Kabar Artis
KABAR DUKA, Penulis Cerita Lupus Hilman Hariwijaya Meninggal Dunia, Ini Profil Singkatnya
KABAR DUKA, penulis cerita Lupus, Hilman Hariwijaya meninggal dunia pada Rabu 9 Maret 2022.
Penulis: I Putu Juniadhy Eka Putra | Editor: Wema Satya Dinata
TRIBUN-BALI.COM – KABAR DUKA, penulis cerita Lupus, Hilman Hariwijaya meninggal dunia pada Rabu 9 Maret 2022.
Hilman Hariwijaya diketahui menghembuskan napas terakhirnya pada pukul 08.02 WIB.
Kabar duka tersebut dibenarkan oleh Noorca M Massardi merupakan salah satu rekan penulis dari Hilman.
Hilman meninggal di usianya yang menginjak umur 57 tahun.
"Iya (meninggal) dari semua WhatsApp Grup sudah confirm," kata Noorca dikutip Tribun-Bali.com dari Kompas.com pada Rabu 9 Maret 2022.
Namun, belum diketahui penyebab meninggalnya penulis kelahiran 25 Agustus 1964 itu.
Dalam pesan duka yang tersebar di WhatsApp, pihak keluarga meminta doa terbaik untuk Hilman Hariwijaya.
"Ya Allah, ampunilah dia, rahmatilah dia, maafkanlah dia, ampunilah kesalahannya, muliakanlah kematiannya, lapangkanlah kuburnya," bunyi pesan duka tersebut.
Lewat akun Instagram-nya, Hilman terakhir kali membagikan foto dirinya sedang terbaring sakit.
Baca juga: BREAKING NEWS: Amor Ing Acintya, Mantan Dirjen Bimas Hindu Prof. Widnya Berpulang
Walau kondisinya kurang baik, Hilman tetap memperlihatkan foto-foto ceria seperti berpose dengan gaya Spider-Man bersama cucunya.
Sempat Alami Stroke Ringan
Lebih lanjut, salah satu sahabat Hilman, Gol A Gong mengungkapkan penulis novel Lupus itu disebut sempat mengalami stroke ringan.
"Terakhir saya melihat di Facebooknya dia kena stroke ringan kemudian sembuh lalu dia menikah alhamdulillah. Nah, tiba-tiba Hilman meninggal," kata Gol A Gong masih dikutip Tribun-Bali.com dari Kompas.com pada Rabu 9 Maret 2022.
Sebagai sahabat, Gol A Gong merasa kehilangan atas wafatnya Hilman Hariwijaya.
Pasalnya, Gol A gong menghabiskan banyak waktu bersama Hilman pada awal-awal kariernya sebagai penulis.
"Jadi, dengan penuh duka cita, saya kehilangan sosok sahabat saya," ucap Gol A Gong.
Profil Hilman Hariwijaya
Dilansir Tribun-Bali.com dari TribunJakart.com pada Rabu 9 Maret 2022 dalam artikel berjudul Penulis Novel Lupus Hilman Hariwijaya Meninggal, Ini Profil Singkat Serta Karyanya yang Terkenal, Hilman Hariwijaya lahir di Bengkulu pada 25 Agustus 1964.
Hilman dikenal sejak menulis cerita pendek yang diberi judul "Lupus" di majalah Hai pada Desember 1986, yang kemudian dibukukan menjadi sebuah novel.
Dia juga banyak menulis naskah film-film layar lebar seperti Dealova, The Wall, Anak Ajaib, dan Rasa.
Baca juga: 5 Aktris K-Drama Terkeren 2022: Kim Da Mi, Kim Hye Soo, Han Ji Eun, Kim Hee Sun dan Chae Jung An
Bahkan, ia juga menulis naskah sinetron-sinetron terkenal, yakni Cinta Fitri Season 2, dan Cinta Fitri Season 3.
Terakhir, ia juga gabung dalam produksi Love Story The Series.
Pergaulan Menuntun Karier Hilman
Bagi banyak penulis, buku dan sekolahan mungkin adalah segala-galanya ketika akan mulai meniti karier, karena di sana ada pengetahuan serta inspirasi.
Namun, tidak demikian dengan Hilman Hariwijaya. Ia ternyata jarang sekali membaca buku.
"Apalagi buku yang berat-berat. Pergaulanlah yang sangat terasa menuntun," ujar Hilman.
Dari pergaulanlah ia memperoleh seluk-beluk menulis, mendapat banyak ilham, dan diberikan segudang kalimat indah yang kerap membangunkan emosi pembaca karya-karyanya.
Dan itu semua terbukti pada novel-novelnya di kalangan remaja, seperti "Lupus seri pertama, Tangkaplah Daku Kau Kujitak" dan "Lupus seri kedua, Cinta Olimpiade" yang keduanya diterbitkan PT Gramedia.
Materi tuturan hingga ilustrasi ceritanya adalah keseharian hidup remaja. Ringan, kocak, dan hidup lagi.
Dalam jangka waktu dua bulan, buku pertamanya berhasil terjual lebih dari 22.500 eksemplar.
Baca juga: KABAR DUKA: Paman Jokowi, Miyono Meninggal Dunia, KSP: Bukan Karena Covid-19
Sementara itu, "Cinta Olimpiade", terjual 7.500 eksemplar dalam tiga minggu.
Bayangan Menjadi Penulis Top
Menurut pengakuan Hilman, memang sejak kanak-kanak ia sudah membayangkan ingin menjadi penulis "top".
Walaupun dari enam kakak beradik ditambah orangtua dan nenek-kakeknya tidak seorang pun yang tertarik pada bidang ini, Hilman tidak pernah goyah dari mimpi indahnya.
Hilman mulanya terangsang oleh cerita-cerita di majalah Bobo yang ia langgani pada waktu duduk di kelas 4 atau 5 sekolah dasar (SD).
Pada usia itu, itu mencoba bereksperimen membuat majalah sendiri yang memuat tulisan-tulisan karya pertamanya.
Pelanggan pertama dan terakhirnya adalah keenam saudara kandung ditambah orangtuanya.
"Lebih sebagai bahan guyon-guyonan waktu itu," kenang Hilman.
Karya Hilman
Guyon-guyon itu tidak lagi muncul ketika ia mulai bergabung dengan koran anak-anak, "KOMA", yang antara lain waktu itu dikelola oleh Leila Chudori.
Karya pertamanya adalah sebuah cerpen "Bian, Adikku yang Tak Pernah Ada" (1978) yang langsung membuat gebrakan memenangkan sayembara mengarang majalah Hai.
Baca juga: SOSOK Syahril Nurdiansyah, Korban Pembantaian KKB Papua, Maksa Merantau demi Bahagiakan Keluarga
Sejak keberhasilannya itu, Hilman beralih meja ke majalah Hai sebagai penulis cerpen, artikel musik, dan remaja.
Tiga novelnya yang pernah dimuat di majalah Hai, yakni Rhapsody buat Irvan, Bulan di Atas Rawa, dan Nyanyian Bisu.
Ketiganya sempat menyita perhatian banyak remaja.
Bersamaan dengan kesibukannya mengikuti kuliah di jurusan sastra Inggris Universitas Nasional, Hilman sempat menjabat redaktur tamu dan wartawan freelance di majalah yang sama.
Pengalaman inilah yang dituliskannya untuk Lupus.(*)