Berita Bali
Bukan dari Lulusan Seni Rupa, 3 Seniman Asal Bali Rilis Seni Lukis Bertemakan Silang Sengkarut
Tiga seniman yang berasal dari latar belakang berbeda hadirkan suguhan seni lukis berbeda ditahun 2022.
Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
Masing-masing pelukis berupaya mengeksplorasi kecenderungan tematik yang disukai.
Berusaha menemukan karakter dan jati diri dalam pergumulan dengan seni lukis.
Baca juga: Pawai Ogoh-ogoh Amerebut Tirta Amertha Usung Kekayaan Tradisi Bali dan Libatkan 500 Seniman
“Tematik yang saya angkat dalam pameran ini lebih mengacu kepada persoalan banalitas seksualitas. Saya mengekspresikan banalitas itu lewat karya-karya yang relatif nakal, satir, sinis. Sebenarnya saya sedang menyampaikan kritik lewat karya-karya saya. Misalnya lewat simbol penis menjulur-julur. Itu kritik saya terhadap orang-orang yang lebih membanggakan penis ketimbang otak. Misalnya kita bisa lihat dalam keseharian produk-produk terkait penis dan seksualitas yang banyak diminati,” rinci Jengki sembari menyebut kurator Putu Sudiana Bonuz meloloskan 12 karyanya.
Menyoal kehadirannya sebagai pelukis Jengki curhat. Ia mengaku senang melukis sejak kanak-kanak.
Namun mimpinya sekolah di SMSR (SMK Negeri 3 Sukawati, red) dan ISI Denpasar kandas karena keterbatasan biaya.
“Ya saya sekolah dan kuliah di SMA dan kampus Unud. Baru setelah tamat dari Faksas Unud saya kuliah di ISI Denpasar (tidak tamat),” kenangnya.
Melukis bagi peraih penghargaan buku puisi terbaik Hari Puisi Indonesia 2021 itu merupakan sarana melepaskan ekspresi.
Saat jenuh menulis atau stres, Jengki melukis.
“Menulis kan perlu konsentrasi penuh. Sementara dengan melukis saya bisa sambil ngobrol; suatu hal yang tak bisa dilakukan dalam menulis. Saya menemukan kanal pembebasan dan kebebasan dalam melukis,” tandas pria lajang kelahiran 22 Juni 1975 itu.
Jengki tak menampik Silang Sengkarut merupakan wadah sekaligus motivasi agar ia bisa terus berkarya dan meningkatkan kualitas goresan tangannya.
Ia pun berharap pameran ini bisa diapresiasi oleh para penikmat seni rupa, khususnya di Pulau Dewata.
“Hehe...Setiap orang berpameran seni lukis tentu juga berharap agar karyanya laku. Ya semoga ada pihak-pihak yang berminat mengapresiasi dan membeli karya-karya kami. Agar kami bisa beli cat dan kanvas lagi. Hehe,” kelakar pria yang didapuk sebagai pembicara seminar ‘Membangun Dinamika Seni Rupa Indonesia’ di Galeri Nasional Jakarta tahun 2007 silam. (*)
Kumpulan Artikel Bali