Konflik Rusia vs Ukraina

Ratusan Warga Sipil Ukraina Masih Terjebak di Prabik Baja Mariupol Saat Rusia Masih Mengepung

Puluhan warga sipil Ukraina terjebak di pabrik baja Mariupol, bersembunyi di bawah tanah dengan sedikit makanan dan air.

Penulis: I Putu Juniadhy Eka Putra | Editor: I Putu Juniadhy Eka Putra
AFP/ALEXANDER NEMENOV
Seorang tentara Rusia berpatroli di jalan Mariupol pada 12 April 2022, saat pasukan Rusia mengintensifkan kampanye untuk merebut kota pelabuhan yang strategis, bagian dari serangan besar-besaran yang diantisipasi di Ukraina timur, sementara Presiden Rusia mengajukan kasus menantang untuk perang di Rusia. (Photo by Alexander NEMENOV / AFP) 

"Pertempuran sengit dan berdarah sedang berlangsung," kata Kapten Sviatoslav Palamar dari Resimen Azov Ukraina.

"Lagi-lagi, Rusia tidak menepati janji gencatan senjata,” sambungnnya.

Militer Rusia berjanji untuk menghentikan aktivitasnya di Azovstal selama Kamis siang dan dua hari berikutnya untuk mengizinkan warga sipil pergi, setelah pertempuran mencegah evakuasi dari pabrik pada Rabu.

Pihak Kremlin mengatakan koridor kemanusiaan dari pabrik sudah ada.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan Ukraina siap untuk memastikan gencatan senjata.

"Membutuhkan waktu hanya untuk mengangkat orang dari ruang bawah tanah itu, keluar dari tempat penampungan bawah tanah itu. Dalam kondisi saat ini, kami tidak dapat menggunakan alat berat untuk membersihkan puing-puing. Semuanya harus dilakukan dengan tangan," kata Zelenskyy.

Mariupol adalah target penting dalam upaya Rusia untuk memutuskan Ukraina dari jalur ekspor biji-bijian dan logam pesisirnya, serta untuk menghubungkan wilayah yang dikuasai Rusia di timur negara itu ke Krimea, yang direbut oleh Moskow pada 2014.

Baca juga: Klarifikasi Pose Bugil di Pohon di Pura Babakan Tabanan, Bule Rusia Minta Maaf Hari Ini

Seorang wanita yang melarikan diri dari Mariupol bulan lalu dengan saudara perempuannya mengatakan dia menangis ketika memikirkan ibunya, yang mereka tinggalkan dan sejak itu kehilangan kontak dengannya.

"Saat terakhir kali saya melihat ibu saya, rasanya seperti kunjungan biasa dalam keadaan yang tidak biasa," kata Nicole

"Saya tidak pernah membayangkan bahwa saya tidak akan bisa menelepon dan menanyakan kabar mereka,” sambungnya.

(*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved