BBM Langka
DAMPAK Lamanya Antrean BBM Solar! Edi Dimarahi Atasan Karena Terlambat Kirim Barang
Bahkan dampak antrean BBM solar itu, menyebabkan Edi sempat dimarahi oleh atasannya, lantaran terlambat mengirim barang.
Penulis: Ratu Ayu Astri Desiani | Editor: Anak Agung Seri Kusniarti
TRIBUN-BALI.COM, SINGARAJA - Terlihat antrean mengular terjadi di SPBU Penarukan, Kabupaten Buleleng padat, Selasa (6/12/2022).
Terjadinya antrean ini, akibat kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis solar.
Truk-truk bermuatan material bangunan, berjejer di pinggir jalan, hingga sepanjang kurang lebih 500 meter.
Salah satu sopir truk, bernama Edi Sastrawan, mengaku antrean ini terjadi sejak beberapa hari belakangan.
Bahkan dampak antrean BBM solar itu, menyebabkan Edi sempat dimarahi oleh atasannya, lantaran terlambat mengirim barang.
Sehingga, pekerjaannya pun menjadi tersendat.
Baca juga: Diduga Manipulasi Kupon BBM, Pegawai Kontrak DLHK Kota Denpasar Dituntut 5 Tahun Penjara
Baca juga: BBM Solar Langka! Ini Penjelasan Pertamina Ihwal Antrean Solar di Beberapa SPBU di Bali

Selain itu, karena harus mengantri lama, ia harus dimarahi oleh atasannya karena terlamat mengirim bahan bangunan untuk pelanggan.
Padahal keterlambatan ini terjadi, lantaran Edi harus mengantre hingga berjam-jam di SPBU untuk mengisi solar.
Terlebih tidak semua SPBU di Buleleng, yang melayani pengisian solar.
Khusus di wilayah Kota Singaraja saja, hanya SPBU Penarukan, Banyuasri, dan Anturan, yang memiliki layanan pengisian solar.
"Bagaimana bisa cepat, saya saja harus mengantre di SPBU sampai setengah hari.
Setelah mengantre, belum tentu lagi dapat solar.
Sudah capek mengantre, tiba-tiba dibilang stoknya habis.
Hampir semua SPBU rasanya susah untuk dapat solar," keluhnya.

Edi pun berharap, pemerintah segera mengatasi kelangkaan solar ini.
Stok BBM sebut Edi harusnya sebanding dengan tingginya harga BBM saat ini.
"Kami sudah terima harga BBM dinaikan, tapi pasokannya juga harus lancar dong.
Kami ingin bekerja dengan lancar dan pulang bawa rezeki untuk anak dan istri," katanya.
Hal senada juga dikeluhkan Gede Budi.
Sopir material ini mengaku sudah empat hari, kesulitan untuk mendapatkan solar.
Hal ini bahkan terjadi di seluruh SPBU di Bali.
Ia pun berharap pemerintah dapat memberikan keterangan terkait penyebab terjadinya kelangkaan solar di Bali.
"Saya tidak tau kenapa terjadi kelangkaan seperti ini.
Mungkin karena kendala di jalan atau seperti apa, saya tidak tau," ucapnya.
Sementara Pengelola SPBU Penarukan, Ketut Kuntiada menyebut, kiriman solar untuk SPBU Penarukan memang terhambat.

Dari yang seharusnya dua hari sekali, kini menjadi lima hari sekali.
Khusus untuk SPBU Penarukan, jatah solar yang diterima oleh pihaknya sebanyak 8.000 liter.
Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, pihaknya pun telah meminta bantuan aparat kepolisian untuk melakukan pengamanan, serta pengaturan lalu lintas.
"SPBU lain juga kosong, jadi stok yang kami punya juga cepat habis.
Terakhir kemarin dapat kiriman tanggal 5 Desember 8 ribu liter. Sekarang sudah habis juga," singkatnya. (*)