Berita Jembrana
Zaman Kaliyuga, Ini Zaman Lainnya di Muka Bumi
Dunia saat ini disebut sedang dalam zaman Kaliyuga, Berikut 4 Zaman yang Ada di Muka Bumi
Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Irma Budiarti
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Zaman Kaliyuga, Berikut Zaman Lainnya di Muka Bumi.
Dunia saat ini disebut sedang dalam zaman Kaliyuga, atau zaman yang paling panas dan zaman terakhir sebelum adanya pralaya atau kiamat.
Dalam kosmologi Vedanta disebutkan, jagat raya dipelihara selama periode tertentu sebelum akhirnya dilebur atau pralaya.
Tentu saja proses penciptaan, pemeliharaan, dan peleburan ini adalah demi keseimbangan alam semesta.
Untuk itulah, Ida Sang Hyang Widhi Wasa menciptakan Tri Murti dalam mengisi ketiga tugas tersebut.
Diantaranya, Dewa Brahma bertugas sebagai pencipta.
Dijelaskan dalam Vedanta, Dewa Brahma adalah makhluk hidup kosmis yang pertama tercipta.
Perbandingannya, satu siang hari Dewa Brahma disebut dengan satu kalpa.
Satu kalpa ini, terdiri dari seribu putaran empat yuga atau zaman.
Dari sanalah dikenal adanya zaman Satyayuga, Tretayuga, Dwaparayuga, hingga Kaliyuga.
Disebutkan bahwa Satyayuga berlangsung selama 1.728.000 tahun, atau zaman terlama di muka bumi ini.
Satyayuga juga disebut sebagai zaman emas.
Kemudian disusul zaman Tretayuga dengan rentang waktu selama 1.296.000 tahun.
Tretayuga dikenal sebagai zaman perak.
Selanjutnya adalah Dwaparayuga, yang berjalan selama 864.000 tahun.
Dwaparayuga dikenal dengan sebutan zaman tembaga.
Terakhir, adalah zaman Kaliyuga dengan rentang waktu paling pendek yakni hanya 432.000 tahun atau disebut zaman besi.
Apabila dihitung berdasarkan satu siang harinya Dewa Brahma, yang sama dengan satu kalpa.
Maka satu kalpa sama dengan 1.000 putaran empat yuga.
Jika 1.000 putaran ini dikalikan seluruh durasi tahun dari semua zaman, maka akan menghasilkan angka 4.320.000.000 tahun.
Rentang waktu yang sama juga membentuk malam hari Dewa Brahma, dan beliau konon hidup selama seratus tahun kemudian meninggal.
Sehingga seratus tahun Dewa Brahma, sama dengan 311 triliun 40 miliar tahun bumi ini.
Didapatkan dari 100 dikali 360 (hari dalam setahun) dikali dua dan dikali satu siang hari Dewa Brahma.
Mendapatkan hasil 311 triliun 40 miliar tahun.
Jadi seratus tahun Dewa Brahma, sama dengan 311 triliun 40 miliar tahun bumi (alam semesta).
Sebab menurut Vedanta, jagat raya dimulai dengan lahirnya Dewa Brahma.
Kini beliau diprediksi telah berusia di atas 50 tahun.
Sehingga hampir di semua keyakinan, mempercayai bahwa akhir zaman telah dekat walaupun tidak dalam waktu setahun, dua tahun, ataupun 100 tahun ke depan.
Setelah berakhirnya masa pralaya (kiamat), maka siklus baru tentu saja akan lahir dan dimulai kembali.
Banyak pakar kosmologi modern, memperkirakan bahwa jagat raya ini telah tercipta sekitar 13-15 miliar tahun yang lalu.
Sehingga jika berdasarkan skala Veda, maka jagat raya ini terhitung 10 kali lebih tua dari yang disebutkan para ahli kosmologi modern.
Dan banyak pepatah yang menyebutkan, bahwa bumi ini sudah sangat tua.
Dalam Vedanta pula disebutkan, bahwa ada 14 susunan planet di alam semesta.
Planet bumi terletak di susunan tengah, kemudian di bagian atasnya ada susunan planet lain yang kedudukannya lebih tinggi dibandingkan bumi.
Kemudian untuk susunan planet tertinggi adalah Brahmaloka atau Satyaloka, yang tiada lain adalah kediaman Dewa Brahma.
Dan masih ada tujuh planet, yang lebih rendah susunannya dari bumi.
(*)