Berita Bali
Meninggal karena Tak Dapat Bantuan RS, RSUD Wangaya Denpasar Bantah Disebut Tolak Pasien Darurat
NS (44), seorang wanita warga Buleleng, meninggal dunia dalam perjalanan setelah tak mendapat pertolongan dari rumah sakit di Kota Denpasar
Penulis: Ida Bagus Putu Mahendra | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - NS (44), seorang wanita warga Buleleng, meninggal dunia dalam perjalanan setelah tak mendapat pertolongan dari rumah sakit di Kota Denpasar, Sabtu 24 September 2022 lalu.
Kejadian itu membuat pilu MAP (20), saat dihubungi Tribun Bali, Senin 26 September 2022.
MAP menuturkan, mulanya sang ibu menderita batuk berdarah saat masih berada di kediamannya. Kemudian MAP membonceng sang ibu dengan menggunakan sepeda motor bersama sang kakak.
“Pas di rumah, ibu saya batuk darah dan saya sama kakak saya bawa ibu saya ke rumah sakit menaiki sepeda motor, bertiga,” ucap MAP saat dihubungi Tribun Bali melalui sambungan telepon.
Baca juga: RSUD Wangaya Denpasar Membantah Disebut Menolak Pasien, Begini Kronologi Versi RSUD Wangaya
Sesampainya di rumah sakit pertama, NS masih sadarkan diri. MAP kemudian meminta pertolongan kepada satpam agar segera dicarikan dokter untuk mendapat penananganan.
MAP menuturkan, saat berada di rumah sakit pertama, NS tak mendapat pertolongan. Rumah sakit tersebut berdalih, ketersediaan bed di IGD saat itu sedang penuh.
Rumah sakit tersebut kemudian merujuk NS ke rumah sakit lainnya. MAP sempat meminta bantuan agar diberikan pinjaman mobil ambulans.
Namun, MAP bantuan ambulans tersebut, tak kunjung diberikan.
Baca juga: Terkait Dugaan RSUD Wangaya Tolak Pasien dan Meninggal, Sekda Denpasar Minta Klarifikasi Dirut
“Di RS pertama, saya bertemu dengan satpam dan pihak satpam mencari dokter dan setelah itu dokter datang. Saya minta bantuan sangat-sangat meminta sampai ngemis, tetapi pihak di sana bilang kalau lagi penuh dan tidak ada bed dan saya mengemis karena ibuk saya sekarat."
"Pihak sana mengusulkan ke RS lainnya. Saya meminta tolong untuk meminjamkan ambulans supaya saya cepat menuju ke RS kedua karena ibu saya sekarat, tetapi pihak sana tidak sama sekali memberi atau menolong ibu saya,” kata MAP.
Sesampainya di RS kedua, RS tersebut kembali merujuk NS ke RSUP Prof IGNG Ngoerah (RSUP Sanglah). MAP kembali meminta bantuan kepada RS kedua agar diberikan bantuan ambulans.
Sayangnya, MAP dan ibunya juga tak mendapat bantuan ambulans.
MAP menuturkan, selama perjalanan dari RS kedua menuju RSUP Sanglah, kondisi kaki sang ibu menyentuh aspal, sehingga menderita luka karena terseret selama perjalanan.
“Saya langsung menuju ke RSUP Sanglah. Sangat sedihnya saya di jalan menggonceng seorang ibu sendiri yang sangat butuh bantuan tetapi tidak diperhatikan. Sampai kaki ibu saya tereret di jalan sampai luka,” kata MAP.
Setelah sampai di RSUP Sanglah, ibunda dari MAP, yakni NS langsung mendapat pertolongan.
Namun, ibunda dari MAP telah meninggal dunia saat dalam perjalanan menuju RSUP Sanglah. NS akan dikebumikan di Buleleng, Selasa 27 September 2022.
Direktur Utama (Dirut) RSUD Wangaya, Denpasar, AA Made Widiasa membantah kabar bahwa RSUD yang dipimpinnya itu menolak pasien, yang kemudian diketahui pasien itu meninggal dunia.
Kabar itu kemarin menjadi perbincangan setelah viral di media sosial.
Widiasa menjelaskan, saat terjadi peristiwa yang disebut-sebut bahwa pasien wanita itu ditolak, yang sebenarnya terjadi ialah bahwa kapasitas IGD di RSUD Wangaya Denpasar sedang penuh.
"Dalam kondisi penuh tersebut, apabila dipaksakan menerima pasien, tentu ini membuat pelayanan tidak akan optimal dan juga berisiko bagi pasien," jelas Widiasa saat dihubungi Tribun Bali, Minggu 25 September 2022.
Ketika dihubungi Tribun Bali, AA Made Widiasa menjelaskan kronologi kejadianversi RSUD Wangaya.
Disebutkannya, Sabtu (24/9) sekitar pukul 20.30 Wita, seorang pasien wanita datang dibawa oleh pengantar pasien dengan menggunakan sepeda motor.
Satpam melaporkan kepada petugas IGD bahwa ada pasien baru. Pada saat itu, IGD dalam kondisi penuh.
Terdata ada 13 pasien yang sedang menjalani perawatan darurat. Bahkan di ruang tunggu ada beberapa pasien yang sedang mengantre untuk mendapatkan pelayanan.
Melihat kondisi tersebut, dokter jaga menemui pengantar pasien dan menyarankan untuk dibawa ke rumah sakit lain yang terdekat, dalam hal ini disarankan untuk dibawa ke RS Manuaba Denpasar.
Hal ini dilakukan supaya pasien dapat pelayanan dan penanganan yang lebih cepat.
"Dasar pengambilan keputusan tersebut, karena jarak rumah sakit Manuaba dirasa paling dekat dengan RSUD Wangaya dengan estimasti waktu sekitar 5 menit," jelas Widiasa.
Ketika disarankan untuk ke rumah sakit terdekat, pengantar pasien meminta untuk diantar ambulans.
Namun demikian berdasarkan Prosedur Operasional Standar (SOP) RSUD Wangaya mengenai Merujuk Pasien ke Rumah Sakit Lain No. 040/018/IGD/RSUDW/2018, penggunaan ambulans wajib didampingi dokter dan perawat untuk menyertai.
"Mengingat kondisi IGD yang sedang penuh pasien dan juga memerlukan penanganan tim medis, maka penggunaan ambulans tidak dapat dilakukan, karena perawat dan dokter sedang melakukan penanganan pasien," katanya.
Saat ini, menurut Widiasa, pihaknya mengaku sedang berproses untuk menambah kapasitas bed di ruang IGD dalam mengantisipasi lonjakan pasien sehingga bisa menampung lebih banyak pasien yang memerlukan penanganan gawat darurat.
Berdasarkan penelurusan Tribun Bali, pasien yang diduga ditolak itu bernama Nengah Sariani, yang berusia 44 tahun.
Sariani sempat batuk darah sehingga pihak keluarga membawanya untuk mendapatkan penanganan di RSUP Prof Ngoerah, setelah sebelumnya diduga ditolak oleh RSUD Wangaya.
Pihak keluarga pun membawa Sariani menggunakan kendaraan roda dua ke RSUP Prof Ngoerah.
Namun, setibanya di RSUP Prof Ngoerah, Sariani sudah dalam kondisi meninggal dunia.
“Belum dilakukan pemeriksaan, dia sudah meninggal. Dan jenazah diambil pihak keluarga pukul 15.00 Wita (Kemarin, Red) di Bagian Forensik,” kata Dewa Ketut Kresna, Kasubag Humas RSUP Prof Ngoerah, Minggu (25/9).
Dewa mengatakan Sariani dan keluarganya tiba pukul 21.53 di UGD RSUP Prof Ngoerah. Lalu pukul 22.00 sudah dibawa ke Bagian Forensik.
“Meninggalnya kurang tahu apakah dalam perjalanan menuju ke rumah sakit. Yang jelas Sanglah sudah memberikan penanganan Elektrokardiogram (EKG) pada pasien. Dan sudah memberikan ambulans untuk pasien tersebut hingga ke kampung halamannya,” tutur Dewa. (mah/sup/sar)
Berita lainnya di Berita Bali