Kisah Mahasiswi 21 Tahun asal Indonesia Jadi Simpanan di Jepang, Bisa Lunasi Utang Ayah 2 Juta Yen
Kisah seorang mahasiswi berusia 21 tahun, sebut saja W, yang masuk lingkaran papa katsu dengan penghasilan yang menggiurkan.
Karena perlu tambahan dana, W berpikir untuk menceburkan dirinya ke dalam kegiatan papa katsu. Ternyata mendapatkan lebih dari yang diharapkan.
"Saya bertemu tiga pria di situs dalam "hubungan dewasa" secara teratur, dan tunjangan bulanan sekitar 250.000 hingga 300.000 yen. Ini lebih dari dua kali lipat pendapatan klub kabaret. Dari jumlah tersebut, saya mengirim sekitar 100.000 yen ke Indonesia ke keluarga setiap bulan untuk pembayaran utang dan biaya hidup keluarga," ujarnya.
Baca juga: Mengenal Asal Usul dan Sejarah Penggunaan Topi Kuning Bagi Pelajar SD di Jepang
W sebelumnya ternyata pernah bekerja di klub kabaret (kyabakura) di Jepang.
Tidak hanya itu, dia mengatakan bahwa dia memulai bisnis dengan uang yang dia dapatkan dari ayahnya.
"Sebenarnya, saat ini saya menjalankan dua toko pupuk di daerah pedesaan dekat Jakarta. Jumlah investasi masing-masing sekitar 700.000 yen, tetapi keuntungan gabungan dari kedua toko tersebut stabil sekitar 80.000 yen setiap bulan. Omong-omong, ini dua kali lipat dari awal," ungkap lulusan sebuah universitas di Indonesia itu.
"Ke depan, saya ingin mengembangkan bisnis saya dan membuat ayah dan ibu saya menjalani kehidupan yang baik," katanya.
"Apa artinya menggunakan dana bisnis sebagai ayah? Saya hanya berdoa agar faktanya tidak diungkapkan kepada orang tua saya."
Papa katsu mengacu pada pencarian lelaki dewasa oleh wanita muda, biasanya melalui media sosial, untuk menjadikan lelaki itu "seorang ayah".
Kemudian wanita itu menerima bantuan hadiah dan uang sebagai imbalan atas kegiatan seksual yang diterima sang pria.
Penulis Yuuki Okukubo Lahir di Prefektur Ehime pada tahun 1980.
Dia lulus dari Fakultas Ekonomi Universitas Sophia.
Setelah drop out dari City University of New York, melakukan wawancara di China.
Setelah kembali ke Jepang pada tahun 2008, ia telah melakukan wawancara dengan tema "Dampak kebijakan nasional dan acara internasional pada pengguna akhir dan masyarakat bawah tanah."
"Masalah penyalahgunaan asuransi kesehatan publik oleh orang asing" diangkat dalam "SPA Mingguan!"