Berita Badung
Desa Adat dan Keluarga Jadi Kunci untuk Bertahan, Pedagang di Badung Ini Ucapkan Terima Kasih
Pengusaha kerajinan ini terlihat masih membuka tokonya. Di deretan tokonya yang di beralamat Jl. Popies 1, hanya ada 2 toko yang beroperasi.
Penulis: Putu Yunia Andriyani | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, MANGUPURA - Masa pandemi ini menjadi masa sulit untuk semua orang.
Tidak terkecuali pelaku usaha di Pulau Bali.
Banting tulang pasti dilakukan agar bisa bertahan di masa pandemi.
Banyak dari mereka terpaksa harus menutup usahanya karena kehabisan modal.
Baca juga: Macet Belum Tentu Ramai, Pengusaha Lokal di Badung Ini Tetap Bersyukur
Namun, ada juga dari mereka yang bisa selamat dan bertahan hingga kini.
Wayan Dolat salah satunya.
Pengusaha kerajinan ini terlihat masih membuka tokonya.
Di deretan tokonya yang di beralamat Jl. Popies 1, hanya ada 2 toko yang beroperasi.
Ia mengatakan, bertahannya ia selama ini berkat bantuan keluarganya.
"Ini banyak yang pulang kampung karena udah ga ada uang buat buka lagi. Kebetulan yang punya kontrakan ini sepupu saya. Jadi saya dikasi kemudahan untuk ngontrak. Nanti berapa pun hasil penjualannya, ya saya bagi juga," ujar Wayan Dolat.
Laki-laki tiga anak ini mengatakan, pedagang di daerahnya tidak berasal dari Bali saja, tetapi juga dari luar Bali.
Karena kehabisan uang, mereka terpaksa pulang kampung.
Sedangkan barang-barang mereka masih disimpan di dalam toko.
Kemungkinan sudah banyak barang yang rusak, sehingga menjadi tantangan berikutnya untuk pedagang membuka usahanya kembali.
Sementara itu, pedagang Pasar Seni Mertanadi Legian, Badung, Bali berterima kasih dengan pihak pengelola pasar.