Berita Denpasar

Desa Adat Intaran Tolak Terminal LNG, Bendesa Adat Intaran : Hutan Mangrove Akan Dibabat 14 Hektare

Masyarakat Desa Adat Intaran, Denpasar menggelar aksi di simpang tiga Jalan Danau Buyan - Jalan Tukad Nyali - Jalan Tukad Bilok pada Minggu 19 Juni 20

Penulis: Ida Bagus Putu Mahendra | Editor: Harun Ar Rasyid
(Tribun Bali / Ida Bagus Putu Mahendra)
Caption : Suasana aksi yang digelar oleh masyarakat Desa Adat Intaran pada Minggu 19 Juni 2022. Tampak terpasang baliho di simpang tiga Jalan Danau Buyan - Jalan Tukad Nyali - Jalan Tukad Bilok 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Masyarakat Desa Adat Intaran, Denpasar menggelar aksi di simpang tiga Jalan Danau Buyan - Jalan Tukad Nyali - Jalan Tukad Bilok pada Minggu 19 Juni 2022.

Aksi digelar dalam rangka menolak pembangunan Terminal LNG di kawasan hutan mangrove.

Tampak suasana jalanan dipenuhi oleh masyarakat dari Desa Adat Intaran yang menggunakan seragam adat Bali madya dengan dominasi warna putih.

Bendesa Adat Intaran, I Gusti Agung Alit Kencana menerangkan, setidaknya empat belas hektare hutan mangrove akan dibabat habis dalam rangka pembangunan terminal LNG.

“Hutan Mangrove akan dibabat empat belas hektare.”

“Hutan mangrove kita tahu semua, fungsi - fungsi dari hutan mangrove. Mereka bisa mencegah abrasi, dan yang terpenting mereka bisa menyerap karbon empat kali ! Empat kali dari hutan tropis !,” terangnya saat berpidato di simpang tiga Jalan Danau Buyan - Jalan Tukad Nyali - Jalan Tukad Bilok.

Aksi krama desa adat Intaran menolak pembangunan LNG di kawasan mangrove
Aksi krama desa adat Intaran menolak pembangunan LNG di kawasan mangrove (TRIBUN BALI/ I PUTU SUPARTIKA)

Baca juga: Krama Desa Adat Intaran Sanur Metangi, Tolak Pembangunan Terminal LNG di Muntig Siokan

Alit Kencana juga menuturkan, selain hutan mangrove, terumbu karang seluas 3,3 juta meter kubik turut menjadi korban dalam pembangunan terminal LNG.

“Terumbu karang kita akan dibabat, akan dibor, akan digergaji, akan dikeruk untuk memuluskan kapal tanker masuk ke wilayah muntig siokan.”

“Berapa yang akan dikeruk ? 3,3 juta meter kubik. Bisa dibayangkan sendiri. Mereka akan menghabisi terumbu karang kita. Padahal kita baru menanam kemarin,” tutur sang Bendesa Adat Intaran.

Lebih lanjut, I Gusti Agung Alit Kencana menerangkan bahwa warga Desa Adat Intaran tidak melawan pemerintah, melainkan melawan perusakan - perusakan alam oleh oknum tertentu.

Aksi pada Minggu 19 Juni 2022 ditandai dengan terpasangnya baliho di simpang tiga Jalan Danau Buyan - Jalan Tukad Nyali - Jalan Tukad Bilok yang bertuliskan “DESA ADAT INTARAN. TOLAK TERMINAL LNG DI KAWASAN MANGROVE. SELAMATKAN MANGROVE, TERUMBU KARANG, DAN TEMPAT SUCI DI KAWASAN PESISIR SANUR”

Selain membawa baliho, masyarakat Desa Adat Intaran turut membawa spanduk, kendang (alat musik tradisional) berukuran besar, dan Ogoh - Ogoh guna meramaikan aksi.

BERITA LAINNYA

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Medium

Large

Larger

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved