Berita Bali

Sering Dapat Cemooh, Begini Perjuangan Pengidap Bipolar untuk Lanjutkan Hidup

Awal tahun 2020 sebut saja Bela memberanikan diri untuk kembali datang ke Psikiater.

Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari | Editor: Harun Ar Rasyid
istimewa
ilustrasi 

Ketika melakukan konsultasi, biasanya dokter menanyakan bagaimana kenyamanan saat beristirahat seperti tidur, apa yang Bela lakukan saat ini, serta menyarankan untuk berafirmasi positif.

“Ya lebih ke ngobrol lalu di berikan obat yang sesuai dengan permasalahan yang kita alami (biasanya ada dosis yang dikurangi atau di tambah bila dirasa perlu),” sambungnya.

Mengetahui anaknya mengidap gangguan mental, tentunya membuat orangtua Bela terkejut.

Dan memikirkan solusi agar Bela dapat sehat kembali.

Sementara untuk teman-teman dan lingkungannya dikatakan Bela menuai beragam rekasi pro dan kontra.

“Ada tang mau menerima, ada yang bilang paling aku ini kecapekan aja, di mbilang kurang bersyukur, disuruh kencengin ibadahnya kurang lebih gitu. Malah ada yang jadiin sakit ku ini jadi kelemahanku, padahal aku bisa mengerjakan semuanya,” paparnya.

Untuk saat ini Bela mengatakan lebih berdamai saja dengan keadaan tanpa melawan.

Dan kini Bela lebih sering mencari bagaimana letak kenyamanan untuk dirinya.

Biasanya ia membaca buku tentang kesehatan mental atau lainnya, memasak, menggambar dan menulis.

Menurut Bela pengobatan para gangguan mental sangat penting dilakukan, karena setelah beberapa kali menemukan problem, serta ketika merasa diri bergejala yang sama akhirnya memutuskan sendiri jika mengidap bipolar juga.

Dan hal tersebut merupakan self diagnos yang buruk.

Padahal, kata Bela gejala setiap orang berbeda-beda.

“Ya dihari kesehatan mental dunia ini, aku sangat berterima kasih untuk diriku dan orang-orang terdekat sekitarku yang mau sama-sama berjuang sampai sekarang. Naik turun kondisiku, aku bisa melewatinya. Mau mengerti di segala kondisi, aku berharap orang-orang juga lebih peduli dan peka ketika udah gak baik-baik saja bisa langsung datang ke yang lebih professional bisa Psikolog atau Psikiater. Karena kebanyakan mereka lebih self diagnosa gitu. Apalagi sekarang segala informasi tentang kesehatan mental, gangguan mental sudah cukup mudah dijangkau,” tutupnya. (*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved