Human Interest Story
Kisah Cipto, Pengusaha Warung Makan yang Berinovasi, Bayar Utang Bos Ratusan Juta hingga Sukses
Kisah pilu berujung bahagia bisa tergambar dari perjalanan seorang pengusaha kuliner asal Jembrana ini.
Penulis: I Made Ardhiangga Ismayana | Editor: Karsiani Putri
Akhirnya dari utang Rp 300 juta, ia hanya membayar Rp 150 juta.
Dan itu dibayarnya dengan mengangsur.
Perlahan-lahan akhirnya semua utang lunas.
Ketika ada pendapatan masuk, dirinya juga harus membayar karyawan terlebih dahulu.
Sehingga, untuk mengurus kebutuhan dirinya sampai tidak terpikir lagi.
“Saya waktu itu yang penting adalah anak-anak (pegawai) saya. Istri dan anak di rumah sudah tidak terpikir lagi. Dari situ kami bangkit. Karyawan kembali bersemangat untuk bekerja,” jelasnya.
Cipto mengaku, bahwa bisnis kulinernya semakin maju.
Dari yang dulu hanya warung kecil saja akhirnya pindah dengan mengumpulkan sedikit demi sedikit uang dan membeli tanah di Desa Kaliakah, di pinggir jalan raya yang saat ini menjadi tempatnya tinggal pula.
Di warung kilometer itu ia mendirikan warung pada 2012 lalu itu nyaris tak pernah sepi. Saban hari bisa 1.000 hingga 2.000 orang mampir untuk makan dan membersihkan diri.
“Dulu waktu tidak terkena pandemi, sebulan Rp 200 juta hingga Rp 300 juta sebulan kotor masih bisa kami dapat, Mas. Sekarang, waduh untuk biaya pegawai saja dan listrik sudah alhamdullilah. Tapi beruntung belakangan ini sudah mulai ramai lagi. Dan harapan lebih besar dengan tidak adanya rapid test. Semoga pariwisata Bali bangkit lagi,” ungkapnya.
Cipto menambahkan, pada waktu pandemi membuatnya kalang kabut.
Dahulu dirinya sebelum pandemi bisa mempekerjakan 60 orang.
Kini berkurang hingga hanya tersisa 10 orang.
Namun, dirinya tidak patah semangat.
Dari sisa-sisa tabungan kemudian dirinya membuat inovasi dengan ternak ayam yang tidak berbau dengan maggot sebagai pakan utama.