Berita Nasional
Konvensi Nasional Media Massa, CEO Tribun Network Jelaskan Tentang Disrupsi Digital
CEO Tribun Network, Dahlan Dahi mengatakan, hal yang hilang dari era disrupsi digital adalah kontrol.
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Tribunners, apa Anda memperhatikan perkembangan dunia digital saat ini?
Mungkin banyak orang yang kurang memperhatikannya.
Namun ada juga yang memperhatikannya dengan baik.
Saat ini perkembangan dunia digital begitu pesat.
Baca juga: Rangkul Keterbatasan, Teman Tuli Asal Solo Rambah Dunia Digital Bersama Shopee
Banyak orang yang memanfaatkan dunia digital, seperti media sosial untuk bekerja.
Mereka juga memanfaatkannya untuk membantu orang lain ataupun memberitakan sesuatu.
Dari perkembangannya yang begitu pesat, ada beberapa hal yang sering dilupakan bahkan hilang.
CEO Tribun Network, Dahlan Dahi mengatakan, hal yang hilang dari era disrupsi digital adalah kontrol.
Hal itu disampaikannya pada Konvensi Nasional Media Massa dalam rangka Hari Pers Nasional 2022 bertajuk Membangun Model Media Massa yang Berkelanjutan di kanal Youtube Dewan Pers Official pada Selasa, 8 Februari 2022.
Ia menyampaikan dalam materi paparannya yang berjudul "Yang Kami Pelajari dari Transformasi Tribun Network".
Paparan tersebut mengenai tiga topik besar yakni DNA disrupsi digital, bagaimana menyikapinya,dan akan seperti apa ke depannya.
Dahlan juga mengatakan, paparan tersebut tidak menggunakan perspektif media pada umumnya melainkan menggunakan perspektif Tribun Network atau pengalamannya selama berkarier di Tribun Network.
Ia menyebut semakin sedikit kontrol maka akan semakin kecil bisnis.
"Kenapa? Karena kontrol ini semua runtuh. Sekarang pertanyaannya, siapa yang mengambil kontrol ini, siapa yang merebut kontrol ini? Itu technology company. Jadi saya rasa ini adalah disruption yang dimulai dan dikelola oleh technology company. Itu yang saya pahami sebagai the core of digital disruption," kata Dahlan.
Baca juga: Informasi di Dunia Digital Dikuasai Sampah, Lama Kelamaan Sampah Jadi Kebenaran
Ia menjelaskan, sebelum disrupsi digital datang penerbit koran memegang kendali penuh dalam bisnis mulai dari urusan produksi sampai distribusi.
Kendali itu, kata dia, mulai dari membuat konten berita, mencetak, sampai mensistribusikan.
"Tapi notes-nya adalah ketika disruption terjadi, ketika teknologi meng-empowers semua orang punya akses untuk meproduksi, mengolah, dan mendistribusikan informasi maka kita sebagai publisher bukanlah pemain tunggal di area itu," kata dia.
Dalam konteks produksi, kata Dahlan, saat ini media massa berkompetisi di antaranya dengan apa yang dikenal sebagai influencer.
Namun demikian, kata dia, media massa tidak hilang kekuatannya mengingat produk yang dihasilkan adalah produk jurnalistik.
Karena yang membedakan produk jurnalistik atau berita dengan produk informasi yang dibuat oleh mereka yang non jurnalis ada pada proses jurnalistik.
"Poin saya di sisi konten, kita punya kekuatan, kita punya DNA adalah konten tapi kita bukan satu-satunya pemain lagi di situ," kata Dahlan.
Selain itu, kata Dahlan, kontrol yang juga hilang adalah pada konteks platform distribusi.
Saat ini, kata dia, platform distribusi baik berupa website, aplikasi, media sosial maupun video platform tidak dimiliki oleh perusahaan media.
"Itu technology company yang punya sehingga data mengenai usernya mereka yang punya dan kemampuan memonetisasinya mereka punya juga. So kita kehilangan kontrol di area itu," kata dia.
Kontrol yang juga hilang, kata Dahlan, ada pada saluran distribusi.
Ia mencontohkan sebelum disrupsi datang saluran distribusi koran dari mulai menyetak, membangun jaringan agen, sub agen, pengecer, sampai ke rumah penduduk kendalinya ada pada perusahaan media.
Tapi hari ini, kata dia, pembaca akan membaca konten berita di PC, smartphone, atau tablet dari dengan sistem operasi dari perusahaan yang berbeda-beda.
"Perkembangan terbaru, studi terbaru menemukan 700 ribu smart TV terjual setiap tahun. Ini saya merasa, the next big disruption itu bakal melanda televisi," kata dia.
Selain itu, kata dia, kendali juga hilang pada infrastruktur teknologi digital terkait konten yang memungkinkan pembaca terkoneksi dari gawai mereka ke konten berita.
"Artinya orang Indonesia mengakses konten Indonesia tapi sebenarnya teknologi infrastrukturnya ada di Singapura atau mungkin diletakkan di sebuah kampung di luar negeri. So kita tidak punya akses pada itu," kata Dahlan.
Kontrol, kata dia, juga hilang pada area periklanan.
Sebelum disrupsi datang, ia mencontohkan, di penerbitan koran ada tim sales di lapangan yang berada dalam kendali perusahaan.
Namun demikian, kata dia, saat ini para sales tersebut harus menempatkan materi iklan pada infrastruktur advertising digital begitu mendapatkan iklan.
"Apa itu? Dia butuh server, trading desk, DSP, SSP. Agak rumit di situ. Tapi poin saya adalah kita kehilangan kontrol di area itu," kata dia.(*)
Kumpulan Artikel Nasional
Artikel ini telah tayang di https://www.tribunnews.com/nasional/2022/02/08/hari-pers-nasional-2022-ceo-tribun-network-ungkap-sejumlah-hal-yang-hilang-karena-disrupsi-digital?page=all&_ga=2.197680303.1653259955.1644352825-1514180402.1634853541
