Berita Bali
Metatah Umat Hindu Bali, Menghilangkan Sad Ripu Dalam Diri Manusia
Metatah Umat Hindu Bali, Menghilangkan Sad Ripu Dalam Diri Manusia, Wajib Dilakukan
Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Irma Budiarti
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR -Metatah Umat Hindu Bali, Menghilangkan Sad Ripu Dalam Diri Manusia.
Upacara potong gigi atau yang disebut pula masangih, mapandes, matatah wajib dilakukan setiap orang yang beragama Hindu, khususnya di Bali.
Upacara ini menjadi salah satu kewajiban orangtua sebelum anak mereka menikah nantinya.
Namun tidak jarang pula, yang ketika menikah baru melangsungkan upacara potong gigi.
Potong gigi penting dilakukan karena sejak zaman dahulu dipercaya upacara Manusa Yadnya ini akan menghilangkan Sad Ripu dari dalam diri manusia.
Baca juga: 108 Umat Hindu di Sulawesi Tenggara Ikuti Upacara Matatah Massal
Sad berarti enam, dan Ripu berarti musuh.
Jadi Sad Ripu adalah enam musuh yang harus dihilangkan atau dikendalikan dari dalam diri manusia.
Diantaranya adalah Kama atau keinginan (hawa nafsu), Krodha (kemarahan), Lobha yaitu tamak.
Moha atau hal yang memabukkan, Mada rasa congkak dan lengah, serta Matsarya rasa iri hati.
Sad Ripu yang tidak dikendalikan, hanya akan membawa manusia ke dalam jurang kehancuran.
Menganggu kehidupan manusia sehari-hari, bahkan merusak dirinya jika tidak dikendalikan.
Membawa sifat memabukkan, amarah, loba, dan ketamakan.
Maka dari itu, upacara potong gigi diharapkan dapat menghilangkan sifat-sifat buruk ini.
Rajas dan Tamas, juga merupakan bagian dari Sad Ripu di badan manusia.
Sebab sifat Rajas biasanya mendahulukan keinginan dan hawa nafsu.
Baca juga: Mesangih Dengan Orang Ganjil, Berikut Penjelasan Mengenai Pantangan Potong Gigi di Bali
Sedangkan Tamas mendahulukan ketamakan.
Keduanya akan seimbang jika didominasi oleh sifat Satwam.
Atau sifat yang mendahulukan kebaikan dan ajaran Dharma dibandingkan yang lain.
Dari berbagai sumber yang Tribun Bali kumpulkan, Sad Ripu tidak akan hilang begitu saja.
Karena manusia terikat oleh Panca Indria selama masih hidup.
Namun dengan potong gigi, Sad Ripu bisa dikendalikan dan tentu saja dibarengi dengan kesadaran masing-masing orang yang melakukannya.
Untuk itulah, upacara potong gigi sama pentingnya dengan upacara Manusa Yadnya lainnya dalam Hindu di Bali.
Terkadang upacara ini dibarengi dengan upacara mawiwaha atau pernikahan.
Namun tentu saja dengan sarana upakara tersendiri yang berbeda dari upacara pawiwahan.
Kemudian banyak orangtua berpesan, agar tatkala sang anak disangih tidak menutup matanya.
Baca juga: Layaknya Orang Mati, Ini Esensi Mesangih Dalam Ajaran Hindu di Bali
Karena posisi orang mesangih mirip seperti jenazah, sehingga pantang menutup mata.
Agar terhindari dari marabahaya, mesangih pun dilakukan hanya sekali seumur hidup.
Apabila sampai meninggal tidak sempat mesangih, maka bisa dilakukan prosesi mesangih pada mayat.
Tentu saja banten dan tata cara melakukannya berbeda dengan memotong gigi orang yang masih hidup.
Menurut Ida Rsi Bhujangga Waisnawa Putra Sara Shri Satya Jyoti, ada tata cara khusus orang mesangih jika sudah meninggal.
Salah satunya alat sangih yang digunakan bukan pisau sangging.
(*)