Serba Serbi
Ruwatan Kelahiran Panca Pandawa dan Anak Kembar
"Menurut lontar duwe nak lingsir (leluhur) saya di rumah, bahwa kelahiran-kelahiran tersebut adalah kelahiran yang patut dibayuh atau diruwat," jelasn
Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Noviana Windri
Laporan Wartawan Tribun Bali, Anak Agung Seri Kusniarti
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Ruwatan atau bayuhan, kembali dilangsungkan di kediaman Dewa Mangku Dalang Samerana di Beng, Gianyar, Bali, pada Sabtu 26 Februari 2022.
Kali ini ruwatan khusus bagi kelahiran madurgama bersaudara.
Diantaranya, bagi saudara bertiga laki-laki semua, atau perempuan semua. Kemudian saudara berlima atau Panca Pandawa.
Saudara kembar. Lalu saudara bertiga, laki-perempuan-laki (telaga apit pancoran).
Saudara tiga, perempuan-laki-perempuan (pancoran apit telaga).
Baca juga: Bayuh Jurang Katemu, Ruwatan Kelahiran Wuku Gumbreg, Pujut, Uye, dan Bala
Baca juga: Kelahiran Rabu Pon Pujut, Umur hingga 80-an Tahun, Hidup Baik Sekali Saat Umur Ini
"Menurut lontar duwe nak lingsir (leluhur) saya di rumah, bahwa kelahiran-kelahiran tersebut adalah kelahiran yang patut dibayuh atau diruwat," jelasnya kepada Tribun Bali, kemarin.
Bunyi lontarnya 'yan hana wang metu kembar buncing, cendala saking embas, patut kabayuh.
Muang mesanak warga tigang diri, muang pancoran apit telaga, telaga apit pancoran. Panca Pandawa patut kabayuh.
Yan tan kabayuh, manusan hulun dadi sakit-sakitan. Nora beneh pemarginnia, keni dasa mala petaka.
Ngawetuang bhuta ring pekarangan. Yan sampun kabayuh, manusan hulun sahananing karya dadi Amerta.
Muang dadi rahayu, ngemangguhan kasukertan ring mercapada'.
Arti inti dari kutipan tersebut adalah, apabila ada kelahiran anak kembar buncing, cacat dari kecil, patut dibayuh.
Termasuk bersaudara tiga orang, seperti kelahiran laki-perempuan-laki, perempuan-laki-perempuan.
Hingga Panca Pandawa harus dibayuh. Jika tidak dibayuh, anak tersebut akan sakit-sakitan.