Berita Bangli
SOLAR KOSONG Sejak Sepekan Terakhir, Pengusaha Penggilingan Gabah Terpaksa Beli Dexlite
Pasca kenaikan BBM awal September lalu, para pemilik usaha penggilingan gabah di Bangli dibuat kelimpungan. Terpaksa pakai Dexlite karena solar kosong
Penulis: Muhammad Fredey Mercury | Editor: Anak Agung Seri Kusniarti
TRIBUN-BALI.COM, BANGLI - Pasca kenaikan BBM awal September lalu, para pemilik usaha penggilingan gabah di Bangli dibuat kelimpungan.
Pasalnya untuk membeli solar, mereka harus mengantongi surat rekomendasi.
Pun pembeliannya juga dibatasi.
Terkini, para pemilik usaha (penyosohan) ini makin dibuat kelimpungan, karena ketersediaan solar di Bangli kosong.
Celakanya, kondisi ini bertepatan dengan panen raya.
Baca juga: MENGAPA PERTALITE NAIK, Salah Satunya Disebabkan Perang Rusia VS Ukraina
Baca juga: PELUANG Baru Pasca Kenaikan BBM, Penjualan Mobil Listrik Wuling Air EV Naik 30 Persen

Salah satu pemilik usaha penggilingan gabah, Dewa Gede Bayu, mengatakan kosongnya solar di daerah Bangli sudah terjadi lebih dari sepekan.
Ia menjelaskan, sebagai pelaku usaha, untuk mendapatkan bahan bakar solar pihaknya harus mendapatkan izin surat rekomendasi.
"Rekomendasinya dari dinas pertanian lalu tembusan ke dinas perizinan.
Barulah nanti ditentukan di SPBU mana bisa beli.
Di surat itu hanya satu SPBU yang tercantum, jadi cuma disana saja boleh ngambil solarnya," ungkapnya Senin (26/9/2022).
Untuk menyiasati kekosongan solar, Dewa Bayu terpaksa sementara ini pindah ke BBM jenis Dexlite.
Sedangkan diketahui perbandingan harga antara Solar dan Dexlite jauh berbeda.
Untuk Solar harga per liternya Rp 6.800, sedangkan Dexlite per liternya Rp 17.100.
"Mesin penggilingan gabah ini menggunakan diesel.
Jadi tidak bisa menggunakan BBM lain seperti Pertalite atau Pertamax," ucapnya.

Sementara untuk kegiatan operasional penggilingan gabah, Dewa Bayu mengaku butuh 30 hingga 50 liter solar per hari.
Tergantung dari jumlah gabah yang digiling.
Dan untuk pembelian per bulan ia dijatah 400 liter.
"Terlebih saat ini musim panen raya, per hari bisa 1 ton lebih menggiling gabah. Maka tidak jarang kami kekurangan," ucapnya.
Ihwal sulitnya mencari bahan bakar solar ini, kata Dewa Bayu, sejatinya bukan hal baru.
Menurutnya sejak kenaikan BBM naik awal bulan September, ketersediaan solar di SPBU memang kerap kosong.
Pihaknya juga sempat mengadakan pertemuan dengan dinas terkait, dalam hal ini Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan (PKP) Bangli, bersama dengan para pelaku usaha penggilingan gabah di Bangli.
Pertemuan itu membahas soal kelangkaan solar.
"Pihak dinas masih berupaya menganggulangi hal ini.
Karena stok solar datangnya dari perushaan.
Saya pribadi harapannya agar aturan pembelian solar diubah. Jadi ketika di SPBU yang ditunjuk stoknya kosong, kita bisa beli dari SPBU lain yang menjadi cadangan," ucapnya.

Pria 31 tahun ini menambahkan, walaupun sementara ini menggunakan Dexlite yang notabene lebih mahal, pihaknya tidak ada menaikkan upah penggilingan gabah.
Upah penggilingan tetap 10 banding 1.
Artinya jika harga setiap 10 kilogram beras, Dewa Bayu mendapat upah 1 kilogram.
"Kalaupun kita menyiasati harga BBM dengan menaikkan ongkos penggilingan kan tidak mungkin.
Karena ini (penggunaan Dexlite) hanya berlaku sementara mengingat solar masih ada.
Pun kasihan petani jika kita ambil ongkos terlalu mahal, mereka tidak dapat hasil. Tapi kalau solar sudah tidak ada, dan harus pindah ke Dexlite, mungkin baru ada penyesuaian," tandasnya.
Sementara itu pantauan Tribun Bali di SPBU Sidembunut ketersediaan BBM jenis solar menang kosong.
Menurut Ketut Alit Mardika, selaku pengawas/staf SPBU Sidembunut, kosongnya Solar sudah terjadi sejak tanggal 22 September.
Kendati demikian, pihaknya telah melakukan pemesanan.
"Kami sudah melakukan pemesanan dan sudah dibayar. Tapi memang belum datang," ucapnya.
Alit Mardika mengatakan, kosongnya solar juga diakui tidak hanya kali ini.
Saat awal penyesuaian harga BBM, solar juga sempat kosong.
Namun hanya sehari.
Ia menambahkan sejak kosongnya solar, sejumlah pelanggan terpaksa membeli Dexlite yang selisihnya mencapai Rp 10.300.
"Mengenai kekosongan solar ini kami sudah berkoordinasi dengan Pertama Bali. Informasinya besok sudah akan datang," tandasnya. (*)