Berita Bangli

Kisah Pembudidaya Ayam Laga, Made Adi Beli Ayam Indukan dari Filipina hingga Amerika

Kisah Pembudidaya Ayam Laga. Made Adi Beli Ayam Indukan Dari Filipina dan Amerika. Kisah Pembudidaya Ayam Laga. Made Adi Beli Ayam Indukan Dari Filip

Penulis: Muhammad Fredey Mercury | Editor: Harun Ar Rasyid
Tribun Bali/Freedy
Made Adi Kesuma Artha saat ditemui di peternakan 'victory gf' miliknya. Minggu (10/4) 

TRIBUN-BALI.COM, BANGLI - Made Adi Kesuma Artha atau yang akrab disapa Antok, adalah salah satu pembudidaya ayam laga atau ayam petarung sukses asal Kelurahan Kubu, Kecamatan Bangli.

Tak sedikit orang dari luar pulau Bali yang datang, untuk membeli ayam darinya.

Di rumahnya, di Jalan Raya Nusantara, Bangli, Antok merawat ratusan ayam laga. Kandang ayam itu berada di samping dan belakang rumahnya, dengan kondisi yang sangat bersih.

Kata Antok saat ditemui Minggu 10 April 2022, bisnis ini mulai dia tekuni sejak lima tahun lalu. Ia melihat peluang bisnis karena banyaknya penggemar ayam jago di Bali.

"Dari sinilah saya coba beli material indukannya jantan dan betina dari Filipina dan Amerika untuk selanjutnya dikembangkan di Bangli. Indukan ini juga tidak sembarangan, karena indukan yang saya beli sudah mendapat gelar juara di Filipina," ujarnya.

Antok mengakui, pengembangbiakan ayam laga cukup sulit. Misalnya untuk menghasilkan ayam yang memiliki karakter.

"Walaupun kita beli dari sana yang merupakan trah juara, tapi keturunannya belum tentu 100 persen sama. Oleh sebab itu dalam tiga tahun pertama, saya sering kroscek ke pembeli sepeti apa karakter ayamnya," jelasnya.

Selain itu yang menjadi tantangan adalah meminimalisir tingkat kematian ayam. Kata Antok, dalam satu hingga empat bulan pertama, anak ayam cenderung rentan akan kematian. "Beberapa jenis ayam memang lebih mudah mati karena berak darah (koksidiosis). Itu biasanya terjadi pada usia 14 hari. Karenanya di usia 10 hari, kita biasanya berikan anti koksi. Selain itu juga perlu waspada penyakit lain karena pengaruh perubahan cuaca. Sehingga ayam perlu divaksin," ucapnya.

Dalam perawatannya juga harus dipisah. Misalnya pada usia 0 hingga 4 bulan, ayam berada di range area. Di mana seluruh anak ayam menjadi satu ruang.

Baca juga: UPDATE TRANSFER PERSIB: Ryuji Utomo Masuk Radar Persib, Bos Buka Suara Soal Kebijakan Transfer

Baca juga: Jauh Lebih Hemat, Animo Konsumen Beli All New Xenia Tinggi

Baca juga: Berburu Pakaian Lebaran, Diskon Hingga 80 % OFF Saat Ramadhan

Selanjutnya ayam akan dipindah ke kandang terpisah di usia 4 hingga 5 bulan, yang tujuannya untuk menghindari pertarungan.

"Di kandang ini juga, ayam akan diikat kakinya dengan tali. Dan memasuki usia 5 bulan, akan dipindahkan ke cording area," jelas dia.

Dikatakan Antok, saat ini ia memelihara 72 indukan. Diantaranya 22 ekor jantan, dan 50 ekor betina.

Dari hasil perkawinan ini, sebagian ia jual pada para penghobi. Ayam laga yang siap dijual yakni yang berusia 6 hingga 7 bulan.

Harganya pun bisa mencapai Rp. 2,5 juta per ekor atau lebih, tergantung kualitasnya.

Ada beberapa ayam laga yang tergolong sangat diminati dikalangan para penghobi. Antara lain ayam sweater, ayam Mclean, ayam Popeye grey, dan ayam spangled.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved