Human Interest Story

Dari Hobi Jadi Rejeki, Kisah Lurah Kubu Bangli yang Beternak Burung Anis Merah

Sembari berkicau, burung dengan nama latin Geokichla citrina itu sesekali juga menampilkan tarian khas yang oleh para penghobi disebut dengan 'teler'

Penulis: Muhammad Fredey Mercury | Editor: Wema Satya Dinata
Tribun Bali/Muhammad Fredey Mercury
Arya Wibowo saat ditemui di kediamannya di Kelurahan Kubu, Bangli. Kamis (24/2/2022) 

TRIBUN-BALI.COM, BANGLI - Kicauan burung anis merah atau yang disebut juga punglor merah terdengar riuh di pekarangan rumah Nengah Arya Wibowo, Kamis (24/2/2022).

Sembari berkicau, burung dengan nama latin Geokichla citrina itu sesekali juga menampilkan tarian khas yang oleh para penghobi disebut dengan 'teler'.

Selain kicauan yang merdu serta tarian 'teler', Anis merah juga merupakan salah satu burung yang memiliki banyak peminat. Harga pasarannya bisa menyentuh Rp 1 jutaan.

Bahkan burung yang telah menjuarai lomba bisa dihargai puluhan hingga ratusan juta rupiah.

Baca juga: Tumpek Uye, Pemkab Buleleng Lepas Ribuan Burung dan Ikan di Danau Tamblingan

Salah satu penghobi burung jenis ini bernama Nengah Arya Wibowo.

Pria asli Kelurahan Kubu, Bangli itu menceritakan awal mula ia memelihara burung yakni sejak sekolah dasar sekitar tahun 90an.

"Saat itu masih tinggal di Desa Abuan, Kintamani, dan belum fokus memelihara Anis merah. Saat di kintamani saya memelihara jenis-jenis jalak mulai dari jalak kebo, jalak suren, dan sebagainya.

Selain itu juga cerukcuk, kucica, kepodang, hingga merpati. Cuma belum komersil waktu itu. Palingan keluarga saat mampir ke Abuan, saya kasih minta," sebutnya.

Ketertarikan Arya Wibowo dengan burung Anis merah dimulai pada akhir masa kuliah sekitar tahun 2004. Saat itu ia baru pulang dari kampus dan mampir ke salah satu toko burung di Batuan, Gianyar.

"Saya lihat kok burungnya unik. Dia bisa teler. Dan saya belum pernah punya burung seperti ini. Saat itu saya belum tahu namanya.

Oleh si penjual diberitahu jika burung ini namanya punglor merah. Harganya yang ditawarkan saat itu Rp 1,5 juta plus kandang. Itu di tahun 2004," ungkapnya.

Sejak saat itulah Arya Wibowo mulai fokus memelihara jenis burung ini.

Ia juga menambah satu ekor Anis merah lagi berdasarkan informasi dari internet, agar burung ini semakin gacor.

"Hingga akhirnya ada teman di Kintamani memberi informasi ada burung punglor yang dijual borongan sebanyak 11 ekor sampai kandangnya dengan harga Rp 7 juta," ucapnya.

Baca juga: Koster Instruksikan Upacara Serentak, Gubernur Bali Lepaskan Burung dan Ikan Rayakan Tumpek Uye

Karena sangking banyaknya burung punglor di rumah, Arya kemudian mencari komunitas burung punglor melalui media sosial facebook pada tahun 2005.

Di tahun ini pula, ia pertama kali menjual burung Anis merah pada seseorang asal Denpasar.

Kebetulan pelanggan pertamanya termasuk orang berada. Yang dalam bahasa sekarang disebut 'sultan'.

Arya yang tidak tahu berapa harga pasaran saat itu, mengacu pada harga pertama ia membeli burung Anis merah sebagai patokan.

"Saya buka harga Rp 2 juta, dan dia tidak menawar. Dia bahkan membeli lima ekor. Keuntungannya kan besar, saya beli 11 ekor dengan harga Rp 7 juta, tapi 5 ekor dibeli Rp 10 juta," sebutnya.

Sejak saat itulah Arya menyadari perputaran uang dari Anis merah cukup cepat. Ia mulai ketagihan untuk berbisnis Anis merah.

Lambat laun, tepatnya di tahun 2016, bisnisnya tak hanya menyasar penggemar Anis merah di Bali, namun juga merambah hingga wilayah pulau Jawa. Sebab penggemar burung Anis merah tergolong sangat banyak.

"Di tempat saya paling murah Rp 1 juta. Yang paling mahal Rp 50 juta," ungkapnya.

Terlebih lagi, Anis merah juga kerap dilombakan. Di Bali, Arya menyebut setiap pekan selalu ada perlombaan di berbagai wilayah. Sedangkan di Bangli, tiap tahun ada dua lomba tingkat nasional.

"Kalau yang Pondok Anis Merah (PAM)nya sudah nasional. Itu biasanya berlangsung bulan Desember dalam rangkaian Penglipuran Village Festival. Selain itu bulan Juni juga diadakan lomba serupa untuk Bangli Era Baru. Dan di tahun ini skalanya sudah nasional," bebernya.

Baca juga: Ada Ratusan Ekor Burung Diselundupkan ke Jawa, Belasan Ekor Diantaranya Dilindungi

Tak hanya Anis merah, pria yang juga Lurah Kubu itu sempat menangkar Jalak Bali sekitar tahun 2015. Arya mengatakan saat itu ia membeli Jalak Bali Rp 8 juta sepasang. Sementara di Bali sendiri, pasarannya saat itu Rp. 12 juta.

"Akhirnya saya main di Jalak Bali. Itu selama tiga tahun saja," ucapnya.

Tidak Mudah Ditangkarkan

Arya Wibowo mengatakan Anis merah termasuk burung yang sensitif. Artinya saat berada di satu kandang, Anis merah sulit untuk kawin.

"Sehingga di Bali yang saya tahu masih dibawah 10 orang yang berhasil membiakkan. Jadi burung-burung ini kebanyakan masih berkembang biak secara liar. Ini adanya di Karangasem, Tabanan daerah Pupuan, di Singaraja, dan Kintamani.

Jadi di tempat-tempat itu indukannya tidak pernah ditangkap. Di musim-musim dari bulan November hingga Februari anakannya kan banyak. Siapa yang punya tegalan, dia yang mengambil. Namun kebanyakan desa saat ini sudah mulai melindungi," jelasnya.

Disisi lain, merawat Anis merah cukup mudah. Arya mengatakan burung ini dimandikan, diberi makan dan minum seminggu dua kali. Sehari-hari sangkar burung ini lebih banyak ditutup kain, untuk keamanan dan kenyamanan.

"Burung ini tidak senang dirawat tiap hari. Kalau memang pingin dengar suaranya dibuka penutup sangkarnya, nanti dia teler," jelasnya.

Kendati demikian, Arya mengakui jika kebanyakan pemula lebih percaya pada cerita yang salah. Yang mengatakan merawat Anis merah sulit, sering macet.

"Macet dalam artian sering ndak bunyi (berkicau) kalau pindah rumah, harus dirawat tiap hari. Itu artinya persepsi yang salah tentang perawatan Anis merah" ucapnya.

Kata Arya, kebanyakan pemula membeli Anis merah di tempat yang salah. Selain itu terkecoh dengan harga yang murah.

"Hanya Anis merah jantan yang berkicau dan teler. Harganya pun pasti lebih mahal. Kisaran Rp 1 juta keatas. Sedangkan yang betina tidak berkicau, dan harganya juga jauh lebih murah daripada yang jantan," paparnya.

Oleh sebab itu pula, bagi pemula, Arya menyarankan agar membeli di tempat-tempat yang berlabel. Sehingga lebih terjamin.

Ia juga menyarankan bagi pemula untuk tidak membeli burung Anis merah dari anakan.

"Lebih baik kumpulkan uang sekitar Rp 1,5 juta, dan beli yang sudah teler. Kalau sudah terbiasa, baru beli yang anakan," tandasnya. (*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved