Human Interest Story

Seniman Serba Bisa I Nyoman Suma Argawa Tutup Usia, Tak Sempat Selesaikan Lukisan Tujuh Topeng

Seniman Serba Bisa I Nyoman Suma Argawa Tutup Usia Tak Sempat Selesaikan Lukisan Tujuh Topeng Seniman Serba Bisa I Nyoman Suma Argawa Tutup Usia Tak

Penulis: Ratu Ayu Astri Desiani | Editor: Harun Ar Rasyid
Tribun Bali/ Ratu Ayu Astri Desiani
Sumariadi menunjukan karya ayahnya I Nyoman Suma Argawa 

TRIBUN-BALI.COM, SINGARAJA - Buleleng saat ini sedang berduka. Salah satu seniman serba bisanya bernama I Nyoman Suma Argawa tutup usia pada Sabtu 21 Mei 2022 sekira pukul 23.30 Wita.

Pria asal Banjar Dinas Ancak, Desa Bungkulan, Kecamatan Sawan, Buleleng itu meninggal dunia dengan berbagai penyakit.

Nyoman Suma merupakan seniman tapel (pembuat topeng,red).

Ia juga pandai melukis, dan menari topeng tua. Karyanya terkenal hingga ke mancanegara.

Berkat karyanya itu, ia juga berhasil meraih penghargaan Wija Kusuma dari Bupati Buleleng pada 2014 dan penghargaan Dharma Kusuma dari Gubernur Bali pada 2018 lalu.

Bahkan Nyoman Suma juga kerap diundang menjadi narasumber ukiran khas Buleleng tingkat nasional.

Kondisi kesehatan pria yang dikaruniai dua orang anak itu menurun akibat penyakit diabetes, yang berujung pada komplikasi seperti jantung, asam urat, hingga stroke ringan.

Ditemui di rumah duka pada Minggu 22 Mei 2022, istri almarhum bernama Ni Ketut Nadri mengatakan, pada Juli 2021 lalu sang suami sempat membuat karya terakhirnya berupa topeng garuda berwarna hijau, yang dipamerkan di Pesta Kesenian Bali (PKB) 2022.

Pasca membuat topeng itu, Nyoman Suma kerap mengeluh pusing. Pihak keluarga mulanya menduga sakit itu dialami karena Nyoman Suma terlalu fokus membuat topeng garuda tersebut, hingga kelelahan.

Keluarga lantas memeriksakan pria yang dikaruniai dua orang anak itu ke rumah sakit.

Baca juga: 16 Incumbent Tumbang di Pilkel Serentak di Karangasem

Baca juga: MERIAHKAN HUT Bangli, Ada Penampilan Vokal Grup yang Terdiri Dari OPD dan Bupati

Baca juga: Suasana Pasar Badung Setelah Keputusan Presiden Untuk Melonggarkan Penggunaan Masker di Luar Ruangan

Oleh pihak dokter, Nyoman Suma diperkirakan mengalami vertigo.

Namun keesokan harinya, kondisi kesehatan Nyoman Suma rupanya memburuk. Bagian tangan kirinya tidak dapat digerakan, hingga akhirnya divonis mengalami stroke ringan.

"Saat stroke ringan itu, dia diberi terapi totok petir. Dia menjalani terapi itu selama tiga bulan, dan berhasil sembuh. Sudah bisa beraktifitas, bahkan bisa nge-gym. Makannya juga lahap sekali. Tapi anak-anak curiga kok dia gemuk sekali. Disuruh lah kontrol ke rumah sakit. Jantung, tekanan darah dan gula darahnya saat itu masih normal," terangnya.

Pada Maret 2022 lalu, kondisi kesehatan Nyoman Suma kian menurun. Ia tiba-tiba merasakan nyeri pada bagian dadanya, menggigil bahkan mulai kehilangan nafsu makan. Akibat penyakit itu, ia sempat dirawat di salah satu rumah sakit swasta di Buleleng selama delapan hari.

"Saat di opname delapan hari itu, dia divonis sakit jantung. Setelah diopname, kondisi kesehatannya sudah membaik. Tapi nyeri-nyeri di dada itu kadang kumat, jadi dia tidak bisa beraktifitas berat. Harus banyak istirahat," ucapnya.

Pada April lalu, Nyoman Suma mengisi hari-harinya dengan melukis gambar tujuh karakter topeng. Lukisan berukuran sekitar 1.5 meter persegi itu ia kerjakan hanya setiap kondisi kesehatanya dirasa membaik. Namun siapa sangka, lukisan itu rupanya menjadi karya terakhir yang belum sempat diselesaikan oleh Nyoman Suma. Mantan Kabid Promosi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Buleleng itu meninggal dunia di usia 65 tahun.

"Sejak April itu dia sudah keluar-masuk rumah sakit. Awalnya mengeluh ulu hatinya sakit. Setelah minum obat, sakitnya hilang. Puncaknya Jumat (20/5) kemarin, dia mengeluh pinggang dan lututnya sakit. Saya pijat. Kemudian Sabtu pagi kami berangkat ke Gianyar beli cat untuk lukisannya. Tapi baru sampai di Tamblang, dia mengeluh lututnya sakit lagi, sampai tidak bisa ditahan. Akhirnya kami bawa ke RS, masuk IGD," tuturnya.

Setibanya di IGD, almarhum diberikan berbagai suntikan obat. Dokter kemudian memutuskan Nyoman Suma untuk opname, karena kondisi kesehatannya memburuk. "Jam dua siang, lidahnya seperti kaku tidak bisa bicara. Mau ke WC kakinya sakit. Keluar keringat dingin hingga sesak nafas. Akhirnya dipindahkan ke ICU, karena sudah koma. Malamnya dokter bilang kalau kondisinya sudah drop sekali. Sudah diambil tindakan berupa memompa jantungnya, tapi tetap tidak berdetak, sampai dinyatakan meninggal dunia," ungkapnya.

Sementara anak kedua almarhum bernama Made Sumariadi mengatakan, lukisan tujuh topeng yang dibuat oleh sang ayah itu progresnya baru 80 persen. Ia pun berencana akan menyelesaikan lukisan itu, sebagai kenang-kenangan terakhir karya sang ayah.

Sumariadi menyebut, ayahnya telah menjadi seorang seniman sejak masih kecil. Keterampilan itu diperoleh secara turun-temurun dari kakeknya. Dalam membuat lukisan, Nyoman Suma kerap menggambar ekspresi wajah nuansa Bali, barong dan rangda dengan komposisi warna yang beragam. Selain terkenal dengan lukisannya, Nyoman Suma juga membuat topeng rangda dan barong khas Buleleng. Topeng tersebut menjadi ikon Buleleng, sebab memiliki bentuk yang khas seperti jumlah taring ena buah, bentuk moncong seperti anjing.

Karya lukisan almarhum diungkapkan Sumariadi terjual hingga ke berbagai negara, seperti Belanda dan Jerman. Bahkan lukisan almarhum juga pernah dibeli oleh tokoh-tokoh nasional seperti Megawati, Menteri Juliari Batubara, hingga Mantan Jaksa Agung Marzuki Darusman. Karya lukisannya dijual mulai harga Rp 2 juta hingga Rp 70 juta.

Pada 2021 lalu, almarhum sejatinya hendak menggelar pameran tunggal di Belanda. Ia ingin memamerkan lukisan dan topeng (tapel) hasil dari karya-karyanya. Namun karena pandemi, pameran itu dibatalkan. "Padahal orang dari Belanda sudah datang, mempersiapkan lukisan-lukisan dan tapel yang mau dipamerkan. Bapak juga rencananya nari topeng pas acara pembukaannya. Tapi karena pandemi, pemerannya dibatalkan," ucap Sumariadi.

Setelah tutup usia, masih ada beberapa karya yang tersimpan di rumah. Pihak keluarga memutuskan untuk tidak menjual lukisan-lukisan tersebut, sebab menjadi kenangan dari almarhum. Rencananya, jenazah Nyoman Suma akan diupacarai sesuai dengan ajaran Hindu (aben) pada Selasa (31/5). (rtu)

BERITA LAINNYA

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved