Berita Buleleng

Harga Daging Ayam Hingga Telur Melonjak, Buleleng Belum Mampu Produksi Pakan Ternak Sendiri

Harga Daging Ayam Hingga Telur Melonjak, Buleleng Belum Mampu Produksi Pakan Ternak Sendiri

Penulis: Ratu Ayu Astri Desiani | Editor: Fenty Lilian Ariani
Ratu Ayu Astri Desiani
Pedagang ayam potong di Pasar Anyar, Kecamatan Buleleng. Harga daging ayam hingga telur saat ini meningkat 

TRIBUN-BALI.COM, SINGARAJA - Harga daging ayam dan telur melonjak selama Natal 2022 dan Tahun Baru 2023. Kenaikan ini pun diperkirakan akan terus terjadi hingga hari raya Galungan dan Kuningan. Tim Pengendalian Inflasi Buleleng pun mengaku belum maksimal menekan harga pangan tersebut. Sebab harga pakan ternak juga ikut melonjak. 

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan (DKPP) Buleleng, I Gede Putra Aryana mengatakan, harga daging ayam saat ini mencapai Rp 42 ribu per kilogram. Sementara telur mencapai Rp 50 per krat. Berdasarkan hasil monitoring di tingkat peternak, kenaikan ini terjadi sebab harga pakan juga melojak. 

Aryana menyebut, Buleleng belum memiliki perusahaan yang membuat pakan ternak. Sehingga  pasokannya salama ini didatangkan dari daerah Jawa Timur. Mengingat saat ini sedang cuaca ekstrim, pengiriman pakan ternak pun terhambat. Hal ini praktis membuat harganya melonjak tinggi. 

"Kami belum maksimal menekan harga pangan karena Buleleng belum bisa memproduksi sendiri pakan ternak. Belum ada pabriknya. Kalau di Buleleng biasanya hanya memproduksi pakan dari jagung dan dedak. Sementara untuk pakan ayam itu kan ada  da campuran bahan lainnya. Jadi pakan ternak selama ini cenderung didatangkan dari Jawa Timur" jelasnya. 

Selain disebabkan oleh tingginya harga pakan ternak, jumlah produksi telur ayam juga terbatas. Dikatakan Aryana hal ini terjadi akibat dampak Pandemi Covid-19. Dimana peternak belum menambah jumlah ayam petelurnya. "Waktu pandemi, peternak mengurangi ayam petelurnya dari yang biasanya 1.500 ekor, sekarang hanya 450 ekor. Dulu Covid kan tidak bisa diprediksi kapan akan normal," jelasnya. 

Selain telur dan daging ayam, harga cabai rawit juga mulai melonjak. Untuk cabai rawit jenis pare dengan ukuran yang lebih besar mencapai Rp 55 ribu per kilogram. Sementara cabai rawit kualitas biasa, mencapai Rp 38 ribu per kilogram.

Untuk mengendalikan kenaikan harga pangan ini, Pj Bupati Buleleng Ketut Lihadnyana kata Aryana telah menugaskan Perumda Pasar Arga Nayottama dan Perumda Swatantra untuk memberikan subsidi terhadap harga cabai. 

"Cabai sudah disubsidi oleh Perumda seribu hingga dua ribu per kilogram. Ini bahkan membuat Perumda merugi. Namun hal ini dilakukan oleh pemerintah untuk menekan kenaikan harga. Kami harap momentum Natal, Tahun baru hingga Galungan dan Kuningan tidak dimanfaatkan oleh para pengusaha secara berlebihan," tandasnya. (*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved