Persib Bandung
Hari ini Juru Racik Persib Bandung Lempar Handuk, Bobotoh Terkejut, Peristiwa Lima Tahun Lalu
Hari ini Juru Racik Persib Bandung Lempar Handuk, Bobotoh Terkejut, Peristiwa Lima Tahun Lalu
TRIBUN-BALI.COM, BANDUNG - Pelatih Persib Bandung mendadak menyatakan mundur.
Arsitek Maung Bandung ini memilih untuk mundur di tengah bergulirnya kompetisi Liga 1.
Peristiwa ini terjadi pada hari ini, tanggal 15 Juli tahun 2017 atau lima tahun lalu.
Pelatih Persib Bandung yang saat itu mengundurkan diri adalah Djadjang Nurdjaman.
Pelatih yang akrab disapa Djanur ini menyatakan mundur dari posisinya sebagai pelatih Persib Bandung 15 Juli 2017.
Baca juga: Persib Bandung Kembali Tegaskan Menuju Juara Liga 1, Umuh Muchtar Ingatkan Anak Asuh Robert Alberts
Djanur merupakan pelatih yang cukup sukses di kompetisi sepak bola Indonesia.
Menurut laman resmi Persib Bandung di Liga 1 2017, Djanur meninggalkan posisinya sebagai pelatih Persib Bandung setelah menjalani pertandingan melawan Mitra Kukar di Stadion Aji Imbut, Tenggarong.
Itu adalah laga di pekan 15 kompetisi Liga 1.
Selama menjadi pelatih Persib, Djanur tercatat sudah menyumbangkan beberapa trofi, termasuk trofi juara Liga Super Indonesia pada tahun 2014.
Setahun berselang, pelatih asal Majalengka itu juga mampu membawa Maung Bandung menjadi yang terbaik di turnamen Piala Presiden edisi pertama setelah di laga final menang 2-0 atas Sriwijaya FC.
Baca juga: Kakang Rudianto Siap Fight untuk Persib Bandung di Liga 1, Singgung Pemain Junior dan Senior
Sementara di Liga 1 2017, Djanur meninggalkan posisinya sebagai pelatih Persib Bandung setelah menjalani pertandingan melawan Mitra Kukar di Stadion Aji Imbut, Tenggarong.
Itu adalah laga di pekan 15 kompetisi Liga 1.
Posisi Persib saat itu memang sedang tak bagus. Tapi tetap saja keputusan Djadjang Nurdjaman terasa mengejutkan.
Posisinya kemudian digantikan oleh Emral Abus dan Herrie Setyawan.
Musim berikutnya Maung Bandung mendatangkan Mario Gomes.
Profil Djanur
Publik sepak bola Bandung mungkin akan sepakat bahwa orang yang paling sukses di Persib adalah Djadjang Nurdjaman. Betapa tidak, pria yang akrab disapa Djanur itu pernah merasakan juara sebagai pemain, asisten pelatih, dan pelatih.
Djanur lahir di Majalengka, Jawa Barat pada 30 Oktober 1964. Pada saat masih aktif bermain, Djanur beroperasi sebagai gelandang serang kanan. Tubuhnya yang tidak terlalu tinggi membuat Djanur begitu lincah ketika menggiring bola.
Kemampuan olah bolanya tersebut membuat Djanur mendapatkan tempat di tim Persib tahun 1978.
Namun kala itu, usia yang masih muda membuatnya tak terlalu banyak mendapat menit bermain.
Hingga pada akhirnya, Djanur memutuskan untuk mencari ilmu dan pengalaman ke kompetisi Galatama. Djanur tercatat pernah membela Sari Bumi Bandung Raya (1979-1980), Sari Bumi Raya Yogyakarta (1980-1982), Mercu Buana Medan (1982-1985).
Setelah dirasa cukup matang dan kebetulan ketika itu Mercu Buana Medan dinyatakan bubar, Djanur kembali ke Persib pada tahun 1986.
Saat itu, Djanur langsung menjadi andalan tim yang diarsiteki oleh Nandar Iskandar.
Tak perlu waktu lama bagi Djanur untuk langsung memberikan gelar juara bagi Persih. Di tahun yang sama setelah kembali ke Kota Kembang, Djanur langsung membawa Persib juara Perserikatakan 1986.
Lebih istimewa lagi, Djanur menjadi pencetak gol penentu Maung Bandung di partai final menghadapi Perseman Manokwari.
Gol tersebut membuat Persib mengakhiri puasa juara setelah terakhir kali membawa pulang piala Perserikatan pada tahun 1961.
Tak puas dengan satu gelar juara saja, Djanur kembali membawa Persib meraih kejayaan pada kompetisi Perserikatan tahun 1989/1990. Di partai final menghadapi Persebaya Surabaya, Djanur lagi-lagi menjadi aktor penting kemenangan Persib dengan catatan satu asist. Persib kala itu menang 2-0.
Setelah itu, Djanur memutuskan untuk pensiun sebagai pemain.
Namun tawaran untuk kembali ke dunia sepak bola datang saat pelatih legendaris Persib, Indra M Thohir menukangi Robby Darwis cs di kompetisi Perserikatan terakhir, 1993/1994.
Saat itu, Djanur dipercaya oleh Indra untuk menjadi asistennya.
Sebagai asisten pelatih, Djanur langsung mempersembahkan gelar juara yang membuat raihan prestasinya semakin mentereng.
Setelah PSSI memutuskan untuk melebur Perserikatan dan Galatama menjadi satu kompetisi bernama Liga Indonesia di tahun 1994, Djanur kembali menjadi asisten pelatih Indra di Persib.
Djanur kembali menorehkan tinta emas karena mampu membawa Persib juara Liga Indonesia pertama.
Hingga musim 1996, Djanur terus dipercaya sebagai asisten pelatih. Hingga pada tahun 1997, Djanur dipercaya untuk menukangi Persib junior.
Lalu setelah tak menjadi pelatih Persib junior, Djanur mencoba mencari pengalaman ke sejumlah klub.
Hingga pada akhirnya pada tahun 2006, Djanur dipanggil pulang ke Bandung untuk menjadi asisten pelatih Persib asal Moldova, Arcan Iurie.
Namun untuk mencari pengalaman lebih banyak lagi, Djanur memutuskan untuk hengkang ke Pelita Jaya.
Di sana, dia bertahan selama empat musim menjadi asisten pelatih Rahmad Darmawan hingga Fandi Ahmad.
Dia pun sempat menjadi caretaker Fandi Ahmad pada musim 2011.
Selain menjadi asisten pelatih, Djanur pun sempat dipercaya sebagai pelatih kepala Pelita Jaya U-21 pada tahun 2009-2010.
Di Pelita Jaya, Djanur sukses meraih juara di musim 2009 dan runner up pada 2010 setelah dikalahkan Persib U-19.
Pada ISL 2013, Persib kembali memanggil Djanur.
Namun kali ini, dia didapuk sebagai pelatih kepala.
Saat itu, dia sempat ditentang lantaran bukan pelatih kenamaan yang selalu dimiliki Persib.
Namun keraguan itu sedikit demi sedikit mulai menghilang karena tim yang dibangunnya cukup menjanjikan.
Di ISL 2013, dia membawa Persib duduk di peringkat 4. Di tahun yang sama pula, gelar juara turnamen Celebes Cup diraih oleh Persib.
Sempat mengalami gonjang-ganjing di awal musim 2014, manajemen memutuskan untuk mempertahankan Djanur sebagai pelatih.
Keputusan itu berbuah manis karena Djanur sukses membawa Persib menjadi juara.
Dengan demikian, lengkap sudah gelar yang diberikan Djanur untuk Persib. Mulai dari gelar Perserikatan sebagai pemain, gelar Liga Indonesia sebagai asisten, hingga ISL sebagai pelatih.
Beberapa gelar juara turnamen seperti Piala Wali Kota Padang 2015 dan Piala Presiden 2015 pun pernah dipersembahkan Djanur. Hingga pada awal 2016, Djanur digantikan posisinya oleh Dejan Antonic.
Persib yang sempat terpuruk pada putaran pertama ISC A 2016 pun akhirnya memutuskan untuk menggantikan Dejan Antonic. Djanur akhirnya kembali ke Persib hingga Liga 1 2017 akan digelar.
Di Liga 1 2017, Djanur merasakan musim yang sangat pahit.
Bermaterikan pemain bintang seperti Michael Essien, Sergio Van Dijk, dan Raphael Maitimo nyatanya tak membuat Persib mentereng seperti musim 2014.
Di pertengahan musim, Djanur memutuskan untuk mengundurkan diri setelah Persib terseok-seok.
Posisinya digantikan oleh Emral Abus dan Herrie Setyawan.
Kendati di musim terakhirnya tak berjalan baik, Djanur merupakan sosok yang paling sukses di Persib.
Sampai saat ini, belum ada orang yang bisa menyamai prestasi Djanur di Persib.