Berita Nasional
Kristal Tajam Ditemukan di Dalam Ginjal Pasien Penderita Gangguan Ginjal Akut, Ini Kata Menkes Budi
Menkes Budig Gunadi Sadikin menjelaskan soal temuan kristal tajam di dalam ginjal pasien penderita Gangguan Ginjal Akut pada anak.
Kristal Tajam Ditemukan di Dalam Ginjal Pasien Penderita Gangguan Ginjal Akut, Ini Kata Menkes Budi
TRIBUN-BALI.COM – Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Menkes RI) Budi Gunadi Sadikin mengatakan jika pihaknya menemukan kristal tajam dalam ginjal anak-anak yang mengidap gangguan ginjal akut misterius.
Penemuan Kristal tajam di dalam ginjal anak-anak yang mengidap gangguan ginjal akut itu ditemukan para dokter di Rumah Sakit Cipto Mangungkusumo (RSCM).
Saat itu, para dokter memeriksa 11 pasien anak-anak yang masih dirawat, dari hasil pemeriksaan 7 dari 11 pasien ditemukan Kristal tajam di dalam ginjal.
Terkait hal ini, Budi pun menjelaskan jika kristal tajam yang di dalam ginjal para pasien penderita gangguan ginjal akut terbentuk karena adanya kandungan zat kimia berbahaya, yang diduga berasal dari konsumsi obat sirup yang mengandung cemaran etilen glikol (EG) maupun dietilen glikol (DEG).
"Kalau masuk ke tubuh kita, kita melakukan metabolisme untuk mengubah senyawa kimia tadi. Kalau masuk ke ginjal jadi kristal kecil tajam-tajam," kata Budi dalam konferensi pers di Kemenkes, Jakarta, Jumat 21 Oktober 2022.
Kristal-kristal kecil tajam itulah, lanjut dia, yang membuat ginjal rusak.
Baca juga: Ini Gejala Awal Khas Gangguan Ginjal Akut pada Anak Menurut Kemenkes: Perubahan pada Jumlah Urine
"Kalau masuk ke ginjal jadi kristal kecil tajam-tajam sehingga rusak ginjalnya. Nah, 7 dari 11 balita (di RSCM) ternyata ada senyawa kimia. Ternyata ginjal-ginjalnya rusak karena adanya kalsium oksalat. Jadi itu logikanya," bebernya.
241 Kasus Gangguan Ginjal Akut
Lebih lanjut, Budi mengatakan berdasarkan perkembangan terbaru, teridentifikasi sebanyak 241 kasus gangguan ginjal akut atau acute kidney injury (AKI) pada anak-anak tersebar di 22 provinsi.
Dari jumlah tersebut, 133 pasien atau 55 persen diantaranya meninggal dunia.
Jumlah kasus tersebut kata Budi, meningkat pesat sejak bulan Agustus. Di mana pada Agustus tercatat 36 kasus, September terjadi 78 kasus, dan pertengahan Oktober 110 kasus.
Gangguan ginjal akut ini juga mayoritas menyerang balita atau bayi di bawah lima tahun.
Adapun gejala klinis yang nampak adalah demam, kehilangan nafsu makan, malaise, mual, muntah, ISPA, diare, nyeri bagian perut, dehidrasi hingga pendarahan.
Dilaporkan sebanyak 29 persen pasien alami gejala anuria atau tidak adanya urine, atau urine keluar dengan jumlah sedikit (oliguria).