Berita Bali

Hepatitis Akut, Kadiskes Bali Sebut Belum Ada Kasusnya di Bali 

Mengenai 10 kasus hepatitis akut yang tidak diketahui etiologinya (acute hepatitis of unknown aetiology ), pada anak-anak usia 11 bulan-5 tahun pada p

Istimewa
ilustrasi hepatitis, virus hepatitis(Shutterstock/Kateryna Kon) 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Badan Kesehatan Dunia (WHO), telah menerima laporan pada 5 April 2022 dari Inggris Raya.

Mengenai 10 kasus hepatitis akut yang tidak diketahui etiologinya (acute hepatitis of unknown aetiology ), pada anak-anak usia 11 bulan-5 tahun pada periode Januari hingga Maret 2022, di Skotlandia Tengah. 

Sejak secara resmi dipublikasikan, sebagai kejadian luar biasa (KLB) oleh WHO.

Pada 15 April 2022 lalu, jumlah laporan kasus ini terus bertambah.

Per 21 April 2022, tercatat 169 kasus yang dilaporkan di 12 negara, yaitu Inggris (114), Spanyol (13), Israel (12), Amerika Serikat (9), Denmark (6), Irlandia (<5), Belanda (4), Italia (4), Norwegia (2), Perancis (2), Romania (1) dan Belgia (1).

Kisaran kasus terjadi pada anak usia 1 bulan sampai dengan 16 tahun.

Tujuh belas anak di antaranya (10 persen) memerlukan transplantasi hati, dan 1 kasus dilaporkan meninggal.

Gejala klinis pada kasus yang teridentifikasi adalah hepatitis akut, dengan peningkatan enzim hati, sindrom jaundice akut, dan gejala gastrointestinal (nyeri abdomen, diare dan muntah-muntah). 

Sebagian besar kasus tidak ditemukan adanya gejala demam.

Penyebab dari penyakit tersebut, masih belum diketahui.

Pemeriksaan laboratorium telah dilakukan dan virus hepatitis tipe A, B, C, D dan E tidak ditemukan sebagai penyebab dari penyakit tersebut.

Adenovirus terdeteksi pada 74 kasus, yang setelah dilakukan tes molekuler, teridentifikasi sebagai F type 41. SARS-CoV-2 ditemukan pada 20 kasus, sedangkan 19 kasus terdeteksi adanya ko-infeksi SARS-CoV-2 dan adenovirus.

Mengenai hal tersebut, ketika dikonfirmasi Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, dr. I Nyoman Gede Anom, mengatakan hepatitis tersebut memang belum diketahui penyebabnya. 

"Sampai saat ini belum ada laporan, bahwa penyakit tersebut sudah ada di Bali, penyakit ini menyerang anak-anak. Kami tetap memantau dan meningstruksikan dinas kesehatan kabupaten atau kota untuk meningkatkan pengamatannya melalui petugas Puskesmas," ujarnya pada, Rabu 4 April 2022. 

Menurutnya, hal yang paling penting adalah masyarakat harus selalu menjaga kebersihan dan pola hidup sehat.

Lalu ketika disinggung, apakah kemungkinan masyarakat di Bali dapat terjangkit penyakit tersebut.

Anom, sapaan akrabnya, mengatakan semua daerah di Indonesia tentunya berpeluang dapat terjangkiti penyakit hepatitis ini. 

"Dengan terbukanya pintu masuk ke Bali, dan kita tidak boleh melarang orang datang ke Bali, semua daerah di Indonesia berpeluang terjadinya hepatitis ini. Tetapi dengan kewaspadaan kita bersama, mudah-mudahan hepatitis ini tidak sampai ke Bali," tambahnya. 

Pihaknya kini juga sudah menyampaikan ke fasilitas kesehatan seperti puskesmas, di seluruh Bali agar memantau kondisi pasien sesuai dengan form yang diterbitkan oleh kemenkes.

Dan apabila kasus hepatitis tersebut sudah ditemukan di Bali, Anom meminta agar pasien tersebut langsung dirujuk ke rumah sakit di kabupaten masing-masing, agar segera ditangani oleh dokter spesialis anak. (*) 

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved