Natal dan Tahun Baru
Usai Redup Karena Pandemi, Produsen Terompet di Denpasar Kebanjiran Order Jelang Tahun Baru 2023
Usai redup karena pandemi Covid-19, produsen terompet di Denpasar kembali kebanjiran order jelang Tahun Baru 2023.
Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari | Editor: Putu Kartika Viktriani
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Tak lama lagi bunyi terompet akan kembali terdengar saat pergantian Tahun 2022 ke 2023.
Bunyi terompet yang sudah lama senyap akibat pandemi Covid-19 akan kembali meramaikan momen pergantian tahun ini.
Hal tersebut dibuktikan oleh produsen terompet di Kota Denpasar, Vivi Eka Lestari (43). Sempat tak memproduksi terompet selama dua tahun, kini ia kembali memproduksi terompet dengan jumlah belasan ribu terompet.
“Saya sudah menerima sebanyak 17 ribu pcs pesanan terompet. Pesanan terompet ini sudah mulai saya kerjakan bersama suami sejak Februari lalu. Nyicil dulu dari kepalanya naga, telinganya, punggungnya, itu dicicil dari Februari. Tahun ini produksinya 10 ribu pcs untuk terompet biasa, terompet naga 7 ribu pcs. Itu semua pesanan, tinggal diambil saja,” jelasnya pada, Rabu 28 Desember 2022.
Ia juga menambahkan, karena Covid-19 kemarin ia sempat tidak berproduksi selama dua tahun lantaran tidak ada pesanan yang masuk.
Disamping itu, menurunnya tingkat ekonomi membuatnya tak punya modal yang cukup.
Padahal sebelum Covid-19, ia bisa memproduksi 15 ribu terompet biasa, dan 10 ribu terompet naga.
“Nah, sekarang setelah Corona, tidak buat banyak, karena takutnya tidak lalu. Tapi ternyata omzetnya naik, yang beli ramai,” kata dia. “(Sekarang) Peminatnya banyak, tapi barangnya yang tidak ada karena yang bikin juga tidak ada. Banyak yang pulang ke Jawa karena pandemi Covid-19 kemarin,” sambungnya.
Baca juga: Antisipasi Kepadatan saat Tahun Baru, Polda Bali Terapkan Rekayasa Lalu-lintas di Uluwatu dan Kuta
Hal itu juga yang membuatnya hanya mengerjakan pesanan bersama suami. Yang mana dalam seharinya, ia bisa memproduksi 300 terompet.
Jika sebelumnya ia dibantu oleh pegawai sekitar 2-3 orang.
Belasan terompet yang telah ia produksi merupakan pesanan dari para pengepul.
Nantinya, para pengepul akan mengedarkannya ke warung-warung atau pedagang di jalan.
Harga terompetnya ia banderol mulai dari Rp 3 ribu per pcs untuk terompet biasa dan Rp 7 ribu per pcs untuk terompet naga.
Terkait bahan-bahannya, untuk pet peluit dan kertas emas ia peroleh dari Jawa, sedangkan kertas karton ia pesan dari Bali langsung.
Usaha terompet ini telah ia geluti selama 20 tahun. Selain sebagai pengrajin terompet, suaminya juga sebagai pedagang mainan sehari-harinya di Pasar.
“Untung bersihnya kurang lebih Rp 15 juta (sekali produksi). Terompet seperti ini kan musiman, setahun sekali. Kalau sehari-harinya suami jualan mainan di pasar,” tandasnya.
(*)