Berita Bali
Suspect Hepatitis Akut Pertama di Bali, Satu Pasien Anak Dirawat di RSUP Sanglah Denpasar
Satu pasien anak-anak usia 3 tahun asal Denpasar diduga menjadi pasien suspect hepatitis akut.
Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Satu pasien anak-anak usia 3 tahun asal Denpasar diduga menjadi pasien suspect hepatitis akut.
Kasus suspect hepatitis akut ini merupakan kasus pertama di Bali.
"Yang pasti ada satu anak umur tiga tahun, asal Denpasar, saat ini sedang dirawat di RSUP Sanglah. Untuk teknisnya, bisa hubungi Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Bali, dr Sanjaya SpA," kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, dr I Nyoman Gede Anom, Kamis 26 Mei 2022.
Menurutnya, terkait dengan pemantauan dan penanganan hepatitis akut, selain dengan Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota, pihaknya juga bekerjasama dengan dokter spesialis anak se-Bali untuk memantau penyakit hepatitis akut.
Baca juga: 31 Negara Melaporkan Terjangkit, Kenapa Hepatitis Akut Menyerang Anak-Anak?
Sementara itu, Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Bali dr IGN Sanjaya Putra SpA(K) mengatakan, pasien tersebut dirawat di RSUP Sanglah sejak Minggu 15 Mei 2022.
"15 Mei 2022 mulai dirawat di Sanglah. Alamat rumahnya di Jalan BT, Denpasar," ungkap dr Sanjaya.
Terpisah, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) baru mengumumkan dugaan kasus hepatitis per 17 Mei 2022 berjumlah 14 kasus.
Dengan rincian terdiri dari 1 kasus probable dan 13 kasus pending classification.
Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI dr Mohammad Syahril SpP MPH mengatakan, ada 1 kasus probable pemeriksaan hepatitis A, B, C, dan E nonreaktif dan patogen lainnya pun negatif.
Sedangkan 13 kasus pending classification itu ada 1 kasus di Sumatera Utara, 1 kasus di Sumatera Barat, 7 kasus di DKI Jakarta, 1 kasus di Jambi, dan 3 kasus di Jawa Timur.
Kelompok umur kasus terbanyak adalah di bawah 5 tahun ada tujuh kasus, 6 sampai 10 tahun (2 kasus), dan 11-16 tahun (5 kasus).
Dari 14 kasus dugaan hepatitis akut terdapat 6 kasus meninggal dunia, 4 kasus masih dirawat, dan 4 kasus sudah dipulangkan.
“Ini perubahan jumlah kasus dari hari sebelumnya 15 atau 16 Mei itu ada pengurangan kasus di probable. Ternyata setelah dilakukan pemeriksaan terakhir dia sepsis bakteri, sehingga dia kasusnya discarded,” kata dr Syahril pada konferensi pers hepatitis di gedung Kemenkes, di Jakarta, Rabu 18 Mei 2022.
Upaya yang dilakukan melalui surveilans, analisa patogen menggunakan Whole Genome Sequencing (WGS) dimana dengan WGS ini nanti akan terlihat varian virus yang muncul.
Kemudian pelaporan dengan New All Record (NAR).
"Kemudian upaya terapeutik kita sudah menyusun pedoman tata laksana kasus hepatitis ini bersama IDAI dan juga komite ahli yang telah dibentuk oleh Kemenkes,” tambahnya.
Pada 13 Mei 2022 telah diterbitkan Keputusan Dirjen Pelayanan Kesehatan tentang tata laksana hepatitis akut pada anak yang belum diketahui penyebabnya di fasilitas pelayanan kesehatan.
Kementerian Kesehatan telah menunjuk laboratorium nasional di Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) untuk menerima seluruh rujukan sampel untuk pasien-pasien yang diduga hepatitis.
"Di laboratorium nasional ini telah dipersiapkam ketersediaan reagen atau KIT-nya untuk deteksi hepatitis, baik reagen metagenomik atau WGS maupun reagen PCR, baik panel respiratori maupun gastrointestinal,” tuturnya.
Sebelumnya, Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah menerima laporan pada 5 April 2022 dari Inggris Raya mengenai 10 kasus hepatitis akut yang tidak diketahui etiologinya (Acute hepatitis of unknown aetiology ) pada anak-anak usia 11 bulan hingga 5 tahun pada periode Januari-Maret 2022 di Skotlandia Tengah.
Sejak secara resmi dipublikasikan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) oleh WHO pada 15 April 2022, jumlah laporan terus bertambah.
Per 21 April 2022, tercatat 169 kasus yang dilaporkan di 12 negara yaitu Inggris (114), Spanyol (13), Israel (12), Amerika Serikat (9), Denmark (6), Irlandia (<5), Belanda (4), Italia (4), Norwegia (2), Perancis (2), Romania (1) dan Belgia (1).
Baca juga: Tersebar di Enam Provinsi, Diduga Kasus Hepatitis Akut Berjumlah 14 Orang, 4 Dinyatakan Sembuh
Kisaran kasus terjadi pada anak usia 1 bulan sampai dengan 16 tahun.
Tujuh belas anak di antaranya (10 % ) memerlukan transplantasi hati, dan 1 kasus dilaporkan meninggal.
Gejala klinis pada kasus yang teridentifikasi adalah hepatitis akut dengan peningkatan enzim hati, sindrom jaundice akut, dan gejala gastrointestinal (nyeri abdomen, diare dan muntah-muntah).
Sebagian besar kasus tidak ditemukan adanya gejala demam. Penyebab dari penyakit tersebut masih belum diketahui.
Pemeriksaan laboratorium telah dilakukan dan virus hepatitis tipe A, B, C, D dan E tidak ditemukan sebagai penyebab dari penyakit tersebut.
Adenovirus terdeteksi pada 74 kasus yang setelah dilakukan tes molekuler, teridentifikasi sebagai F type 41.
SARS-CoV-2 ditemukan pada 20 kasus, sedangkan 19 kasus terdeteksi adanya ko-infeksi SARS-CoV-2 dan adenovirus.
Surat Edaran ini dimaksudkan untuk meningkatkan dukungan Pemerintah Daerah, fasilitas pelayanan kesehatan, Kantor Kesehatan Pelabuhan, sumber daya manusia (SDM) Kesehatan, dan para pemangku kepentingan terkait kewaspadaan dini penemuan kasus Hepatitis Akut yang Tidak Diketahui Etiologinya. (*).
Kumpulan Artikel Bali