Hari Raya Galungan
Jelang Hari Raya Galungan, Ketersediaan Babi Siap Potong di Klungkung, Bali Sebanyak 950 Ekor
Jelang Hari Raya Galungan, ketersediaan babi siap potong di Klungkung, Bali sebanyak 950 ekor.
Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Putu Kartika Viktriani
SEMARAPURA,TRIBUN-BALI.COM - Dinas Pertanian Klungkung melakukan monitoring terkait populasi babi di Klungkung, Bali.
Dari hasil monitoring, menjelang hari raya Galungan ketersediaan babi siap potong di Klungkung sebanyak 950 ekor.
Dengan jumlah ini, dirinya memastikan ketersediaan daging babi aman saat penampahan Galungan.
"Dengan jumlah itu, dapat kami pastikan ketersediaan daging babi di Klungkung masih aman untuk Galungan," ujar Kepala Dinas Pertanian Klungkung, Ida Bagus Juanida, Jumat 30 Desember 2022.
Berdasarkan data di Dinas Pertanian Klungkung, ketersediaan babi potong jelang Galungan di Klungkung mencapai 950 ekor.
Sementara estimasi jumlah kebutuhan babi potong ketika hari Galungan di Klungkung saat ini mencapai 560 ekor.
"Itu sudah kami estimasikan dari 280 titik lokasi pemotongan ternak. Sehingga perkiraan kami daging babi di Klungkung masih surplus jelang hari raya Galungan ini," jelas Juanida.
Demikian halnya harga daging babi di Klungkung yang menurutnya masih stabil di angka Rp80 ribuan per kilogram.
Harga itu masih relatif normal, dan tidak ada lonjakan harga yang siginifikan.
"Sementara untuk harga dari hasil pemantauan relatif normal. Harga Rp80an ribu. Belum ada indikasi lonjakan harga," terang Juanida.
Baca juga: Harga Babi Mulai Merangkak Naik, Sang Putu Adil: Bukan Hanya Jelang Galungan
Dinas Pertanian juga akan melakukan pemeriksaan terhadap ternak tersebut.
Pemeriksaan dilakukan saat babi sebelum dipotong (Antemortem) dan setelah dipotong (postmortem) di tempat-tempat pemotongan babi.
"Pada antemorten, ternak itu dilihat klinisnya apa ada tanda-tanda menunjukkan sakit atau tidak. Pada antemortem sudah sehat, tidak perlu sampai ke pemeriksaan postmortem. Postmortem biasanya dilakukan, jika ada tindak lanjut temuan di antemortem," ungkap Juanida.
Ia mencontohkan, jika ada ternak yang dicurigai sakit saat pemeriksaan antemortem.
Akan dilihat lagi, ternak sakit ini sejauh mana bisa dikonsumsi.
Pada postmortem, ada indikator yang bisa jadi pertimbangkan untuk ternak itu bisa dipotong.
Misalnya cacingan kalau terlalu berat investasinya mungkin ususnya dibuang. Ada cacing hati, mungkin hatinya diafkir.
"Kebetulan kalau di Bali untuk ternak potong tidak ada bersifat zoonosis, atau penyakit yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia dan sebaliknya," jelas Juanida. (mit)