Sponsored Content
TPA Suwung Ditutup, Kemana Sampah Bali Dibuang? Berikut Pemaparan dari Empat Narasumber
TPA Regional Sarbagita (Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan) atau dengan nama lain TPA Suwung akan ditutup permanen.
“Lantas jika TPA penuh, kemana sampah akan dibuang? Hal tersebutlah yang digagas kepada masyarakat agar pola pikir masyarakat terhadap sampah bisa berubah dan lifestylenya lebih ramah lingkungan agar meminimalisir sampah yang dihasilkan. Hal tersebut perlu waktu yang panjang” papar Ni Made Armadi ketika sesi tanya jawab dalam webinar.
Sementara itu, menurut Bhima Aries Diyanto, CEO PT Reciki yang merupakan salah satu kolaborator TPST Samtaku, mengungkapkan bahwa TPST Samtaku mencoba membangun sistem waste to energy.
“Konsep zero waste to landfill harus dibangun karena kondisi yang mengharuskan”. ujar Bhima Aries Diyanto dalam pemaparannya.
Pada faktualnya, menurut CEO PT Reciki, "zero waste itu imajiner". "’Bali has the most difficult, challenging waste in Indonesia’. ini dari segi karakteristik” jelasnya.
Bhima Aries Diyanto mengatakan line mesin di Bali yang dibutuhkan sampai sampah teragregasi sesuai standar jumlahnya 3 kali lebih besar dibandingkan dengan yang ada di Lamongan. Sampah yang masuk memiliki karakter sampah yang masuk ke landfill namun fasilitas dibangun untuk material recovery sehingga ada kesulitan disitu TPST Samtaku membangun fungsi kolaboratif dengan bank sampah dan TPS3R dan bukan menjadi suatu eksistensi yang bertabrakan/bersaing atau bahkan mengganggu mata pencaharian orang.
Contohnya adalah: TPST Samtaku tidak punya fungsi transportasi karena fungsi tersebut biasa dilakukan oleh swasta maupun pemerintah.
Selain itu, TPST Samtaku berpartner dengan Veolia, perusahaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3), untuk memproduksi pellet. Pengomposan dilakukan sendiri. Danone aqua berkomitmen untuk menyerap produk kompos dan membagikannya pada petani di Badung bagian utara.
Baca juga: Jalan TPA Bengkala Buleleng Diperbaiki Dengan Campuran Sampah Plastik
Memisahkan sampah di sumber adalah hal yang sangat penting karena mempermudah seluruh mekanisme alur pengolahan sampah dalam meningkatkan optimalisasi.
Disini edukasi berperan besar pada pengolahan sampah dan TPST Samtaku pun sudah menjalankan fungsi tersebut.
Kemudian, Dr. Ir. I Made Wahyu Widyarsana, S.T., M.T., seorang Dosen dari program studi Teknik Lingkungan ITB dari bidang persampahan sekaligus ketua kegiatan PkM ITB Bali Mereresik, mengungkapkan bahwa kita mengedukasi dan sosialisasi, mendampingi, melatih masyarakat supaya mereka berubah.
Terapkan 3R dimana dilakukan sesuai Peraturan Gubernur (Pergub) Provinsi Bali No. 97 Tahun 2018 tentang Pembatasan Timbulan Sampah Plastik Sekali Pakai sehingga langkah reuse-nya, ketika belanja tidak lagi menggunakan plastik kresek (plastik sekali pakai) namun menggunakan shopping bag yang bisa digunakan berulang-ulang.
“Reduce yakni dengan mengurangi frekuensi pemakaian plastik sekali pakai, pendekatan sosio-engineering harus dilakukan untuk ubah perilaku,” jelasnya.
Selain itu untuk langkah darurat ketika TPA Suwung ditutup permanen, menurut Dr. Ir. I Made Wahyu Widyarsana, S.T., M.T., adalah "memaksa" masyarakat memilah sampah di sumber dengan mengetatkan peraturan seperti ‘tidak dipilah tidak diangkut’.
Masyarakat juga bisa inisiatif mengomposkan sampah organik dan menjual sampah anorganik ke bank sampah, sektor informal, dsb.
“Tidak bisa kita hanya mengandalkan TPST. Ketika TPST sudah jadi, kita tetap tidak boleh sembarangan buang ke sana. TPST harus dibuktikan dulu kinerjanya, baru bisa berharap banyak ke TPST,” jelasnya dalam sesi tanya jawab webinar.