Tari Rejang Ditarikan Pria

Viral Video Tari Rejang Renteng Ditarikan Laki-laki Diduga di Bangli, Termasuk Pelecehan Kebudayaan

Tari Rejang Renteng ditarikan oleh para laki-laki, Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali mengatakan hal tersebut sudah termasuk pelecehan kebudayaan

Istimewa
Kolase Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, I Gede Arya Sugiartha ketika ditemui pada, Sabtu 26 November 2022 dan tangkap layar video viral Tari Rejang Renteng yang ditarikan oleh laki-laki - Viral Video Tari Rejang Renteng Ditarikan Laki-laki Diduga di Bangli, Termasuk Pelecehan Kebudayaan 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Beredar video viral di media sosial Youtube, dimana Tari Rejang Renteng yang biasanya ditarikan oleh sekelompok perempuan, justru ditarikan oleh para laki-laki.

Video tersebut sudah dibagikan 1.151 kali dan diunggah pada 14 November 2022 oleh akun Facebook @Ni Wayan Muliarni.

Mengenai hal tersebut, Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, I Gede Arya Sugiartha mengatakan hal tersebut sudah termasuk pelecehan pada kebudayaan.

“Seni sakral Tari Rejang yang kemarin banyak dilecehkan juga itu sudah dilakukan ada edaran. Tapi tetap saja terjadi. Ini kegiatan yang harus terus menerus kita sinergikan dengan masyarakat. Ada-ada saja yang nakal. Kemarin ada yang viral di video tari Rejang Renteng ditarikan oleh laki-laki dengan ketawa-ketawa. Saya langsung menghubungi cyber crime Polda Bali untuk melacak tempatnya dan ketemu. Nanti Bendesa Adatnya dipanggil,” kata Sugiartha, Sabtu 26 November 2022.

Baca juga: Ada Wayang Lemah hingga Rejang Renteng dalam Perayaan Tumpek Wayang di Pura Jagatnatha Denpasar

Menurut informasi dari Polda Bali, diketahui video tersebut direkam di daerah Pinggan Kintamani, Bangli, Bali.

Pihaknya pun akan mengkomunikasikan hal tersebut dengan Bendesa Adat.

Ia pun belum bisa memberikan jerat hukum karena belum ada peraturan hukum mengenai hal tersebut.

Maka dari itu akan dilakukan penyadaran terlebih dahulu.

“Dimohon Desa Adat juga ikut mengerti bahwa Tari Rejang Renteng itu sudah ada penarinya wanita harus dilakukan dengan khusyu dalam rangka menyambut para betara-betari, bukan digunakan dengan lelucon. Video itu tersebar di Youtube. Ada yang mengirim ke saya kemarin. Jadi cyber crime hanya bisa menentukan lokasinya. Orangnya belum tahu kita. Kira-kira lokasinya di situ (Pinggan, Kintamani),” imbuhnya.

Tari Rejang, kata Sugiartha, termasuk dalam kategori seni sakral. Jadi jangan digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang di luar konteks upacara. Misalnya saja, untuk menyambut tamu atau pejabat, seperti Gubernur atau Presiden.

Karena Gubernur dan Presiden itu manusia, sedangkan Tari Rejang biasanya dipersembahkan untuk Para Betara.

“Memang sifatnya sebagai sajian penyambutan, tapi konteksnya berbeda,” katanya.

Gubernur Bali, Wayan Koster mengatakan, kebudayaan merupakan sumber dari nilai-nilai kehidupan, yang digunakan untuk membangun kesantunan dan kesopanan dalam berkehidupan.

Koster juga mengatakan, karakter budaya, dalam pengertian tertentu, menghasilkan karya seni gamelan, seni lukis, seni patung dan macam-macam seni lainnya.

“Dan budaya untuk basis ekonomi rakyat ini harus dijalankan ke depan supaya Bali ini survive dari apa yang menjadi kekayaannya. Jangan membuat Bali hidup ketergantungan dari sumber daya luar Bali, bahaya. Saya yakini banyak di Bali yang tidak mengerti terlalu mudah mengobral, terlalu toleran. Saking diobralnya dan ditolerannya, dicuri pun nggak apa-apa’,” kata Koster saat acara Pasamuhan Agung Kebudayaan Bali Tahun 2022 di Gedung Ksirarnawa, Art Center, Denpasar, Sabtu.

Maka dari itu, Koster pun akan menjaga kebudayaan Bali dengan Nangun Sat Kerthi Loka Bali, dimana akan menjadikan budaya sebagai kekuatan utama Bali untuk mendorong pertumbuhan semua sektor yang ada di Bali.

Oleh karena itu inilah yang harus dikerjakan dengan betul-betul serius dan komitmen yang kuat antara instansi terkait dengan masyarakat.

“Pertama adalah kita harus betul-betul menguasai permasalahn dan tantangan yang muncul dalam konteks menjaga budaya Bali. Masalah akan muncul dari internal kita di Bali. Orang-orang Bali, perilaku orang Bali dan tantangan yang muncul dari luar Bali, ada yang ingin menganggu, ada juga kepentingan politik ekonomi dan berbagai kepentingan lainnya yang masuk ke Bali. Inilah gambaran umum yang bisa merusak budaya kita di Bali,” sambungnya.

Menurutnya, internal Bali harus paham betul seperti Majelis Kebudayaan dan Dinas Kebudayaan, serta instansi terkait lainnya.

Kebudayaan, kata Koster harus dijaga ketat-ketat. Ia juga memaparkan ada tari sakral dan tari umum, di mana ada yang untuk dipersembahkan untuk tamu atau Para Betara sehingga harus dibedakan betul.

“Sakral ya sakral. Jangan diobral. Rejang termasuk sakral. Tari Rejang sepengetahuan saya ada di desa adat. Tiap desa adat ada Tari Rejang dan ditarikan saat piodalan: jangan ditarikan ke mana-mana, dipakai nyambut Gubernur itu salah. Itu dipakai menyambut Dewa. Kita pula menyajikan sesuatu yang salah. Jadi harus betul-betul memiliki prinsip yang kuat dan kokoh,” katanya.

Jaga Keaslian Budaya Bali

MAJELIS Kebudayaan Bali (MKB) Tingkat Provinsi Bali mengadakan Pasamuhan Agung Kebudayaan Bali Tahun 2022, di Gedung Ksirarnawa, Art Center, Denpasar, Sabtu 26 November 2022.

Ketua MKB Bali, Prof DR I Komang Sudirga mengatakan, MKB merupakan transformasi dari Listibiya yang berdiri tahun 1967 silam.

Namun karena adanya Perda Nomor 4 Tahun 2020, maka Listibiya bertransformasi menjadi Majelis Kebudayaan Bali Tingkat Provinsi Bali.

“Tugasnya (MKB) mengawal Bali agar terjaga dari perubahan arus globalisasi yang sangat keras mengancam kebudayaan Bali. Jadi ada juga beberapa hal yang perlu dirumuskan kembali tentang konsep-konsep mengenai ‘balih-balihan’ menjadikan Budaya sebagai penguat sesuai dengan tema itu menguatkan spirit kehidupan taksu Bali,” katanya.

Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, I Gede Arya Sugiartha mengatakan, nantinya kinerja MKB ini diharapkan berkembang.

Dan nantinya akan berpartner kerja dengan Dinas Kebudayaan Provinsi Bali.

“Makanya majelisnya ada 7 orang di mana ada sulinggih, akademisi, ada juga budayawan dan sebagainya. Itu yang akan membantu Disbud untuk mengadakan kajian-kajian, penelitian, tentang bagaimana kita menguatkan dan memajukan kebudayaan Bali dan itu dibiayai oleh Pemprov Bali melalui anggaran Disbud Bali maka kegitannya selalu bersinergi dengan Disbud Bali,” ungkap Sugiartha.

Nantinya setiap tahunnya acara ini dianggarkan di Disbud Provinsi Bali.

Akan ada tugas tambahan termasuk pemetaan seni-seni langka.

Gubernur Bali, Wayan Koster mengatakan, di Bali secara tradisional, khususnya di desa adat sudah memiliki sanggar atau lembaga seni yang berjalan secara rutin mulai dari anak-anak sampai dewasa.

“Jadi regenerasi seni Bali sudah tumbuh dari anak-anak. Dan ada lomba-lomba seni, juga ada PKB makin menggairahkan. Seni kebudayaan ini betul-betul bisa survive karena budayanya. Saya ingatkan Bali tidak punya tambang emas, batubara, gas dan emas dan tambang-tambang lainnya. Bali hanya punya kekayaan budaya. Karena kita memiliki kekayaan ini harus bekerja pemimpin dan masyarakatnya secara bersama-sama bagaimana merawat budaya agar tetap eksis survive sepanjang zaman dari generasi ke generasi,” kata Koster. (*).

Kumpulan Artikel Bali

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved