Berita Bali
MARAK Kasus Bunuh Diri di Bali, Apa Sebenarnya Yang Terjadi?
Fenomena bunuh diri atau 'complex suicide' kian bertambah di Bali.Menurut data yang dihimpun, untuk pertengahan hingga akhir bulan Mei 2022 terdapa
Penulis: Ida Bagus Putu Mahendra | Editor: Anak Agung Seri Kusniarti
TRIBUN-BALI.COM - Fenomena bunuh diri atau 'complex suicide' kian bertambah di Bali.
Menurut data yang dihimpun, untuk pertengahan hingga akhir bulan Mei 2022 terdapat 6 kasus bunuh diri.
Diantaranya terjadi di Denpasar, Badung, Tabanan, dan Jembrana.
Sebagian besar dilakukan dengan cara dan faktor yang sama.
Baca juga: Kasus Bunuh Diri di Bangli dan Bali Meningkat di 2020, Berikut Ini Data Lengkapnya 20 Tahun Terakhir

Dokter I Gusti Rai Putra Wiguna, Sp.KJ (41), menjelaskan bahwa kasus Complex Suicide kian meningkat dari tahun - tahun sebelumnya.
“Ini tren yang sudah ada sejak tahun lalu ya.
Jadi tahun lalu ada 124 kasus bunuh diri, complex suicide di Bali,” katanya.
Baca juga: 6 Artis Kdrama Yang Meninggal Diusia Muda Karena Bunuh Diri Hingga Sakit, Terbaru Bintang Snowdrop

“Itu peningkatan yang hampir dua kali lipat dari tahun sebelumnya,” jelas dr. I Gst Rai Putra Wiguna, Sp.KJ, saat dihubungi Tribun Bali via telepon pada Rabu 1 Juni 2022.
Lebih lanjut, dr. Rai Wiguna menerangkan, bahwa faktor penyebab complex suicide atau bunuh diri tidak hanya karena ekonomi.
Ada faktor lain yang turut mendukung kasus tersebut, seperti misalnya kematangan kepribadian dan pengaruh support system.
Baca juga: BREAKING NEWS, Wayan Arya Ditemukan Gantung Diri di Kamarnya, Sering Halusinasi dan Coba Bunuh Diri
“Ya betul, salah satu faktornya adalah faktor ekonomi.
Tapi saya yakin itu bukan faktor tunggal,” jelasnya.
“Ada faktor yang lain, misalnya ada faktor kematangan kepribadian dalam menghadapi stres.
Kemudian faktor kebersamaan atau support system dalam keluarga, dalam kemasyarakatan yang mungkin menurun,” ujarnya.

Kematangan kepribadian adalah resiliensi mental, atau ketahanan yang ada di dalam diri guna menghadapi stres yang muncul dari luar diri.
Dokter Rai Wiguna, juga menerangkan bahwa kematangan kepribadian dipengaruhi oleh pengalaman hidup orang bersangkutan.
“Jadi itu (kematangan kepribadian), sangat tergantung pada tipe kepribadian seseorang,” katanya.
“Misalnya kalau pernah mengalami trauma psikologis di masa kecil, remaja, atau mengalami perundungan.
Maka itu turut menurunkan resiliensi mental,” jelas dr. Rai Wiguna.
Baca juga: Manfaat Rapikan Tempat Tidur untuk Kesehatan Mental, Bisa Mengurangi Stres
Ia menuturkan bahwa ciri - ciri orang yang akan melakukan complex suicide, diawali dari perubahan tingkah laku.
Seperti misalnya perubahan pola makan, konsumsi alkohol yang berlebih, suka menyendiri, hingga membicarakan tentang kematian.
Selain menjadi psikiater di salah satu klinik kesehatan, di seputar Jalan P.B Sudirman, Denpasar, Bali.
Dokter Rai Wiguna juga menjadi Advisory Lisa Board Helpline.
Ia mengajak masyarakat untuk menjadi pendengar, yang baik dan tidak melakukan penghakiman.

“Ketika masyarakat mampu mengenali perubahan tingkah laku ini, jangan terlalu banyak memberi nasihat,” imbuhnya.
“Jadilah telinga yang baik, mendengar tanpa penghakiman.
Jangan membandingkan kesulitan hidupnya dengan yang lain.
Itu tidak membantu seseorang untuk melewati saat - saat terberatnya,” terangnya.
Saat ini, Dokter Rai Putra Wiguna bergerak bersama Yayasan Bali Bersama Bisa, dengan program kerja Lisa Helpline yang bekerjasama dengan Pemerintah Kota Denpasar (emergency call 112).
Untuk membuka layanan saluran pencegahan complex suicide. (*)