Berita Denpasar
Penjor Big Size Unik dalam Ngerebong di Kesiman Denpasar, Gunakan Terong, Tebu, hingga Wortel
Pemasangan penjor untuk prosesi Ngerebong yang digelar di Pura Agung Petilan Pengerebongan dilaksanakan pada Sabtu, 25 Juni 2022.
Penulis: Putu Supartika | Editor: Harun Ar Rasyid
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR- Pemasangan penjor untuk prosesi Ngerebong yang digelar di Pura Agung Petilan Pengerebongan dilaksanakan pada Sabtu, 25 Juni 2022.
Pemasangan penjor ukuran big size ini dilakukan sejak sore hingga petang.
Dari semua penjor tersebut, ada satu penjor big size yang menggunakan bahan-bahan alam hasil hutan dan kebun.
Penjor ini dibuat oleh ST Dharma Satwika, Banjar Kebon Kuri Mangku Kesiman Denpasar.

Pembuatan penjor ini menggunakan bahan berupa ijuk, daun cemara, ambu, busung, pelepah pohon kelapa, maupun slepan.
Untuk pemanis juga menggunakan terong, tebu, jagung, pisang, pelepah bambu, hingga wortel.
Ketua ST Dharma Satwika, I Komang Agus Triana mengatakan ide pembuatannya berawal dari kriteria penjor tanpa sterofoam dan menggunakan bahan alami.
Oleh karenanya pihaknya memilih menggunakan isi hutan, kebun, dan sawah.
“Jika selama ini kan biasanya memakai daun lontar, dan itu memang lazimnya, maka kami pilih yang berbeda,” katanya saat ditemui di sela-sela persiapan pemasangan penjor.
Karena penjor ini menggunakan bahan alam dan masih basah sehingga lebih berat.
Adapun berat penjor ini mencapai ratusan kilogram.
Untuk pembuatan penjor ini ST ini memerlukan waktu selama 5 hari mulai dari mencari bambu hingga mengumpulkan bahan.
“Penjor ini sederhana, simpel, namun rumit sebenarnya. Rumitnya karena terkait dengan masalah beratnya, dan pemasangan ornamen dari buah-buahan ini,” katanya.
Untuk biaya pembuatan penjor ini menghabiskan dana sekitar Rp 3 juta.
“Karena kebanyakan bahan di alam jadi tidak terlalu banyak habisnya,” katanya.
Minggu, 26 Juni 2022 Desa Adat Kesiman Denpasar menggelar tradisi Ngerebong.
Tradisi ini digelar setiap enam bulan sekali tepatnya pada Minggu Pon Medangsia.
Adapun lokasi pelaksanaanya yakni di Pura Agung Petilan Pengerebongan Kesiman.
Dikarenakan kondisi saat ini yang mana Covid-19 sudah melandai, diprediksi akan dibanjiri oleh umat, termasuk dari luar Desa Adat Kesiman.
Untuk mengantisipasi hal itu, pihak desa adat sudah merancang sistem, terutama untuk persembahyangan para pemedek baik dari Desa Adat Kesiman sendiri maupun di luar desa yang tangkil.
Bendesa Adat Kesiman, I Ketut Wisna, yang dikonfirmasi Sabtu, 25 Juni 2022 mengatakan krama atau pemedek nantinya di atur atau di-pah agar tidak terjadi penumpukan yang membuat krodit.
Termasuk alur masuk atau keluar pemedek juga sudah diatur sedemikian rupa.
"Jalannya yakni krama dari Desa Adat Kesiman yang terdiri dari 32 banjar adat bisa melakukan persembahyangan mulai sejak pagi hingga siang. Setelah itu, dari siang sampai sore untuk pemedek dari luar Desa Adat Kesiman," kata Jero Wisna.
Hal ini berdasarkan evaluasi tradisi Ngerebong sebelumnya karena sempat terjadi penumpukan krama atau pemedek sehingga membuat krodit.
Selain alur persembahyangan, juga dilakukan rekayasa lalu lintas.
Rekayasa lalulintas dilakukan mulai pukul 09.00 hingga 19.00 Wita di Jalan WR Supratman.
"Terkait rekayasa lalu lintas, kami sudah berkoordinasi dengan pihak terkait seperti kepolisian dan Dinas Perhubungan," katanya.
Untuk rangkaian prosesi Ngerebong dari mulai sampai puncak dilakukan sebagaimana mestinya dan tidak ada ngubeng.
Dalam hal pengamanan pihaknya menerjunkan 200 pecalang. (*)
Baca juga: Tradisi Ngerebong di Kesiman Digelar Esok, Pemedek Diprediksi Ramai Karena Pandemi Mereda