MotoGP Mandalika
Selesai Balapan MotoGP, Begini Tanggapan Mbak Rara Pawang Hujan Soal Dirinya Disoraki Penonton
Rara sempat disoraki penonton di Sirkuit Mandalika. Namun ia menanggapi santai hal itu. Ini kata dia.
Penulis: Zaenal Nur Arifin | Editor: Sunarko
Dia bahkan mengatakan langsung diminta mendatangkan hujan pada tanggal 9-11 Maret demi membantu mendinginkan lintasan yang baru diaspal ulang.
Menjawab tudingan soal profesi pawang hujan, Rara sendiri menyadari tak semua orang akan percaya dengan profesinya. Ia pun mengomentari potensi tudingan miring yang bisa dilayangkan kepada seorang pawang hujan.
"Kalau Rara dibilang menentang takdir karena cuaca seharusnya cerah dan hujan kok digeser-geser, saya sebagai orang indigo merasa kelahiran saya suatu kebaikan," tuturnya.
"Saya berharap dengan kebaikan Tuhan kepada saya, saya bisa mengobrol dengan awan, tanah, air, dan udara, dan kini saya berusaha membantu PP, ITDC, Pertamina," ucapnya.
"Semua warga Indonesia, kita harus bangga punya sirkuit yang cantik seperti Mandalika," katanya.
Rara juga mengaku senantiasa bekerja sama dengan pihak BMKG dan Hadi Tjahjanto selaku Komandan Lapangan Mandalika untuk melakukan modifikasi cuaca ini.
"Sudah telepon dengan Pak Hadi, arahnya (modifikasi cuaca) mau ke mana. Saya bilang, 'Kalau mau garamin, ke sisi barat karena mereka bisa garamin di mana saja'," ujarnya sembari berharap hari balapan pada Minggu akan berlangsung dalam kondisi sejuk dengan hujan ringan pada pagi hari. "Kesempurnaan hanya milik Allah, kami ikhtiar alternatif. Selama saya di sini, banjir terhindari. Saya mengumpulkan doa dan harapan dari para pekerja, doa, dan harapan, serta menjadi tim support bagi semua," tuturnya.
"Intinya, saya pelayan buat semua, pelayan bagi Indonesia, pelayan Lombok. (Para penonton) hadir, bahagia, menonton." "Nyaman pebalapnya, penontonnya nyaman. Saya sebagai pramugari event, tim doa pawang hujan akan berusaha yang terbaik," tutur Rara.
Dalam wawancara dengan Tribun Bali beberapa tahun lalu, Rara menceritakan kisah hidupnya hingga menjadi seorang pembaca tarot sekaligus pawang hujan.
"Saya memang dari kecil indigo. Keluarga saya RR itu Raden Rara trah Solo Jogja," sebut Rara.
"Dari kecil diajarkan dunia spiritual. Konon zaman dulu eyang kakung saya punya adik yang setiap tahun, tepatnya setiap 1 Suro, meng-handle upacara di Keraton Solo," tutur Rara.
"Dan setiap tahun ada adu ilmu. Siapa yang menang, dia yang handle upacaranya, termasuk masalah pawang hujan," kata Rara.
Selanjutnya, eyang kakungnya menugaskan ayah Rara untuk melanjutkan kemampuan spirirual tersebut. Namun, ayah Rara ternyata kurang suka dengan hal tersebut.
Sang ayah justru akhirnya mengajari Rara, dan Rara pun kemudian mulai tahu tentang hal-hal yang bersifat spiritual dan gaib.
Waktu itu, sang ayah tahu bahwa Rara adalah anak indigo atau di Bali disebut melik.