Sponsored Content
Kenali Penyakit PCOS, Keluhan dan Cara Mengatasinya
PCOS merupakan singkatan dari Policystic Ovarian Syndrome. Merupakan salah satu masalah ginekologi tersering pada perempuan usia reproduksi.
TRIBUN-BALI.COM - PCOS merupakan singkatan dari Policystic Ovarian Syndrome. Merupakan salah satu masalah ginekologi tersering pada perempuan usia reproduksi.
Berdasarkan European Society for Human Reproduction and Embryology/American Society for Reproductive Medicine prevalensi PCOS sebesar 15-20 persen.
Diagnosis sindrom ini berdasarkan dua dari tiga kriteria Rotterdam 2003 yaitu siklus haid berkepanjangan, gejala hiperandrogenisme dan gambaran ovarium polikistik.
Baca juga: Ketahui Infertilitas atau Gangguan Kesuburan pada Pasangan Suami Istri
Keluhan yang paling sering pada pasien PCOS ialah adanya gangguan pada siklus menstruasi (85-90%), infertilitas (90%–95%), serta kelainan lainnya seperti hirsutisme/ tumbuh rambut yang berlebihan di daerah wajah dan dada seperti pada laki- laki(70%) dan jerawat (15-30%).
PCOS tidak berbahaya, namun keluhan yang ditimbulkan memberikan kekhawatiran tersendiri terutama pada usia remaja maupun dewasa muda baik yang sudah menikah ataupun belum menikah.
Keluhan pada remaja tersering adalah penampilan pada wajah. Jerawat berlebih, hirsutisme, kebotakan rambut, kenaikan berat badan yang signifikan, obesitas, serta gangguan menstruasi yang berkepanjangan.
Baca juga: Cara Hilangkan Jerawat Punggung, Perhatikan Kebiasaan Sehari-hari Berikut Ini
Pada usia dewasa muda yang sudah menikah selain gejala-gejala tersebut keluhan yang paling sering ialah kesulitan untuk hamil atau infertilitas.
Jika tegak diagnosis PCOS, dokter spesialis kandungan dan fertilitas akan memberikan terapi dan target terapi yang harus dicapai.
Terapi berupa obat dan non obat.
Terapi non obat adalah perubahan gaya hidup untuk memperbaiki gangguan hormonal dan efek jangka panjang akibat PCOS.
Modifikasi gaya hidup adalah terapi utama, diet dan aktivitas fisik.
Diet pada perempuan PCOS memiliki efek perbaikan hormonal dan metabolik.
Melakukan modifikasi gaya hidup diharapkan dapat menurunkan kadar lemak tubuh serta meningkatkan sensitivitas insulin.
Dengan berolahraga kadar glukosa dapat diperbaiki dan menurunkan risiko kardiovaskular.
Kombinasi olahraga dan diet sangatlah efektif.