Berita Bali
Wapres Ma'ruf Amin dan Istri Lepas Tukik di Pantai Kuta
Dengan berjongkok, Wapres KH Maruf Amin beserta Ibu Hj. Wury Ma’ruf Amin secara perlahan melepaskan tukik ke alam bebas di Pantai Kuta.
Penulis: Zaenal Nur Arifin | Editor: Ragil Armando
Laporan Wartawan Tribun Bali, Zaenal Nur Arifin
TRIBUN BALI.COM, MANGUPURA – Wakil Presiden (Wapres), K.H. Ma’ruf Amin beserta Ibu Hj. Wury Ma’ruf Amin melakukan pelepasan anak penyu atau tukik di Pantai Kuta yang terletak di depan Kuta Beach Sea Turtle Conservation Center (KBSTCC), Badung, Bali, Selasa 10 Mei 2022 pagi.
Kegiatan diawali dengan doa bersama untuk seraya memanjatkan harapan agar kelestarian hidup penyu di alam bebas dapat terus berlangsung di tengah tantangan alam yang ada, baik yang berasal dari predator, perubahan iklim, maupun tangan jahil manusia.
Dengan berjongkok, Wapres beserta Ibu Hj. Wury Ma’ruf Amin secara perlahan melepaskan tukik ke alam bebas yang diikuti langkah alami para anak penyu ke arah laut.
Baca juga: Pemkab Gianyar Tak Punya Dana Promosi Pariwisata, Kadisparda Pilih Pasrah: Serahkan ke Stakeholder
Terlihat senyum terpancar dari wajah Wapres Ma'ruf Amin dan Ibu saat menyaksikan momen tersebut.
Pada kesempatan yang sama, Founder Kuta Beach Sea Turtle Conservation Center (KBSTCC) I Gusti Ngurah Tresna, yang memandu jalannya pelepasan tukik mengajak seluruh peserta yang hadir untuk meneriakkan yel yel “Go Baby Go…Go Baby Go…”.
Baca juga: Wapres Buka Rakernas APPSI 2022 di Bali, Sejumlah Hal Ini Ditekankannya
Menurutnya, hal tersebut dapat memberikan semangat agar anak penyu dapat segera berjalan menuju ke laut.
Ia juga memaparkan tentang siklus hidup penyu yang nantinya akan kembali lagi ke tempat pertama penyu tersebut menetas.
Baca juga: KUNKER ke Bali, Ini Sejumlah Agenda Wapres Maruf Amin
“Habitat penyu ada di tengah laut, 60 jam berenang, empat hari tidak makan berenang terus, nantinya 25 tahun kemudian akan kembali ke tempat menetas,” paparnya.
Namun, pengelola yang sudah mengabdi selama 20 tahun tersebut menyayangkan, rentannya siklus hidup penyu membuat tidak banyak anak tukik yang mampu bertahan hidup.
Baca juga: Waspada, Ini Tanda-tanda Paru-paru Tidak Sehat, Deteksi Dini Agar Segera Dapat Pengobatan
“Only one (hanya satu) yang dapat survive (bertahan hidup) dari 1.000 anak penyu,” terangnya.
Di sisi lain, relawan terlatih dari KBSTCC Yossy Wijaya, pada momen yang sama turut menjelaskan mitologi dari penyu tersebut.
Baca juga: Wapres RI Maruf Amin Dijadwalkan Hadiri Acara APPSI di Bali Esok, Pengamanan VVIP Disiapkan
“Penyu sendiri secara mitologi memiliki mitos sebagai pembawa berkah keberuntungan dan usia panjang serta sebagai penjaga laut dan bumi ini, dan secara ekologi kehidupan laut, mereka adalah indikator bahwa pinggiran laut itu sehat airnya dan bebas polusi sehingga aman untuk berenang dan berwisata,” ungkap Yossy.
Sebagai informasi, KBSTCC dibentuk sebagai bagian dari proses perlindungan satwa penyu yang datang bertelur di Pantai Kuta.
Baca juga: Kadispar Bali Prediksi Wisatawan Mancanegara Meningkat Akhir Mei, Pelaku Usaha di Kuta Sambut Baik
Proses perlindungan berupa konservasi relokasi telur penyu hingga proses menetas dan akan dilepas kembali ke laut usai penetasan.
