Berita Denpasar
Tampil Memukau, Banjar Pegok Sesetan Denpasar Padukan Vokal Janger dalam Garapan Baleganjur
Tampil Memukau, Banjar Pegok Sesetan Denpasar Padukan Vokal Janger dalam Garapan Baleganjur
Penulis: Putu Supartika | Editor: Widyartha Suryawan
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Sekaa Baleganjur ST Widya Bhakti Banjar Pegok Sesetan, Denpasar menyuguhkan garapan baleganjur yang memukau.
Penampilan apik mereka berhasil menyabet salah satu juara lomba Baleganjur dalam rangka HUT ST Setia Remaja Br. Pitik Pedungan, Denpasar Selatan, Sabtu 19 Februari 2022 lalu.
Konseptor sekaligus ketua ST Widya Bhakti, I Putu Wahyu Surta mengatakan garapan baleganjur tersebut mengacu pada pola-pola kekinian tanpa terlepas dari jejer pageh struktural baleganjur tradisi.
“Kita melawan ego dan jaman untuk melestarikan warisan leluhur seni janger Pegok. Kalau bukan kita, siapa lagi,” kata Wahyu Selasa, 22 Februari 2022.
Komposisi gending bertajuk Widya Bhakti tersebut diciptakan oleh I Made Sudiantara yang juga merupakan pemuda asli Pegok.
Ia mengemas vokal janger dalam baleganjur yang nyentrik sehingga memiliki keunikan tersendiri.
Sebagai koreografer atau penata gerak dari ST Widya Bhakti adalah duet bapak dan anak yaitu I Made Widiartha dan Kadek Denta Dwinandita.
Seniman I Made Agus Wardana atau disapa Bli Ciaaattt mengaku bangga dengan capaian anak-anak Pegok dalam berkreativitas di tengah pandemi.
Ia menekankan adanya kritik atau masukan sangat besar pengaruhnya untuk menjadikan garapan seni memiliki kekhasan tersendiri.
Yaitu, sebuah garapan itu, jangan pernah mengabaikan originalitas dari mana garapan itu lahir.
“Jangan malas mencari ide, gagasan, gali hal -hal yang baru, bukan sebuah garapan hasil dari meniru yang sudah ada, originil karya harus diutamakan,” kata Ciaattt.
Dikatakan, generasi tangguh anak-anak muda yang tergabung dalam ST Widya Bhakti Pegok berjuang hebat dengan disiplin kuat berhasil menoreh sejarah.
“Saya bangga, karena anak-anak Br. Pegok Sesetan terbuka menerima masukan, hingga sukses memperoleh juara 2 Sabtu lalu,” ucap seniman yang lama bermukim di Belgia itu.
Proses latihan yang berlangsung selama 2 bulan sempat menuai kritik tajam dalam memilih garapan.
Salah satu kritiknya adalah sebagai warga Pegok mesti menampilkan originalitas, menampilkan yang berbeda dari biasanya.