Berita Bali

Respon Ketua BEM PM Universitas Udayana usai Dituduh Provokator Tolak G20 di Bali: Cukup Kaget

Ketua BEM PM Universitas Udayana menanggapi tuduhan menyebut dirinya sebagai provokator penolakan G20 di Bali

Editor: I Putu Juniadhy Eka Putra
ANTARA/Ni Putu Putri Muliantari
Ketua BEM PM Universitas Udayana Darryl Dwi Putra saat membacakan aspirasi mahasiswa di Denpasar, Bali. 

Respon Ketua BEM PM Universitas Udayana usai Dituduh Provokator Tolak G20 di Bali: Cukup Kaget

TRIBUN-BALI.COM, DENPASARKetua Badan Eksekutif Mahasiswa Pemerintahan Mahasiswa (BEM PM) Universitas Udayana, Darryl Dwi Putra mengaku kaget dengan tuduhan yang menyebut dirinya sebagai provokator penolak perhelatan (Konferensi Tingkat Tinggi) KTT G20 di Bali pada 15-16 November 2022.

Darryl menduga jika tuduhan tersebut dibuat oleh akun-akun media sosial yang tidak jelas alias bodong.

"Itu saya juga cukup kaget, karena di siang hari tadi tiba-tiba ramai (di media sosial, Red) dan memang saya duga akun-akun bodong, cuma memang awalnya muncul ketika saya membuat kisah Instagram untuk mempertanyakan terkait ruang demokrasi yang dipersempit selama G20," kata Darryl dikutip Tribun-Bali.com dari Antara pada Kamis 17 November 2022.

Lebih lanjut, ia pun menegaskan jika dirinya tidak melakukan tindakan provokasi sebagaimana yang dituduhkan kepada dirinya.

Ia pun mengatakan jika tidak pernah menyatakan menolak gelaran KTT G20 di Bali.

Meskipun begitu, namanya ramai disebut menggunakan tagar di platform Twitter hingga menjadi topik teratas.

Baca juga: Indonesia Dapat Investasi 8 Miliar Dolar AS dari Penyelenggaraan KTT G20 di Bali

"Iya memang saya tidak pernah menyebutkan saya mendukung atau menolak, tapi saya memang mengkritisi bagaimana ketika G20 ini berjalan, apa-apa saja yang menjadi permasalahan," ujarnya

Adapun yang dimaksud dirinya terkait mempersempit ruang demokrasi adalah salah satunya soal pembubaran kelompok mahasiswa yang hendak melakukan diskusi di Gedung Media Center Universitas Udayana pada Senin 14 November 2022 lalu.

Darryl menuturkan, mulanya ia menaikkan sebuah gambar yang diunggah kembali dari akun milik Bangsa Mahasiswa, dalam kisah Instagram tersebut ia menambahkan pertanyaan soal tanggapan penonton mengenai ruang demokrasi yang dipersempit, namun tak lama unggahan tersebut lenyap dengan sendirinya.

Lebih jauh, Ketua BEM perguruan tinggi tertua di Pulau Dewata itu mengatakan bahwa organisasi lingkungan Greenpeace terlebih dahulu mengunggah hal serupa sebagai bentuk pandangannya terkait krisis iklim.

"Tapi memang makna dari kisah Instagram yang saya sebutkan adalah untuk menyampaikan pertanyaan saya, dan saya ingin memantik forum diskusi makanya saya juga meletakkan kolom pertanyaan di sana," ujarnya meluruskan.

Ia sendiri memandang perhelatan G20 yang berhasil dilewati puncaknya dua hari di Bali itu sebagai pertemuan yang menghadirkan sisi pro dan kontra.

Namun Darryl menyatakan harapannya agar segala kesepakatan dan janji dalam forum tersebut berpihak kepada masyarakat.

Terhadap akun-akun yang ramai menyebut namanya di media sosial, Darryl mengaku belum dapat memutuskan langkah selanjutnya untuk mengusut maupun tidak, dan saat ini tuduhan di sosial media tersebut mulai mereda.

(*)

 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved