MotoGP Mandalika
Selesai Balapan MotoGP, Begini Tanggapan Mbak Rara Pawang Hujan Soal Dirinya Disoraki Penonton
Rara sempat disoraki penonton di Sirkuit Mandalika. Namun ia menanggapi santai hal itu. Ini kata dia.
Penulis: Zaenal Nur Arifin | Editor: Sunarko
"Saat saya umur tiga tahun, bapak saya sakit, dan diprediksi akan meninggal saat saya umur 5 tahun," kara Rara.
"Saya diajarin kayak kegiatan paranormal gitu, seperti ngobrol dengan makhluk gaib, roh, termasuk mencium bau awan sebagai pertanda hujan atau tidak. Dan biasanya banyak yang tidak siap memiliki anak indigo, tapi bapak saya sudah siap," tuturnya.
"Dulu, bapak saya mengaplikasikan ilmu pawang hujan itu untuk membantu kelancaran pertandiingan sepak bola, yakni membantu jika Persipura Jayapura bertanding," kata wanita ini.
Tahun 1988, sang ayah meninggal. Sebelum ayahnya meninggal, Rara sempat memimpikan sang ayah akan meninggal.
Dari sana Rara percaya bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk meramal masa depan. Bahkan, ia pernah meramalkan dirinya sendiri bahwa jika tetap tinggal di Jogja akan susah.
Ia pun bercerita saat umur sembilan tahun sudah mampu menjadi pawang hujan.
Dia bahkan sudah mendapat penghasilan dengan bekerja sebagai pawang hujan di acara-acara pagelaran wayang.
"Umur sembilan tahun saya sudah cari uang sendiri dari acara wayang. Waktu itu saya belum menggunakan menyan untuk menjadi pawang hujan. Saya bilang ke dalangnya bahwa saya bisa bantu agar tidak hujan," paparnya.
Dengan melakoni pekerjaan tersebut, ia mendapat uang Rp 5 ribu hingga Rp 10 ribu, dan ia merasa sangat senang.(tribun network/zae)