Berita Jembrana

Nelayan Pengambengan Jembrana Menjerit, Susah Dapat Solar, SPBN Bantah Ada Prioritas

Nelayan kecil di Desa Pengambengan, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana, Bali, kesusahan dalam memperoleh solar subsidi dalam sepekan belakangan

Penulis: I Made Ardhiangga Ismayana | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
Tribun Bali/I Made Ardhiangga
Aktivitas nelayan Pengambengan usai pulang melaut, Kamis 31 Maret 2022 di Pelabuhan Desa Pengambengan, Kabupaten Jembrana, Bali. Nelayan Kecil Pengambengan Jembrana Menjerit, Sepekan Ini Kesulitan Dapat Solar 

Dan setiap distribusi pihaknya juga selalu ada pengawasan dari BPK, Pemda, Polres, Polair dan Polda.

Sementara itu, nelayan di Kabupaten Gianyar yang mengandalkan pertalite dan pertamax untuk melaut, belum menunjukkan tanda keberatan atas rencana pemerintah menaikkan harga BBM per 1 April 2022.

Diduga kondisi tersebut tak terpas dari aktivitas melaut mereka, yang hanya melaut ketika tangkapan sedang bagus.

Ketika paceklik ikan, mereka memilih bekerja di bidang lain.

Ketua Kelompok Nelayan Lebih, Made Ana, mengatakan, di kelompoknya ada 198 orang nelayan.

Dari total tersebut, 60 persen aktif, dan sedangkan 40 persen baru melaut saat ikan tangkapan melimpah guna mengektivitaskan BBM.

Dikatakannya, jika nanti pihaknya melaut dengan harga BBM naik, maka cara untuk menstabilkan biaya operasional, pihaknya akan menaikkan harga hasil tangkapan dan memperhitungkan kondisi keberadaan tangkapan.

"Kalau harga BBM naik, ya, terpaksa kami juga menaikkan harga ikan, hal tersebut sudah biasa. Menyesuaikan biaya operasional," ujarnya.

Terpisah, sopir bus, Amirudin mengaku, pembelian solar mulai dari Kudus hingga Bali dijatah hanya sekitar Rp 250-300 ribu untuk sekali pengisian.

Jatah yang cukup sedikit ini, membuat dirinya kesusahan karena harus delapan hingga sepuluh kali mengisi BBM.

Padahal, idealnya bus mengisi full tank sekitar Rp 700 ribu, atau mendapat sekitar 100 liter lebih solar.

“Sekarang kurang dari 50 liter. Normalnya dari Kudus atau Semarang, mengisi di Surabaya, di-full-kan. Kemudian sebelum menyeberang full lagi. Jadi nanti tidak kesulitan mencari solar saat di Bali. Kemudian di Bali setelah mutar-mutar mau pulang baru mengisi lagi full,” ucapnya.

Ketika harus berulang-ulang mengisi, membuat estimasi kedatangan menjadi molor. (ang/weg)

Kumpulan Artikel Jembrana

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved