G20 di Bali
Agendakan Tanam Mangrove Pada KTT G20, Ternyata Indonesia Miliki Hutan Mangrove Terluas di Dunia
Agendakan Tanam Mangrove Pada KTT G20, Ternyata Indonesia Miliki Hutan Mangrove Terluas di Dunia
Penulis: Zaenal Nur Arifin | Editor: Harun Ar Rasyid
Panitia menyediakan puluhan lobang tanam yang akan dimasukkan bibit mangrove Rhizopora mucronata oleh para tamu, termasuk Presiden Jokowi.
Merujuk data Badan Pusat Statistik per Desember 2021, luas ekosistem mangrove atau bakau di Indonesia mencapai 3,63 juta hektare (Ha) atau 20,37 persen dari total dunia.
Papua menjadi menjadi pulau dengan ekosistem mangrove terluas mencapai 1,63 juta Ha, disusul Sumatera 892,835 Ha, Kalimantan 630.913 Ha.
Adapun Bali menjadi pulau dengan ekosistem mangrove terkecil yakni seluas 1.894 Ha.
Luasan itu menjadikan Indonesia sebagai negara dengan hutan mangrove terluas di dunia.
Menyusul Brasil di posisi kedua dengan 1,3 juta Ha, lalu diikuti Nigeria (1,1 juta Ha), Australia (0,97 juta Ha), dan Bangladesh (0,2 juta Ha).
Dosen Institut Pertanian Bogor (IPB) Cecep Kusmana mengamini peran penting mangrove seperti yang disampaikan Presiden Jokowi dan Usman.
Mangrove, terang Cecep, dapat menyimpan karbon 3-5 kali lebih banyak dibanding hutan tropis dataran rendah.
"Ekosistem mangrove berperan sangat besar dalam pengendalian iklim global," katanya.
Dilansir dari lama Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mangrove memiliki banyak manfaat bagi ekosistem.
Mangrove dapat menyuburkan tanah di sekitarnya, menjadi hunian bagi ikan-ikan kecil dan kepiting, menjernihkan air, melindungi pantai dari erosi karena mengadang hempasan ombak secara langsung, mengatasi banjir kawasan pesisir, dan dapat diolah menjadi pakan ternak.
Secara ekonomi, ekosistem mangrove pun menyimpan potensi besar. Bagi masyarakat di sekitar, mangrove dapat diolah menjadi ragam hiasan atau kerajinan.
Adapun bagi pemerintah, pengembangan ekosistem mangrove dapat menjadi tambahan pendapatan negara lewat perdagangan karbon. Saat ini, harga jual karbon dunia berkisar US$5-10 per ton CO2.
Maka dengan luas hutan bakau mencapai sekitar 3 juta hektare yang mampu menyerap emisi karbon sekitar 950 ton, pemerintah bisa mendapat tambahan hampir Rp 2.400 triliun dari perdagangan karbon.
Pendapatan negara bisa lebih tebal jika menghitung perdagangan karbon dari hutan tropis dan lahan gambut.