intervensi manusia itu yang mengakibatkan penyu yang tadinya bertelur menjadi tidak bertelur.

Baca juga: Anakan Kera Abu-Abu Banyak Diperdagangkan di Pasar Satria, Begini Tanggapan BKSDA Bali

Contohnya yang paling gampang kita lihat di sini, adanya pemecah ombak.

Itu jelas yang tadinya ramah bertelur menjadi tidak ramah bertelur," ujarnya. 

Lebih lanjut ia menyatakan, ada beberapa pemanfaatan yang mengakibatkan adanya suara dan cahaya yang sampai malam hari.

Misalnya di beberapa beach club kan dipasangi lampu sorot yang mengarah ke laut.

"Itu kalau ada dipasang lamput sorot ke arah laut pasti endak akan bertelur," tambahnya.

Kemudian ada suara-suara bising sampai malam hari. 

"Ingat ya, penyu itu pasti bertelur malam hari.

Boleh mungkin ada lampu, boleh mungkin ada suara, tapi tolong kalau malam ya jangan.

Karena malam hari itu adalah saatnya hewan satwa liar terutama penyu bertelur," tandasnya. 

"Jadi mungkin imbauan saya, perlu ada peraturan khusus atau perda khusus yang mengatur ini.

Baca juga: BKSDA Bali Masih Tunggu Hasil Lab Owa Siamang, Sebelum Translokasi ke Sumatera

Kita ingin kembalikan Pulau Bali ini menjadi surganya penyu bertelur lagi," lanjutnya

Jika dilihat pada contoh yang agak ekstrem untuk penyu bertelur, yaitu Pantai Kuta.

Tukik yang dilepas saat ini merupakan tukik yang berasal dari Pantai Kuta.

Terdapat 4 penyu bertelur di Pantai Kuta, kemudian yang dilepas ini, 10 ekor hasil tetasan dari Pantai Kuta.

Karena aktivitas di Pantai Kuta sudah jauh berkurang, penyu pun dapat bertelur di sana. 

"Jadi sebetulnya, intinya adalah semakin sedikit aktivitas manusia, ya semakin banyak penyu bertelur.

Mungkin kita perlu bagi, karena tidak mungkin juga semuanya dibiarkan tidak ada aktivitas.

Tapi mungkin ada pengaturan di mana manusia boleh beraktivitas, di mana bintang boleh bertelur.

Kan kira-kira begitu. Itu yang mungkin perlu diatur lebih lanjut nanti," sambungnya. 

Menurut teori, lanjutnya, predator terbesar dari penyu masih manusia.

Baca juga: Ratusan Burung Pipit Jatuh dan Mati di Gianyar, Begini Tanggapan BKSDA Bali

Baru setelah itu, predator yang non alami bisa burung, anjing, binatang-binatang lain baik di darat maupun di laut.

Presentasi tukik lahir sampai  bisa bertelur hanya 1 - 2 persen saja, angkanya sangat kecil. 

"Bahkan ada beberapa literatur mengatakan dari 1.000 ekor maksimal 5 ekor yang bisa bertelur.

Jadi kita ini semakin banyak melepas akan tentu semakin baik," tuturnya.

(*) 

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved