Berita Denpasar

Orang Terdekat Adalah Pelaku Kekerasan Anak Terbanyak, Peran Serta Seluruh Pihak Harus Maksimal

Orang Terdekat Adalah Pelaku Kekerasan Anak Terbanyak, Peran Serta Seluruh Pihak Harus Maksimal

Penulis: Putu Yunia Andriyani | Editor: Harun Ar Rasyid
istimewa
Aksi FAD Bali dalam melakukan aksi bersih-bersih pantai di Pantai Matahari Terbit, Sanur, Bali dalam rangka Hari Anak Nasional 2022 (yun) 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Kasus kekerasan pada anak semakin marak terjadi dan seolah menjadi trend masa kini.

Mirisnya, pelaku utama atas kasus kekerasan tersebut tidak lain adalah orang terdekat korban.

Baik itu dekat atas hubungan darah maupun waktu kebersamaan antara pelaku dan korban.

Bahkan, orang terdekat menempati posisi pertama pelaku kekerasan pada anak.

Aksi FAD Bali dalam melakukan aksi bersih-bersih pantai di Pantai Matahari Terbit, Sanur, Bali dalam rangka Hari Anak Nasional 2022 (yun)
Aksi FAD Bali dalam melakukan aksi bersih-bersih pantai di Pantai Matahari Terbit, Sanur, Bali dalam rangka Hari Anak Nasional 2022 (yun) (istimewa)

Hal itu dibenarkan Ni Luh Gede Yastini, SH selaku Ketua Komisi Penyelenggara Perlindungan Anak Daerah (KPPAD) Provinsi Bali.

“Kami menghimpun data dari media pada tahun 2021.

Dari 40 kasus, 27 kasus itu dilakukan oleh orang terdekat korban,” jelas Ni Luh Gede Yastini.

Orang terdekat yang dimaksud diantaranya orang tua kandung dan sambung, baik ayah maupun ibu, kakek, dan saudara.

Tidak terlepas juga pacar dari orang tua, guru, dan teman baik digolongkan sebagai orang yang dekat dengan korban.

Menurut Yastini, orang terdekat memiliki peluang terbesar untuk melakukan kekerasan.

Hal ini dikarenakan mereka memiliki banyak waktu bersama baik karena tinggal bersama atau dilibatkan dalam kegiatan yang sama.

Dengan demikian, pelaku pun menjadi orang yang paling mengetahui kondisi anak dan mampu menciptakan kesempatan untuk melakukan kekerasan.

“Mereka yang paling tahu umur korban, kegiatan korban, kapan korban sendiri, dan lain sebagainya.

Dari situ mereka tahu cara mempengaruhi, mengintimidasi, dan membuat si korban tunduk,” ujarnya.

Hal ini diperburuk dengan minimnya kesadaran masyarakat untuk mencegah kekerasan pada anak.

Halaman
123
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved