Berita Denpasar
Pro dan Kontra Tanggapan Masyarakat Bali Soal Penerapan Tilang Elektronik
Pro dan Kontra Tanggapan Masyarakat Bali Soal Penerapan Tilang Elektronik Laporan wartawan Tribun Bali, Adrian Amurwonegoro
Penulis: Adrian Amurwonegoro | Editor: Harun Ar Rasyid
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Rencana pemberlakuan Electronic Traffic Law Enfircement (ETLE) mendapat respons beragam dari masyarakat ada yang mendukung adapula yang tidak setuju alias menuai pro dan kontra.
Seorang warga Pemogan, Denpasar Selatan, Mbok Ade (30) mengaku sudah memahami tentang tilang elektronik namun tidak mengetahui kapan bakal diberlakukan.
Ia mengaku setuju dengan penerapan tilang elektronik itu karena dapat merubah karakter perilaku berkendar lebih tertib lalu lintas.
"Itu kan sudah dari tahun lalu ramai diberitakan, tapi belum diterapkan ya sampai sekarang , saya sangat setuju, kan tujuannya memang baik, mengurangi pelanggaran lalu lintas, orang-orang lebih tertib," kata Ade, pedagang warung kelontong.
Sementara itu, Andi (38) warga di Jalan Gunung Soputan Denpasar juga mengaku lebih efektif jika tilang elektronik diterapkam, serta tidak makan waktu di jalan dan tidak malu terkena tilang di muka umum.
"Kalau saya rasa dengan tilang elektronik ini lebih efektif ya, tidak memakan waktu di jalan dan tidak malu dilihat banyak orang kita kena tilang di jalan," tutur Andi yang berprofesi tukang pangkas rambut asal Medan ini
Baca juga: Gelar Donor Darah, Gerindra Bali Dukung Ketersediaan Darah di Masa Pandemi
Baca juga: Keterangan Terbaru Luhut Terkait PPKM: Utamakanlah Penerapan Prokes Dibanding Sekedar Membubarkan
Baca juga: 2 Tiang Listrik PLN Roboh Menimpa Rumah Warga di Desa Ababi Karangasem
Sementara itu, Selly Salimah (29) warga Canggu, Kuta Utara, mengaku belum mengetahui banyak tentang tilang elektronik tersebut, namun dirinya mendukung program tersebut.
"Saya tidak begitu tahu tilang elektronik. Tapi kalau diterapkan ya tidak apa, mungkin itu lebih memudahkan bagi petugas untuk menindak pelanggaran. Jadi pengendara, seperti saya mungkin bisa lebih berhati-hati lagi," beber dia.
Sedangkan, Andri Dino (25) warga Nusa Dua, mengaku kurang setuju dengan penerapan tilang elektronik, ia mengkhawatirkan penerapan tilang elektronik tidak ada kompromi untuk kemanusiaan.
"Saya kurang mendukung sih nanti di lampu merah maju dikit kena tilang karena hal apa yang tidak disengaja misal, apakah ada ruang kompromi kalau sistem tilang elektronik, misalkan kita tidak sengaja melanggar tapi tertangkap kamera melanggar, jadinya kan merugikan," ujar dia. (*)