Berita Gianyar
Masih Sepi Sekian Lama Bertahan di Tempat Relokasi, Pedagang Pasar Umum Sukawati Gianyar Menyerah
Para pedagang Pasar Umum Sukawati mengaku telah melakukan berbagai upaya untuk mendatangkan para pembeli ke pasar relokasi di Banjar Gelumpang
Penulis: I Wayan Eri Gunarta | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR - Para pedagang Pasar Umum Sukawati mengaku telah melakukan berbagai upaya untuk mendatangkan para pembeli ke pasar relokasi di Banjar Gelumpang atau jalur Pantai Purnama.
Mereka tetap membuka lapak meski jumlah pembeli sepi.
Namun batas kesabaran mereka habis.
Baca juga: Pembeli Tetap Sepi, Pedagang Pasar Umum Sukawati Menyerah, Pilih Ngontrak di Tempat Lain
Para pedagang memilih untuk meninggalkan pasar relokasi tersebut dan menyewa kios atau telajakan di tempat yang ada aktivitas masyarakat.
Perpindahan ini terpantau terjadi, Minggu 22 Mei 2022.
Para pedagang ini sebelumnya berjualan di Pasar Seni Sukawati yang berada di depan Pasar Seni Sukawati.
Saat bangunan direvitalisasi, mereka dipindahkan ke Pasar Relokasi di Gelumpang.
Namun para pedagang membuat kesepakatan yang dinilai blunder dengan Pemerintah Kabupaten Gianyar, Bali.
Mereka menyepakati pasar yang direvitalisasi itu beralih fungsi menjadi pasar kesenian, tidak lagi menjual kebutuhan hidup sehari-hari.
Para pedagang mendapatkan jatah satu kios di pasar tersebut, serta tetap memiliki hak berjualan di pasar relokasi jika ingin menjual kebutuhan sehari-hari.
Namun karena pandemi, mereka tidak memiliki modal membuka usaha di pasar baru yang saat ini sudah beroperasi.
Mau tak mau, mereka pun tetap menjual kebutuhan sehari-hari di pasar relokasi sembari mengumpulkan modal untuk membuka kios kesenian di pasar yang baru.
Namun karena pasar relokasi yang sepi peminat, bukannya berhasil mengumpulkan modal, kian hari mereka terus merugi karena dagangannya tak laku.
Kini sebagian besar dari mereka pun menyerah, mereka memilih menyewa kios atau telajakan di tempat yang ada aktivitas masyarakat. Seperti di Banjar Delod Tangluk dan Banjar Tegalulung.
Nyoman Pita, pedagang sarana upakara memilih pindah ke dekat pasar lama, yakni di Banjar Dlodtangluk.