Berita Denpasar
Acute Kidney Injury Serang Anak-Anak di Denpasar, Orang Tua Harus Beri Atensi Lebih
RSUP Prof Ngoerah beberkan penemuan kasus penyakit Acute Kidney Injury (AKI) pada anak-anak.
Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari | Editor: Harun Ar Rasyid
kasus gangguan ginjal akut pada anak atau saat ini dikenal dengan istilah penyakit Acute Kidney Injury (AKI), dr. I Gusti Ngurah Sanjaya Putra, Sp. A selaku Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Bali membeberkan bagaimana gejala dari penyakit ini pada anak.
Sebelumnya ia menerangkan AKI ini kondisi akut sebelum tiga bulan paling sering karena prerenalnya. Hal tersebut disebabkan karena kurangnya cairan, infeksi berat, gagal jantung berat, pendarahan hebat, dan kurangnya albumin dalam darah.
Ada banyak faktor di prerenal itu yang dapat membuat fungsi ginjal terganggu. Namun pada 17 pasien anak yang dirawat di RSUP Prof Ngoerah tidak tidak ditemukan itu semua.
“Gejalanya seperti muntah, diare, tapi tidak dehidrasi seharusnya tidak bikin fungsi ginjal turun bahkan rendah sekali. Ada namanya laju filtrasi glomerulus yang seharusnya diatas 90. Mereka di bawah 15 sehingga perlu cuci darah,” jelasnya.
Resiko AKI kedepannya karena itu merupakan penyakit akut dibawah 3 bulan, maka sebelum 3 bulan diusahakan penyembuhan.
Dari 17 kasus anak di Prof. Ngoerah ini 5 anak diantaranya sudah diperbolehkan pulang mereka sudah dievaluasi berkala. dr. Sanjaya mengatakan tidak ada yang harus dihindari kalau sudah sehat.
Pemeriksaan penunjang dan klinik dari 15 anak ini sudah membaik. Dan fungsi ginjal sudah normal. Serta 17 kasus ini terdapat peningkatannya mulai bulan Agustus terdapat 6 kasus. Dan dari 11 kasus hanya 1 yang negatif.
“Pertengahan Oktober sudah mulai turun kasusnya. Baru datang beberapa hari lalu, trennya mulai turun puncaknya Agustus yang jelas seminggu 2-3 pasien. Sementara yang sudah vaksin Covid-19 dari 17 pasien tersebut 3-4 orang dan sisanya belum,” imbuhnya.
Untuk mendeteksi dini penyakit ini pada anak, ia mengatakan orangtua harus memastikan anak tidak terkena infeksi saluran nafas dan pencernaan. Jangan lupa tanyakan pada anak sudah kencing atau belum. Penyakit ini tidak ada klasternya karena mereka berasal dari tempat yang berbeda-beda. Dan dari 17 orang tersebut, 15 diantaranya sudah cuci darah dan 2 sisanya tidak cuci darah.
“AKI sebernya angka kematiannya cukup tinggi makanya perlu waspada mendeteksi sedini mungkin kalau ada gejala-gejala infeksi saluran cerna dan tidak kencing ini harus segera karena akan berdampak berat, coba saja bayangkan kalau fungsi ginjal terganggu sampe drop itu harus cuci darah. Kalau sampai sudah termina dampaknya berat bisa sampai meninggal,” tandasnya.
Pada kasus-kasus misterius, awalnya orangtua memang tidak terlalu memperhatikan sehingga tidak bisa mendeteksi dari awal. Jadi orangtua tidak ‘aware’. Ia berharap semoga kedepannya banyak masyarakat yang sadar akan penyakit ini. (*)