Upaya Konservatif IOH Kendalikan Perubahan Iklim, Dari Laut Jembrana Untuk Dunia

Upaya Konservatif Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) kendalikan perubahan iklim, dari laut Jembrana untuk dunia.

Penulis: Adrian Amurwonegoro | Editor: Putu Kartika Viktriani
Istimewa/Dok. IOH
Peluncuran program konservasi laut IOH di Jembrana, Bali, pada Agustus 2022. 

TRIBUN-BALI.COM, JEMBRANABali dianungerahi kekayaan sumber daya alam (SDA) laut berlimpah yang menjadikan pulau dikenal dengan nama Pulau Dewata ini sebagai daya tarik wisata (DTW) utama di Indonesia, potensi tersebut perlu dijaga bersama melalui program-program konservasi laut.

Laut yang terlihat indah dari permukaan, di dalamnya terdapat keberadaan makhluk hidup yang perlu mendapat perhatian khusus, penyu dan hiu yang terancam punah, habitat-habitat penting lautan seperti bakau, lamun dan terumbu karang yang perlu dilestarikan.

Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memiliki concern pada program konservasi yang kemudian dilirik sebagai program program Corporate Social Responsibility (CSR) atau tangggung jawab sosial oleh Indosat Ooredoo Hutchison (IOH), perusahaan telekomunikasi digital yang dibentuk melalui penggabungan PT Indosat Tbk dan PT Hutchison 3 Indonesia.

IOH menggaungkan kesuksesan mergernya dengan terus berinovasi dan memberikan manfaat untuk bangsa dan negara mengacu UN Sustainable Development Goals (UN-SDGs) nomor 14 yang mengatur tentang ekosistem lautan, melestarikan dan memanfaatkan secara berkelanjutan sumber daya kelautan dan samudera untuk pembangunan berkelanjutan.

Mengawali kesuksesan merger, tahun 2022 ini, mengambil momentum Bulan Cinta Laut (BCL), IOH meluncurkan program CSR Konservasi Laut di Kawasan Kabupaten Jembrana, Bali dengan melakukan konservasi kelautan.

Konservasi kelautan ini memanfaatkan skala yang lebih besar dan finansial yang lebih kuat setelah resmi memulai perjalanannya pada 4 Januari 2022 dengan misi untuk memberikan pengalaman digital kelas dunia, menghubungkan, dan memberdayakan setiap orang Indonesia.

Head of Corporate Social Responsibility IOH, Diah Kusuma Dewi menjelaskan, bahwa IOH dalam program CSR memiliki empat pilar utama, salah satunya program yang saat ini dijalankan di bidang lingkungan, yakni komitmen perusahaan untuk konservasi kelautan dan perikanan

Pilar CSR lainnya adalah menciptakan nilai bersama untuk terus tumbuh berkelanjutan dengan mendukung masyarakat Indonesia guna mendapatkan manfaat sosial dan ekonomi yang lebih besar dengan kehadiran IOH sebagai perusahaan telekomunikasi digital yang paling dipilih di Indonesia.

Melalui layanan telekomunikasi digital kelas dunia dan jaringan unggulannya, IOH yang dikendalikan bersama oleh Ooredoo Group dan CK Hutchison, berusaha untuk menghubungkan dan memberdayakan seluruh masyarakat Indonesia.

Baca juga: Raih 100 Juta Pelanggan, IOH Hadirkan Promo Spesial Paket Data 100 GB seharga Rp 100 Ribu 

Dari aspek pendidikan, IOH menelurkan pendidikan digital melalui IDCamp yakni dengan beasiswa pembelajaran coding secara online, IOH menciptakan ribuan talenta digital bersertifikasi.

Kemudian, pengembangan komunitas yang diberinama SheHacks yakni program inovasi untuk memberdayakan perempuan menggunakan teknologi.

“CSR IOH melaksanakan program ‘Konservasi Laut’ sebagai dukungan kepada pemerintah daerah di Desa Perancak, Kabupaten Jembrana, Bali. Target konservasi adalah untuk upaya inisiasi dan rehabilitasi Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) serta penguatan mata pencaharian masyarakat pesisir melalui 4 kegiatan,” kata Diah kepada Tribun Bali, pada Selasa 20 Desember 2022.

Kawasan Jembrana dipilih IOH untuk kegiatan CSR karena memiliki potensi menjadi kawasan konservasi seluas sekira 3.500 hektar dengan target nilai konservasi tinggi, sebagaimana dalam rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di Bali (data tersedia dalam tabel).

Tabel Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau - Pulau Kecil (Draft RZWP3K) Provinsi Bali.
Tabel Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau - Pulau Kecil (Draft RZWP3K) Provinsi Bali.

Konservasi yang dimaksud meliputi konservasi untuk biota laut yang terancam punah seperti penyu dan hiu, konservasi habitat penting lautan seperti bakau, lamun dan terumbu karang.

Lebih lanjut, kata dia, IOH mengembangkan potensi perikanan ikan lemuru dan ikan karang, serta menyediakan fasilitas tempat budidaya ikan dan udang serta ekowisata bahari.

Pengelolaan sampah plastik di daerah pesisir, dan penguatan Komunitas Konservasi Penyu Kurma Asih Perancak.

Diah menyampaikan, bahwa Pantai Perancak merupakan 1 dari 14 prioritas pantai peneluran penyu di Indonesia yang tercantum dalam Rencana Aksi Nasional Penyu (RAN Penyu Indonesia).

Baca juga: Indosat Ooredoo & Ericsson Operations Engine Jalin Kerja Sama Managed Services & Network Automation

"Tak kalah penting, kami juga melakukan penguatan komunitas di lingkungan sekitar Jembrana, Bali melalui penguatan mata pencaharian masyarakat pesisir di Jembrana yang berasosiasi dengan KKPD Jembrana di bidang perikanan dan pariwisata pesisir dengan jumlah nelayan kurang lebih 7.000 jiwa di Kabupaten Jembrana," ujarnya.

Pelepasan penyu ke alam bebas di lautan sebagai bagian dari program konservasi laut.
Pelepasan penyu ke alam bebas di lautan sebagai bagian dari program konservasi laut.

Sementara itu, President Director and CEO Indosat Ooredoo Hutchison, Vikram Sinha menyatakan komitmennya mendukung pemenuhan target pemerintah dalam hal ini Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk memiliki 30 juta hektar Kawasan Konservasi Perairan di tahun 2030 dengan menetapkan ‘Kawasan Konservasi Perairan Daerah’ KKPD baru di Jembrana.

Selaras dengan itu, konservasi laut di Jembrana dipilih karena merupakan 1 dari 5 daerah di Bali yang telah masuk dalam persyaratan atau pencadangan untuk menjadi KKPD dan telah sesuai dengan draft perundangan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau - Pulau Kecil (Draft RZWP3K) Provinsi Bali.

Ditambahkan dia, program yang kini dijalankan IOH ini sekaligus menjadi pilot project ekonomi biru yang mana implementasinya melibatkan peran aktif semua pihak mulai dari pelaku usaha, pemerintah hingga kelompok masyarakat dalam menjaga kesehatan laut.

Bukti dukungan dan peran aktif pelbagai pihak terhadap upaya konservatif ini kehadiran langsung Menteri Kelautan dan Perikanan RI, Sakti Wahyu Trenggono, Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati, Bupati Jembrana I Nengah Tamba beserta jajaran IOH di lokasi konservasi laut. 

Melalui program CSR Konservasi Laut di Jembrana, IOH berperan aktif dalam menciptakan kawasan konservasi laut yang lebih sehat dengan dukungan penuh dari Kementerian Kelautan dan Perikanan RI serta berbagai komunitas pegiat lingkungan.

Selain kolaborasi bersama KKP, IOH juga kolaborasi bersama World Wildlife Fund (WWF) dan melibatkan langsung beberapa komunitas pegiat lingkungan seperti Komunitas Kurma Asih serta beberapa wisatawan asing.

“Lingkungan merupakan salah satu pilar dalam program CSR kami. Hal tersebut merupakan wujud komitmen IOH untuk berpartisipasi dalam pelestarian lingkungan hidup di Indonesia. Kami mendukung pemulihan yang lebih berkelanjutan, peningkatan aksi berbasis daratan dan lautan, serta peningkatan mobilisasi sumber daya untuk mendukung perlindungan lingkungan hidup dan pengendalian perubahan iklim,” jelas Vikram.

President Director and CEO Indosat Ooredoo Hutchison, Vikram Sinha
President Director and CEO Indosat Ooredoo Hutchison, Vikram Sinha.

 

Baca juga: Puncak KTT G20 di Bali, IOH Tingkatkan Jaringan 5G dengan Teknologi Hijau di Beberapa Titik Venue

Menteri KKP RI, Sakti Wahyu Trenggono menjelaskan, bahwa KKP memiliki Program Bulan Cinta Laut (BCL) yang memuat kegiatan-kegiatan konservasi ekonomi biru KKP untuk mengurangi pencemaran sampah plastik di laut, dengan melibatkan multipihak, salah satunya IOH. Sebab semakin banyak pihak yang terlibat, persoalan sampah lautan semakin cepat dituntaskan.

"Pengelolaan sampah plastik di daerah pesisir yang ada di program konservasi laut ini, sejalan dengan program BCL-nya KKP. Saya harap program ini dapat menginspirasi pihak lain untuk bersama-sama menjaga ekosistem kelautan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat,” terang Menteri Trenggono.

Program konservasi laut itu dilincurkan KKP RI bersama IOH pada bulan Agustus 2022 di Kabupaten Jembrana, Bali yang juga sejalan dengan Gerakan Nasional Bulan Cinta Laut (Gernas BCL) yang berlangsung satu bulan penuh pada bulan Oktober 2022.

IOH mengisi beragam program konservatif tersebut dengan berfokus pada penguatan masyarakat di Desa Perancak, Jembrana melalui Pelatihan Pengelolaan dan Penyulaman Mangrove serta kegiatan bersih-bersih Pantai Pura Segara Perancak.

Berkolaborasi dengan Balai Pengelolaan Informasi Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (BPISDKP) KKP, Yayasan World Wildlife Fund (WWF) Indonesia, dan Yayasan Bakau Manfaat Universal (BakauMU), IOH menggelar pelatihan menyentuh langsung masyarakat.

Pelatihan tersebut diisi dengan materi-materi mulai dari manfaat menjaga ekosistem mangrove, pengembangan potensi wisata mangrove, hingga praktik penyulaman mangrove yang diberikan untuk Kelompok Ekowisata Desa Perancak.

Menurut SVP-Head of Corporate Communications Indosat Ooredoo Hutchison, Steve Saerang, bahwa Kabupaten Jembrana memiliki potensi besar sebagai destinasi wisata baru di Bali dengan keanekaragaman berupa hutan mangrove.

Pelatihan yang diberikan kepada komunitas masyarakat Perancak dimaksudkan agar dapat dimanfaatkan dan diterapkan semaksimal mungkin dengan proyeksi jika wisata bergerak maka otomatis roda perekonomian pun berjalan bagi masyarakat setempat.

“Potensi ini harus dikelola dengan baik agar mampu menjadi daya tarik wisatawan dan menjadi kebanggaan IOH pada khususnya, serta masyarakat Jembrana pada umumnya,” ucap Steve

Selain menggelar kegiatan pelatihan pengelolaan mangrove, bagian konservatif lainnya, IOH melaksanakan aksi nyata dengan kegiatan bersih-bersih sampah plastik di kawasan Pantai Pura Segara Perancak.

Bersih-bersih sampah plastik kembali melibatkan stakeholder, kali ini dari Dinas Perhubungan Kelautan dan Perikanan Kabupaten Jembrana, Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kabupaten Jembrana serta Kelompok Bina Keluarga Desa Perancak.

IOH berkomiten menjadikan agenda konservasi lautan ini secara berkelanjutan agar semakin banyak pihak yang terlibat dan menyadari dampak bahaya sampah plastik terhadap kelestarian biota laut serta ekosistem pendukungnya.

“Kami ingin mendukung target pemerintah mengurangi sampah laut sampai 70 persen pada 2025 dapat tercapai,” tuturnya.

IOH juga berperan menggelorakan semangat komunitas masyarakat lokal agar dapat mewujudkan masa depan yang lebih baik serta mengoptimalkan manfaat kehadiran IOH dari segi sosio-ekonomi.

“Sampah yang berhasil dikumpulkan dan ditimbang seberat  246 kilogram yang kemudian diserahkan ke tempat pengelolaan sampah terpadu (TPST) untuk dibersihkan dan dipilah kembali,” kata dia.

Berkaitan dengan langkah konservasi, Gubernur Bali, Wayan Koster, mengatakan, pengelolaan kawasan konservasi dan pengelolaan sampah merupakan kegiatan sinergis dalam mendukung Pemerintah Indonesia sebagai anggota G20 yang berkomitmen untuk terus meningkatkan upaya-upaya untuk pengendalian perubahan iklim. 

Program konservasi laut IOH juga mendukung pemerintah dalam implementasi tiga agenda EDM CSWG (Environment Deputies Meeting and Climate Sustainability Working Group).

“Dengan peresmian Program CSR Indosat Ooredoo Hutchison untuk Konservasi Laut di Bali, maka semakin menguatkan kegiatan perlindungan dan pelestarian ekosistem pesisir dan keanekaragaman jenis flora dan fauna di perairan pesisir dan pulau-pulau kecil Provinsi Bali,” kata Koster.

Sementara itu, Kepala Bidang Kelautan, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bali Ketut Astari menekankan, bahwa untuk menjaga ekosistem laut secara konservatif perlu peran seluruh pihak, baik pemerintah, Yayasan atau Lembaga, perusahaan swasta seperti IOH hingga kelompok warga sekitar.

Laut Indonesia yang kaya saat ini dihadapkan dengan fenomena perubahan iklim, praktek-praktek tidak ramah lingkungan harus dihilangkan. 

Misi untuk melestarikan alam utamanya ekosistem laut dan pesisir pun sejatinya diemban setiap insan Indonesia, yang kini bisa dilakukan melalui berbagai kalangan.

Dinas Kelautan dan Perikatan Provinsi Bali pun rutin menggelar patroli sebagai bentuk pengawasan dan penertiban aktvitas-aktivitas illegal yang berpotensi merusak ekkosistem laut untuk meningkatkan kepatuhan para pelaku usaha penangkapan ikan terhadap peraturan yang berlaku.

Pemantauan kawasan konservasi laut di Jembrana, Bali dengan menggunakan helikopter
Pemantauan kawasan konservasi laut di Jembrana, Bali dengan menggunakan helikopter.

Sesuai pasal 9 ayat (1) Undang-Undang No. 45 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan disebutkan “Setiap orang dilarang memiliki, menguasai, membawa, dan/atau menggunakan alat penangkapan dan/atau alat bantu penangkapan ikan yang mengganggu dan merusak keberlanjutan sumber daya ikan di kapal penangkap ikan di wilayah pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia”.

Kemudian penjelasan pasal 9 ayat (1) tersebut juga mengungkapkan alat penangkapan ikan dan/atau alat bantu penangkapan ikan yang mengganggu dan merusak keberlanjutan sumber daya ikan termasuk diantaranya kompresor. 

Penggunaan alat bantu penangkapan ikan kompresor juga dapat berdampak negatif terhadap kesehatan bahkan dapat menyebabkan kematian bagi nelayan pengguna kompresor tersebut.

“Untuk memperoleh ikan segar yang berkualitas, tentunya kita membutuhkan ekosistem perairan yang terjaga keseimbangannya. Dan setiap orang yang ada di sini punya andil untuk bersama-sama menjaga kelestarian dan kebersihan laut dan biota yang ada di dalamnya, untuk masa depan Indonesia yang lestari,” ujar Ketut Astari. (*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved