Konflik Rusia vs Ukraina
Sejumlah Delegasi Walkout Saat Rusia Bicara di Pertemuan G20, IMF: Kerja Sama Harus Tetap Terjalin
Sejumlah pejabat tinggi dari berbagai negara dalam pertemuan Kelompok G20 memilih walk out saat Delegasi Rusia berbicara.
Penulis: I Putu Juniadhy Eka Putra | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
TRIBUN-BALI.COM – Sejumlah pejabat tinggi dari berbagai negara dalam pertemuan Kelompok G20 memilih walk out saat Delegasi Rusia berbicara.
Hal tersebut pun terjadi dalam acara pertemuan Kelompok 20 Ekonomi Utama.
Menteri Keuangan Inggris Rishi Sunak mengatakan pada hari Rabu, 20 April 2022 pejabat Inggris, AS dan Kanada meninggalkan pertemuan G20 di Washington, DC saat delegasi Rusia berbicara.
“Kami bersatu dalam kecaman kami atas perang Rusia melawan Ukraina dan akan mendorong koordinasi internasional yang lebih kuat untuk menghukum Rusia,” tulis Sunak di Twitter dikutip Tribun-Bali.com dari @RishiSunak pada Kamis 21 April 2022.
Pejabat Ukraina yang hadir juga keluar dari pertemuan pejabat tinggi keuangan dari 20 ekonomi terbesar dunia.
Dikutip Tribun-Bali.com dari Aljazeera pada Kamis 21 April 2022, insiden itu terjadi di tengah pertemuan musim semi Dana Moneter Internasional dan Bank Dunia, di mana kepala keuangan berkumpul untuk mengatasi masalah paling mendesak di dunia.
Dampak brutal perang Rusia di Ukraina, yang dimulai pada akhir Februari dan minggu ini telah bergeser ke wilayah Donbas timur negara itu, telah menjadi pusat perhatian.
Pejabat Departemen Keuangan AS mengatakan Menteri Keuangan Janet Yellen akan mencoba menghindari kontak dengan pejabat Rusia yang berencana menghadiri beberapa acara G20 secara virtual.
Baca juga: JERMAN Kumpulkan Bukti Adanya Kemungkinan Rusia Lakukan Kejahatan Perang di Ukraina
Joe Biden Ingatkan Rusia Tak Boleh Lagi Jadi Anggota G20
Presiden AS Joe Biden mengatakan Kremlin tidak boleh tetap menjadi anggota G20, posisi yang digemakan oleh Menteri Keuangan Kanada dan Wakil Perdana Menteri Chrystia Freeland, yang keluar dari pertemuan hari Rabu.
“Pertemuan minggu ini di Washington adalah tentang mendukung ekonomi dunia dan invasi ilegal Rusia ke Ukraina merupakan ancaman besar bagi ekonomi global. Rusia seharusnya tidak berpartisipasi atau dilibatkan dalam pertemuan ini,” cuitnya Biden.
Terkait sejumlah delegasi walkout dari pertemuan G20 secara virtual, Sekretaris pers Gedung Putih Jen Psaki pun mendukung hal tersebut.
Menurut Psaki, ia mengagap Presiden Rusia Vladimir Putin merupakan seorang paria (kaum rendah di India Kuno) di mata dunia saat ini.
“Presiden AS dan Menteri Yellen sama-sama mengatakan kami tidak dapat menjalankan bisnis seperti biasa di G20 atau di banyak forum internasional ini yang berkaitan dengan Rusia,” kata Psaki kepada wartawan saat konferensi pers pada Rabu sore.
Kementerian keuangan Rusia tidak menyebutkan keluarnya sejumlah delegasi, namun ia mengutip pernyataan Siluanov yang menyerukan G20 untuk tidak mempolitisasi dialog antara anggota dan menekankan pengelompokan itu selalu fokus pada ekonomi.
Baca juga: Kemenparekraf Siap Luncurkan Side Events Parekraf Presidensi G20 di Bali dan Luar Bali
Ia juga mengeluhkan efek merusak dari sanksi Barat, kata pernyataan itu.
“Aspek lain dari krisis saat ini adalah merusak kepercayaan pada sistem moneter dan keuangan internasional yang ada,” ujar Siluanov
“Keamanan cadangan internasional dan kemungkinan perdagangan bebas dan transaksi keuangan tidak lagi dijamin,” lanjutnya.
Direktur Pelaksana IMF: Kita Saling Membutuhkan
Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva pada hari Rabu 20 April 2022, mengakui jika sejumlah delegasi yang melakukan walkout saat pihak Rusia berbicara merupakan sebuah ‘momen sulit’ bagi G20.
Meskipun begitu, dirinya bersikeras bahwa kerja sama melalui forum akan terus berlanjut.
"Jelas ada fakta yang sangat, sangat meresahkan yang harus kita tangani," katanya.
“Tetapi kami juga menyadari betapa saling ketergantungan kami, dan sangat jelas bahwa kerja sama harus dan akan terus berlanjut,” tuturnya.
Awal bulan ini, Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa mengeluarkan Rusia dari Dewan Hak Asasi Manusia atas invasi tersebut, ketika negara-negara mengangkat ‘keprihatinan besar pada krisis hak asasi manusia dan kemanusiaan yang sedang berlangsung di Ukraina’.
Minggu ini, Washington dan sekutunya di Eropa juga berjanji untuk “memperketat” sanksi mereka terhadap Moskow dalam upaya untuk mengakhiri pertumpahan darah.
Baca juga: Persiapan Jelang Lebaran dan G20, Jalur Masuk Hingga Fasilitas Pendukung Desa Penglipuran Diperbaiki
Pada hari Rabu, pemerintahan Biden mengumumkan sanksi baru terhadap puluhan orang dan entitas, termasuk bank komersial Rusia Transkapitalbank dan oligarki Konstantin Malofeyev.
"AS dapat dan akan menargetkan mereka yang menghindari, berusaha untuk menghindari, atau membantu penghindaran sanksi AS terhadap Rusia, karena mereka membantu mendukung perang brutal pilihan Putin,” kata Wakil Menteri Terorisme dan Intelijen Keuangan Brian E Nelson dalam sebuah pernyataan.
(*)