Berita Budaya
Pura Besakih dan Pura Lainnya Pelindung Penjuru Mata Angin di Bali
Pura Besakih dan Pura Lainnya Pelindung Penjuru Mata Angin di Bali Laporan Wartawan Tribun Bali, Anak Agung Seri Kusniarti
Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Harun Ar Rasyid
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Bali memang dijuluki sebagai Pulau Seribu Pura, karena memiliki pura yang tersebar hampir di semua penjuru dan wilayah hingga pelosok.
Ada beberapa jenis pura yang dikenal di Bali, salah satunya pura yang ada di masing-masing rumah bernama merajan atau sanggah.
Ada pula pura kahyangan umum, yang ada di setiap desa adat. Seperti pura desa atau bale agung untuk memuja Dewa Brahma, sebagai sang pencipta.
Pura puseh atau penataran, untuk memuja Dewa Wisnu sebagai sang pemelihara. Dan pura dalem, yang dikenal sebagai tempat berstana ya Dewa Siwa serta Dewi Durga, yang bertugas sebagai pamralina (pelebur).
Pura atau pura kahyangan, adalah tempat memuja Sang Hyang Widhi Wasa beserta manifestasiNya atau prabhawana beliau. Sesuai dengan letak dan fungsinya masing-masing, yang sering terdapat di berbagai lokasi atau tempat. Salah satunya adalah pura kahyangan jagat, yang berada di seluruh penjuru mata angin di Bali.
Dalam berbagai literatur Hindu, dijelaskan bahwa ada Pura Lempuyang Luhur, sebagai tempat pemujaan Sang Hyang Widhi Wasa dalam perwujudan beliau sebagai Sang Hyang Iswara. Tempatnya di ujung timur pulau Bali, di puncak Bukit Bisbis, Kecamatan Abang, Karangasem. Pura ini juga kian terkenal, karena pemandangannya yang indah mengahadap ke Gunung Agung.
Banyak yang berpose di gapura pura, tatkala Gunung Agung terlihat dengan jelas. Kemudian ada Pura Andakasa, sebagai tempat memuja Sang Hyang Widhi Wasa dalam perwujudannya sebagai Brahma. Pura ini terletak di Bukit Andakasa, Manggis, Karangasem.
Baca juga: Pansus 1 DPRD Tabanan Bahas Optimaliasi Pendapatan Retribusi Parkir, Pengelolaan Libatkan Desa Adat
Baca juga: KISAH Pelaku Pariwisata di Jungutbatu Bertahan saat Pandemi,Tutup Restoran Lalu Budidaya Rumput Laut
Pura Batukaru, sebagai tempat memuja Sang Hyang Widhi Wasa dalam perwujudan beliau sebagai Sang Mahadewa. Terletak di barat pulau Bali, yakni di Gunung Batukaru, Kecamatan Penebel, Tabanan. Lalu ada Pura Batur, yang juga memiliki fungsi sebagai tempat pemujaan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, dalam prabhawa beliau sebagai Dewa Wisnu.
Pura Batur, juga memiliki fungsi sebagai Pura Hulun Danu Batur ini, terletak di utara Pulau Bali yaitu di Desa Batur, Kecamatan Kintamani, Bangli. Untuk Pura Hulun Danu terletak di wilayah Desa Songan, Kintamani, Bangli juga.
Kemudian Pura Goa Lawah, sebagai tempat memuja Ida Sang Hyang Widhi Wasa, dalam manifestasi beliau sebagai Sang Maheswara. Terletak di Tenggara Pulau Bali, pura ini berada di dekat pantai dan kerap dijadikan tempat untuk ngasti seusai upacara ngaben. Pura ini masuk wilayah Dawan, Klungkung.
Pura Luhur Uluwatu, sebagai tempat memuja Ida Sang Hyang Widhi Wasa, dalam manifestasi beliau sebagai Sang Hyang Rudra. Terletak di barat daya Pulau Bali, pura ini juga cukup terkenal. Bahkan banyak turis mancanegara yang datang ke area luar pura, untuk menonton pagelaran tari kecak dan epos Ramayana. Pura ini masuk wilayah Kuta,Badung.
Pura Pangelengan, atau yang dikenal pula dengan sebutan Pura Gunung Mangu. Pura ini sebagai tempat memuja Ida Sang Hyang Widhi Wasa, dalam perwujudan beliau sebagai Sangkara. Terletak di barat laut Pulau Bali, tepatnya di Gunung Mangu. Pura ini cukup unik karena berada di ketinggian. Tepatnya di area perbatasan antara Kabupaten Buleleng dan Tabanan.
Kemudian Pura Besakih, yang paling terkenal di Bali. Pura ini sebagai tempat memuja Ida Sang Hyang Widhi Wasa, dalam perwujudan beliau sebagai Sang Hyang Sambu. Terletak di Timur Laut Pulau Bali, di Desa Besakih, Rendang. Pura ini juga merupakan pura kahyangan pusat dari semua pura yang ada di Bali. Pura Besakih memiliki dua fungsi, yakni sebagai tempat Sambu dan juga merupakan tempat Dewa Siwa.
Sehingga jika dihitung, ada 9 dewa yang menjaga mata angin di Pulau Bali. Dan berstana di pura kahyangan jagat. Disebutkan bahwa fungsi dari pura atau kahyangan jagat, yang ada di 9 penjuru mata angin Pulau Bali adalah sebagai lambang untuk menjaga keseimbangan alam semesta.
Sehingga para dewa atau bhatara-bhatari yang berstana, atau bersemayam di pura kahyangan jagat adalah perwujudan atau personifikasi dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa dengan berbagai tugasnya. Khususnya untuk melindungi Pulau Dewata di seluruh penjuru mata angin. Disebut pula dengan Astaiswara.