Berita Singaraja
BBM Naik, Dishub Buleleng Tambah Anggaran Operasional Bus Sekolah
Akibat dampak dari kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), Dinas Perhubungan Buleleng juga terpaksa menambah anggaran, untuk biaya operasional la
Penulis: Ratu Ayu Astri Desiani | Editor: Marianus Seran
TRIBUN-BALI.COM, SINGARAJA - Akibat dampak dari kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), Dinas Perhubungan Buleleng juga terpaksa menambah anggaran, untuk biaya operasional layanan angkutan bus sekolah gratis.
Anggaran yang sebelumnya disediakan Rp 200 juta per tahun, dipastikan tidak akan cukup.
Kepala Dishub Buleleng, Gede Gunawan AP ditemui di ruang kerjanya Selasa (6/9) mengatakan, pihaknya memiliki dua armada bus sekolah gratis.
Bus tersebut beroperasi dengan mengikuti jadwal sekolah. Rute bus sekolah gratis ini masih di sekitaran Kota Singaraja.
Dimana rute yang dilalui untuk bus pertama berangkat dari terminal sangket, lalu melewati Jalan Jelantik Gingsir, Mayor Metra, Vetran, Ngurah Rai, Letkol Wisnu, Gajah Mada, Dr Sutomo, Diponegoro, Erlangga, WR Supratman lalu berakhir di Terminal Penarukan.
Sementara bus kedua melewati jalur sebaliknya.
Sebelum adanya kenaikan BBM ini, Gunawan menyebut pihaknya menyediakan anggaran sebesar Rp 200 juta per tahun, untuk biaya operasional ke dua bus tersebut.
Mulai dari membeli BBM jenis dexlite, ganti oli, hingga ban.
Baca juga: Belum Ada Keluhan dari Pramudi untuk Kenaikan Tarif Angkutan Siswa di Tabanan Setelah Kenaikan BBM
Namun mengingat saat ini harga BBM naik, anggaran Rp 200 juta yang disediakan itu dipastikan tidak akan cukup hingga akhir tahun nanti.
Untuk itu, Gunawan mengaku telah mengusulkan ke Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) Buleleng, agar anggaran operasional bus sekolah dinaikan dalam anggaran perubahan nanti.
Namun saat disinggung terkait berapa anggaran tambahan yang dibutuhkan, Gunawan mengaku belum menghitungnya.
"Kami belum hitung, anggarannya kurang lagi berapa karena harga BBM kan baru dua hari naik. Yang jelas setiap hari itu, untuk satu bus menghabiskan 25 liter solar. Bus sekolah beroperasi setiap Senin hingga Sabtu," jelasnya.
Layanan bus sekolah gratis ini memang baru menyasar di wilayah perkotaan.
Baca juga: Penerima BLT BBM di Bali SebanyK 167 Ribu, akan Cair Dua Tahap
Gunawan menyebut, pihaknya telah rutin mengajukan usulan ke Kementerian Perhubungan, agar jumlah armada bus sekolah gratis ini ditambah lagi empat unit. Ini agar layanan juga dapat dirasakan di kecamatan lain.
"Kami sebenarnya sempat ditawarkan bekas bus Sarbagita dari provinsi. Tapi kami melihat apabila bus itu rusak, suku cadangnya susah dicari.
Badan bus juga terlalu besar tidak cocok untuk topografi di Buleleng. Ya Kemenhub mungkin saat ini belum menjadikan bus sekolah sebagai prioritas anggaran," terangnya.
Sementara untuk layanan angkutan bagi masyarakat umum,Damri sempat mencoba membuka trayek Desa Panji-Desa Sambangan.
Namun jumlah peminatnya sangat kurang. Sehingga layanan itu telah ditutup.
Sementara untuk membuka layanan seperti Bus Sarbagita, Gunawan mengaku sulit dilaksanakan, sebab anggaran yang dibutuhkan setiap tahun cukup tinggi mencapai Rp 4.5 Miliar.
"Kami sudah buat kajiannya, anggaran yang dibutuhkan setipa tahun sampai Rp 4.5 Miliar.
Karena dampak covid, daerah tidak punya tambahan pendapatan, sehingga sampai saat ini layanan seperti Sarbagita itu belum bisa dilakukan di Buleleng," ucapnya.
Dengan adanya kenaikan BBM ini, Gunawan pun berharap orangtua siswa dapat memanfaatkan fasilitas yang disediakan oleh pemerintah, untuk menekan biaya pengeluaran BBM di rumah tangga. "Sejauh ini kalau shift pagi minatnya memang agak sepi.
Karena mungkin siswa bangun kesiangan, jadi diantar oleh siswanya. Sementara kalau pakai bus sekolah, kan tidak bisa menunggu. Bus sekolah ini selalu ramai kalau shift siang, saat pulang sekolah," tandasnya. (*)