Berita Tabanan
Regenerasi Nelayan di Pesisir Tabanan, Namun Miris Karena Cuaca Tak Memungkinkan untuk Melaut
Nelayan Di Tabanan Diisi Generasi Muda, Miris Sebulan Hanya Bisa Melaut Tujuh Hari
Penulis: I Made Ardhiangga Ismayana | Editor: Harun Ar Rasyid
TRIBUN-BALI.COM, TABANAN- Cuaca buruk menyebabkan Nelayan di Tabanan susah untuk melaut.
Padahal, saat ini generasi muda di Tabanan khususnya yang tinggal di wilayah pesisir, sudah menggeluti pekerjaan sebagai nelayan.
Namun, kondisi alam yang tak bersahabat membuat nelayan sedikit kelimpungan dengan kerja penangkapan ikan sebagi sumber mata pencaharian tersebut.
Kepala Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Tabanan, I Ketut Arsana Yasa mengatakan, bahwa saat ini sedang terjadi siklus tahunan yakni cuaca buruk laut selatan khususnya periode Juli hingga Agustus.

Dan cukup kesusahan untuk mendapat cuaca baik. Paling tidak nelayan hanya bisa melaut maksimal 5 hingga 7 hari. Dan untuk hingga sepekan itu pun dipaksakan.
“Sebulan itu hanya bisa kima sampai tujuh hari tapi dipaksakan.
Cuaca buruk tidak tentu. Kadang di Minggu pertama, kedua tiga dan akhir bulan.
Di sela-sela itu saat baik nelayan melaut dan sedikit memaksakan,” ucapnya Jumat 16 Juli 2022.
Baca juga: Bulatkan tekad Tolak Terminal LNG di Kawasan Mangrove, 4 Kelompok Nelayan Dirikan Baliho
Menurut pria yang akrab disapa Sadam, bahwa nelayan Tabanan terus bertambah, khususnya banyak generasi muda yang menekuni aktifitas nelayan.
Namun, kondisi laut memang saat ini cukup menyulitkan dalam penangkapan ikan.
Padahal saat ini memang nelayan Tabanan banyak diisi oleh nelayan-nelayan muda.
“Kalau dulu nelayan kita usianya 50 keatas. Nah, sekarang banyak yang 15 - 50 tahun,” ungkapny
Dan pihaknya pun beberapa hari lalu menggelar uparara petik laut yang dipusatkan di Pura Ida Betara Ratu Byang Sakti Segara di Pulukan, Pekutatan, Jembrana dan Pantai Pasut, Tibubiu Kerambitan, bertepatan dengan punama pertama Rabu 13 Juli 2022.
Acara petik laut tersebut diawali dengan nunas paica (anugrah) dari Ida Betara Ratu Byang Sakti Segara di Pulukan, Pekutatan dilanjutkan dengan mulang caru (mapekelem) caru bebek hitam di Pantai Pasut, Tibubiu, Kerambitan.
“Kami menggelar upacara tradisi petik laut ini sudah sejak jaman dulu dan sampai saat diwarisi para nelayan atau bendega di Tabanan. Kegiatan petik laut ini sebagai upaya memanjatkan doa kepada Ida Betara Ratu Byang Sakti Segara agar dapat memberikan rejeki berupa tangkapan ikan yang melimpah dan nelayan selamat saat melaut selama setahun ke depan,” bebernya.