Liga Italia
Laga Sengit AC Milan vs Juventus: Ibrahimovic jadi Sorotan, Pernah Berseragam Putih Hitam
Zlatan Ibrahimovic menjadi pemain yang mendapatkan sorotan menjelang bigmatch AC Milan versus Juventus.
"Dia memiliki teknik yang sama dengan Van Basten dan saya meminta dia menonton beberapa video untuk memperbaiki finishing-nya."
"Saya memintanya melihat pergerakan Van Basten di dalam kotak penalti dan cara dia mencetak gol. Ibra langsung mendapatkannya - saya pikir hasil di luar sana menjadi bukti."
Selama berkostum Juventus dari 2004 hingga 2006, Ibrahimovic terlibat dalam 92 pertandingan kompetitif. Pemain berpostur 1,95 meter ini memberikan kontribusi 26 gol dan 19 assist.
Beberapa aksinya yang memukau terjadi ketika Ibrahimovic mencetak brace alias dua gol dalam laga melawan Fiorentina yang berakhir dengan skor 3-3. Dia pun mencetak hat-trick saat Juventus menang 5-2 atas Lecce.
Baca juga: SINOPSIS Ikatan Cinta 23 Januari 2022, Al & Andin Kebingungan, Irvan Tetap Mengelak
Baca juga: Lowongan Kerja Denpasar, PT. Voda Inti Perkasa Membutuhkan Project Supervisor, Maksimal 35 Tahun
Baca juga: Masih Ditemukan Minyak Goreng di Atas Rp 14 Ribu, Penimbun Bisa Dijerat Maksimal 5 Tahun Penjara
Sayang, produktivitas Ibrahimovic menurun menjelang akhir kariernya bersama Si Nyonya Tua. Dia hanya mencetak satu gol dalam 11 laga terakhir di Serie A.
Terlepas dari kehebatannya yang terus meningkat, Ibrahimovic termasuk pemain yang emosional.
Buktinya, mantan pemain Malmo FF ini mendapatkan dua kartu merah, termasuk ketika baru bermain 18 menit dalam perempat final Coppa Italia melawan AS Roma. Itu terjadi pada Februari 2006 karena berkelahi dengan Olivier Dacourt.
Ibrahimovic pun membuat sebuah pengkhianatan ketika Calciopoli melanda Serie A yang melibatkan Juventus. Sebab, setelah meninggalkan Biancoeri, dia justru pindah ke rival berat klub zebra itu, Inter Milan.
Lebih menyakitkan lagi, Ibra jauh lebih produktif berseragam Nerazzurri, julukan Inter. Dia mencetak 66 gol dalam 117 pertandingan.
Fakta tersebut membuat Ibra semakin percaya diri dan mencoba peruntungannya di Barcelona. Di Camp Nou, performa Ibra menurun dan tak selalu menjadi pilihan utama di skuad Barca.
Keputusannya tersebut (pindah ke Barcelona pada musim panas 2009) keliru karena pada musim berikutnya, Inter berhasil meraih trebble alias tiga gelar (Serie A, Coppa Italia dan Liga Champions). Ini menjadi sejarah pertama Inter dalam 45 tahun.
Hanya semusim berkostum Barcelona, Ibra memutuskan kembali ke Serie A dan bergabung dengan rival sekota Inter, AC Milan.
Nasibnya tak terlalu bagus karena Rossoneri, julukan AC Milan, mengalami krisis keuangan sehingga klub itu menjual sejumlah pemain bintangnya.
Ibra termasuk yang "dipaksa" pergi dan dia memilih klub kaya asal Perancis, Paris Saint-Germain (PSG). Pemain Milan yang kala itu bergabung dengan PSG adalah Ibra dan Thiago Silva.
Dari semua klub yang pernah dibela, Ibra mengakui Milan selalu mendapat tempat khusus di hatinya meski berat angkat kaki dari San Siro pada 2012.