Berita Budaya

Tradisi Makepung di Jembrana, Balapan Kerbau yang Dilakukan oleh Petani Bali

Tradisi Makepung di Jembrana, Balapan Kerbau yang Dilakukan oleh Petani BaliTradisi Makepung di Jembrana, Balapan Kerbau yang Dilakukan ole

Penulis: Putu Honey Dharma Putri W | Editor: Harun Ar Rasyid
Humas Pemkab Jembrana
Lomba Mekepung Lampit 2019 di selenggarakan Minggu (1/12/2019) pagi di Sirkuit Makepung Lampit Subak Tegalwani Pangkung Jajung Cibunguran, Desa Kaliakah, Negara. 

DENPASAR-TRIBUN-BALI.COM - Kabupaten Jembarana merupakan kabupaten yang terletak paling barat di pulau Bali.

Kabupaten Jembrana sering disebut sebagai Bumi Mekepung.

Hal tersebut dikarenakan jembrana memiliki kebudayaan atau tradisi yang disebut Mekepung.

Tradisi Mekepung merupakan sebuah tradisi dimana permainan balapan kerbau yang dilakukan oleh masyarakat petani Bali, khususnya di wilayah Kabupaten Jembrana.

Permainan ini telah berlangsung secara turun-temurun sehingga telah menjadi tradisi dalam kehidupan masyarakat pendukungnya.

Biasanya tradisi ini dilaksanakan pada musim tanam padi sebagai sarana hiburan dan untuk mengisi waktu senggang.

Sejarah Tradisi Makepung yang ada di masyarakat Jembrana berasal dari mata pencaharian masyarakat yang dulunya dimayoritasi oleh Pekebun/Petani.

Kerbau-kerbau pacuan yang digunakan dipilih yang paling terbaik. Bahkan oleh tuannya, diperlakukan bak satu orang atlet, yang sangat dimanjakan.

Mekepung dapat diartikan sebagai suatu pacuan adu ketangkasan, yang digelar dengan menggunakan sepasang kerbau yang ditunggangi oleh satu orang joki.

Baca juga: 5 Arti Mimpi Buaya, Pertanda Keberuntungan? Dapat Mengubah Jalan Hidup?

Baca juga: Gisel Nekat Joget di Kamar Hotel Saat Sahur, Disebut Saksi Mata Tanpa Busana, Ini Faktanya

Baca juga: Arti Mimpi Tentang Mangkuk, Bisa Pertanda Baik dan Buruk, Pertanda Baik Kalian Sedang Jatuh Cinta

Kerbau tersebut akan saling adu cepat untuk bisa memburu tandingnya, agar jarak keduanya menjadi lebih dekat atau lebih jauh.

Kata Makepung dalam Bahasa Indonesia berarti berkejar-kejaran, maka untuk itulah lomba yang digelar akan saling Susul-menyusul.

Untuk membuktikan pemenangnya tidak dari siapa yang pertama sampai garis finish, melainkan sebaliknya ditentukan dari jarak sela diantara delegasi.

Rata- rata ditentukan dengan jarak 10 meter, jika lawan di depan bisa memperlebar jarak lebih dari 10 meter dengan duta ke-2 maka kandidat yang di depan terkandung menjadi pemenangnya.

Meskipun jika lawan di belakangnya bisa mempersempit jarak kurang dari 10 meter, maka cabang di belakangnya yang menjadi Jawara.

Disinilah letak keunikan dari tradisi makepung yang berbeda dengan pacuan-pacuan yang lain.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved