Berita Bali
Bukan dari Lulusan Seni Rupa, 3 Seniman Asal Bali Rilis Seni Lukis Bertemakan Silang Sengkarut
Tiga seniman yang berasal dari latar belakang berbeda hadirkan suguhan seni lukis berbeda ditahun 2022.
Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Tiga seniman yang berasal dari latar belakang berbeda hadirkan suguhan seni lukis berbeda ditahun 2022.
Ketiga seniman tersebut yakni Wayan Jengki Sunarta, Mediana Ayuning, dan Bonk Ava merilis karya seni lukis bertemakan 'Silang Sengkarut'.
Saat keyakinan akan hidup yang lebih baik hadir lantaran pandemi Covid-19 mereda namun rasa was-was kembali bergelora seiring mewabahnya hepatitis akut misterius, Outsider Art Project mempersembahkan pameran lukisan karya sejumlah seniman yang tidak mengklaim diri sebagai seniman.
Ketiganya tidak lahir dari kampus dengan jurusan seni rupa.
Baca juga: Denpasar Libatkan 1.300 Seniman untuk PKB, Tampilkan 23 Materi dengan Anggaran Rp 3,2 Miliar
Jengki merupakan alumnus Antropologi Budaya, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana (1994-2000).
Meski sempat mencicipi bangku kuliah Seni Lukis ISI Denpasar (2002-2003), ia lebih dikenal sebagai penyair, cerpenis, novelis, dan esais.
Mediana Ayuning Putri Pradnyasasmitha kini menempuh pendidikan S-1 di Fakultas Biologi Universitas Udayana.
Dunia anime dan hobi melukis sejak kanak-kanak serta pertemuan dengan mereka yang melukis sesuka hati memberi jalan lapang bagi Medi.
Bonk Ava pun demikian.
Lahir dari pergulatan di Jatijagat Kehidupan Puisi (JKP), pria bernama asli Putu Sumadana ini pantang membatasi diri mengeksplorasi media dalam melukis.
Kertas kado, bungkus rokok, kotak korek api, dan segala yang berbau kertas disikatnya.
“Silang Sengkarut ini digarap dengan serius dan sungguh-sungguh oleh tim kerja yang tekun dan telaten serta saling bersinergi. Saya salut dengan tim kerja yang digerakkan oleh Ari Antoni yang sekaligus sebagai promotor pameran ini,” ucap Jengki, Sabtu 7 Mei 2022.
Ungkapnya Silang Sengkarut merupakan tajuk pameran yang mengacu pada karya-karya tiga pelukis yang berpameran.
Gaya dan tematik yang diangkat masing-masing pelukis berbeda-beda, namun saling bersentuhan satu sama lain.
Seolah seperti silang sengkarut atau jalin- menjalin.